Daerah

NU Garut Konsolidasi Penguatan Aswaja

Jumat, 25 Januari 2013 | 09:30 WIB

Garut, NU Online
Masih dalam rangkaian Harlah NU yang ke-86, Kamis (24/1) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Garut menggelar Rapat Kerja Cabang (Rakercab) di Pondok Pesantren Al-Musyaddadiyyah, yang berlokasi di Jalan Mayor Syamsu Garut.
<>
Acara yang dihadiri sekira 200 peserta ini menghadirkan segenap jajaran PCNU Garut serta perwakilan Pengurus NU tingkat kecamatan (MWC) yang berasal dari 42 MWC NU se-Garut. Turut berpartisipasi dalam acara ini adalah seluruh badan otonom, lembaga dan lajnah yang berada di bawah naungan NU.

Dalam rapat kerja cabang tersebut, muncul kegelisahan atas semakin gencarnya godaan faham keagamaan yang semakin muncul agitatif dan kasat mata di wilayah Garut. Gerakan ini bahkan sudah merambah ke pelosok-pelosok yang secara tradisional merupakan basis pergerakan nadliyyin.

Dalam Rakercab tersebut, muncul gagasan untuk menghidupkan kembali syi’ar keagamaan yang benar-benar berbasis masyarakat seperti yang telah dicontohkan oleh pendahulu-pendahulu NU di masa silam. 

Dengan demikian, NU Garut akan memusatkan kembali energi kegiatannya kepada basis swadaya masyarakat, di tengah godaan politik yang semakin menampakkan aurat kekuasaan. Diharapkan, pendekatan seperti ini akan menggairahkan kembali syi’ar nahdliyyah di masyarakat dan tidak tercabik oleh pelbagai momentum politik akan segera menyapa masyarakat selama dua ke depan.

Baik jajaran PCNU, MWC, badan otomom, lembaga, dan lajnah se-Kabupaten Garut, meneguhkan kembali keinginannya untuk saling bersinergi dalam upaya-upaya pemberdayaan masyarakat, dakwah, pendidikan, dan kegiatan muamalah lainnya. Sehingga, upaya-upaya tersebut kedepan akan menjadi benteng yang ampuh terhadap tarikan magnet trans-nasionalisme Islam dan politisasi jamaah NU yang sangat kental dirasakan pasca reformasi.

Salah satu stretegi pergerakan yang dihasilkan dari Rakercab ini adalah medekatkan kembali antara NU dengan pesantren, lembaga pendidikan, dan surau-surau yang kecil yang secara tradisional didirikan dan dikelola oleh Nahdliyyin di Garut.  

“NU dilahirkan dari pesantren, dan karenanya harus kembali ke pesantren,” tukas Aceng Amrulloh, salah satu tokoh muda NU yang juga turut mengasuh Pondok Pesantren Nurul Huda Garut. 

Redaktur     : Hamzah Sahal
Kontributor : Ai Sadidah