Ahmad Rifqi Hidayat
Kontributor
Semarang, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi massa keagamaan memiliki banyak kader yang mumpuni dalam membina masjid dan masyarakat. Karena itu, kader NU diminta fokus mengembangkan lembaga maupun badan otonom (Banom) yang selama ini belum maksimal di tengah masyarakat.
"Mari kita bantu siapa yang bertanggung jawab, jangan menyalahkan pimpinan. Kalau ada program yang belum berjalan, mari kita ingatkan dan cari masalahnya, setelah itu cari solusinya," pintanya.
Pesan tersebut disampaikan Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) KH Hanief Ismail saat menutup Focus Group Discussion (FGD) Pra Konferensi Cabang (Konfercab) NU Kota Semarang.
Kepada NU Online, Selasa (27/7) Kiai Hanief menegaskan bahwa kekuatan organisasi harus dibangun dari tatanan struktur maupun kultur atau jamaahnya. Dengan adanya kolaborasi dan saling mengisi akan menutup kelemahan NU dalam mencapai target program.
"Saya meminta agar semua elemen yang ada di NU, baik lembaga maupun banom bisa saling mengingatkan dan menguatkan untuk menyukseskan program sesuai yang ditargetkan," ucapnya.
Pengasuh Pesantren Raudlatul Qur'an An-Nasimiyah ini melanjutkan, organisasi akan berjalan dengan lebih baik jika realisasi program dilakukan secara terukur selangkah demi selangkah.
"Mudah-mudah nanti bisa dirumuskan dengan baik program jangka pendek, menengah dan jangka panjangnya sehingga kita tahu kira-kira NU Kota Semarang ini jadi seperti apa dalam lima tahun, sepuluh tahun, atau bahkan dua puluh lima tahun ke depan," harapnya.
Terkait potensi kader NU, Ketua Lembaga Amil Zakat Infaq, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Kota Semarang H Pargono menyoroti pesantren yang banyak mencetak dai dan pengurus masjid.
Menurut dia, kader NU dari pesantren bisa maksimal dalam wadah Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) dan Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) Kota Semarang. Sebab, melalui dua lembaga ini bisa menyuarakan program NU Peduli atau NU Care.
"Para dai NU dan kader NU yang aktif di masjid ini harus terakomodir dengan baik supaya warga bisa mengakses program NU," katanya.
Selain itu, Pargono juga menilai banyak kader NU yang masuk kategori wajib berzakat kurang responsif terhadap program LAZISNU. "Saya usul agar pengurus NU wajib memberikan zakatnya ke LAZISNU, setelah itu pelan-pelan kita giring jamaah untuk berzakat di LAZISNU," ungkapnya.
Sebab lanjut dia, para pengurus NU harus memberi contoh yang benar dalam bersedekah dan berzakat di lembaga yang terdaftar secara resmi dan akuntabel. "Jangan sampai juga warga NU mengisi kotak amal dari luar NU maupun kotak yang tidak dari lembaga yang resmi," tegasnya.
Menurut Pargono, lembaga yang tidak terdaftar terancam pasal 41, UU Nomor 23 Tahun 2011 yang menyatakan setiap orang yang melakukan pelanggaran mengelola (menghimpun dan mendistribusikan) zakat tanpa izin, dapat dipidana dengan kurungan paling lama satu tahun atau denda paling banyak Rp50 juta.
"Karena itu kita targetkan adanya Jaringan Pengelola Zakat Sedekah dan Infaq Nahdlatul Ulama (JPZISNU) masjid atau mushala, sekolah, dan koperasi warga, regulasi ini bisa melindungi para pengelola sedekah di masjid yang dikelola warga NU," urainya.
Sebagai informasi, Konfercab NU Kota Semarang Tahun 2021 yang akan berlangsung pada Jumat, 30 Juli 2021 nanti di Pesantren Raudlatus Saidiyyah, Kalialang, Gunungpati. Konfercab dimeriahkan dengan FGD untuk merumuskan program kerja dan rekomendasi yang akan diplenokan dalam sidang Konfercab NU. Selain FGD, Bahtsul Masail juga akan mewarnai rangkaian kegiatan target utamanya pemilihan ketua.
Ketua Panitia H Abdul Rohman menjelaskan, semua kegiatan akan berlangsung secara blended atau kolaborasi antara online lewat aplikasi Zoom Meeting dengan tatap muka di lokasi. "Mudah-mudah poin-poin dalam FGD dapat dirumuskan menjadi program kerja logis dan relevan yang bisa diselesaikan pengurus selanjutnya, siapapun ketua terpilihnya," ucapnya berharap.
Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang ini melanjutkan, sistem blended ini ditempuh supaya kegiatan bisa dilaksanakan secara lancar sesuai protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Selain itu, jajaran pengurus Majlis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) dan Pengurus Ranting maupun Anak Ranting tetap dapat mengikuti kegiatan di era yang mewajibkan adanya pembatasan interaksi sosial ini.
"Pandemi ini memang memaksa kita, terutama warga NU untuk beradaptasi dengan percepatan teknologi ini. Seiring dengan hal itu tentunya kita juga harus menyiapkan digitalisasi program NU, sesuai dengan salah satu bahasan program kerja dalam FGD kemarin," urainya.
Ia lantas menerangkan, model blended sebenarnya sudah dibiasakan dunia pendidikan, apalagi pembelajaran pada masa pandemi Covid-19 mengharuskan semua lembaga pendidikan menyelenggarakan pembelajaran online.
"NU sebagai organisasi massa keagamaan terbesar di Indonesia juga harus mulai membiasakan penggunaan IT dalam kehidupan sehari-hari, sebab hal ini sulit dihindari," ujarnya.
Terkait kegiatan offline, Wakil Ketua PCNU Kota Semarang ini mengatakan adanya penerapan protokol kesehatan. Karenanya konferensi akan diikuti oleh 34 orang, terdiri dari Syuriyah dan Tanfdziyah PCNU Kota Semarang serta 16 MWCNU. Setiap peserta dan panitia diharuskan melakukan swab-antigen sebelum hadir di lokasi kegiatan.
"Kita doakan bersama, semoga semua kegiatan bisa mendapat hasil yang terbaik dan program yang dicanangkan bisa diselesaikan dengan baik oleh kepengurusan selanjutnya," pungkasnya.
Kontributor: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: Abdul Muiz
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua