Patoni
Penulis
Suatu masa, karena untuk kebutuhan menjelajahi hutan, Baginda Raja Harun Ar-Rasyid mengajak Abu Nawas untuk mengawal dirinya.
Di sepanjang perjalanan ke hutan, mereka berdua dan beberapa pengawal menyusuri sungai. Baginda Raja mengingatkan kepada Abu Nawas dan para pengawalnya soal Undang-Undang kebersihan lingkungan.
Salah satu pasal UU tersebut berbunyi, “Dilarang berak di sungai kecuali Raja atau seizin Raja”. Pelanggaran atas pasal ini adalah hukuman mati.
Di tengah pengembaraannya di hutan, Raja kebelet berak. Karena di hutan, Raja berak di sungai yang airnya mengalir ke arah utara.
Saat Baginda Raja berak, Abu Nawas ikut berak juga di sebelah selatan Raja. Begitu Raja melihat ada kotoran lain selain kotorannya, Raja marah. Belakangan diketahui yang berak adalah Abu Nawas.
Demi hukum, Abu Nawas dibawa ke pengadilan. Ia divonis hukuman mati. Sebelum hukuman dilaksanakan, Abu Nawas diberi kesempatan membela diri.
"Raja yang mulia, aku rela dihukum mati, tapi aku akan sampaikan alasanku kenapa aku ikut berak bersama Raja. Itu adalah bukti kesetiaanku pada paduka raja, karena sampai kotoran Raja pun harus aku kawal dengan kotoranku, itulah pembelaanku dan alasanku Raja. Hukum lah aku,” jelas Abu Nawas.
Tak pelak, pleidoi tersebut membuat Baginda Raja terharu. Abu Nawas yang tadinya divonis mati, lalu diampuni dan malah diberi hadiah oleh Baginda Raja. (Fathoni)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Isra Mi’raj, Momen yang Tepat Mengenalkan Shalat Kepada Anak
2
Khutbah Jumat: Kejujuran, Kunci Keselamatan Dunia dan Akhirat
3
Khutbah Jumat: Rasulullah sebagai Teladan dalam Pendidikan
4
Khutbah Jumat: Pentingnya Berpikir Logis dalam Islam
5
Khutbah Jumat: Peringatan Al-Qur'an, Cemas Jika Tidak Wujudkan Generasi Emas
6
Gus Baha Akan Hadiri Peringatan Isra Miraj di Masjid Istiqlal Jakarta pada 27 Januari 2025
Terkini
Lihat Semua