Kesehatan

Tidur Tanpa Bra dan Kesehatan Hormonal Wanita

Jumat, 27 Oktober 2023 | 11:00 WIB

Tidur Tanpa Bra dan Kesehatan Hormonal Wanita

Wanita. (Foto: NU Online/Freepik)

Kaum wanita remaja dan dewasa hampir tidak bisa lepas dari penggunaan bra. Selain telah menjadi budaya, penggunaan bra memiliki beberapa manfaat untuk menunjang kemudahan gerak dan aspek estetika. Bahkan banyak wanita mengenakan bra sepanjang hari dalam setiap aktivitasnya. Namun, dengan adanya hari tanpa bra atau No Bra Day, maka kaum wanita diajak untuk meninjau kembali pemahamannya tentang penggunaan bra.


Seiring dengan meningkatnya kejadian kanker payudara pada wanita maka kesehatan payudara perlu diperhatikan. Dengan alasan untuk meningkatkan kesadaran terhadap pemeriksaan payudara inilah hari tanpa bra sering dikaitkan dengan manfaatnya untuk kesehatan. Di saat banyak wanita berkarier dengan segudang aktivitas yang menuntutnya berpakaian dengan menggunakan bra, maka ketika beristirahat mereka memerlukan pakaian yang lebih longgar.


Saat-saat istirahat juga perlu dipandang sebagai relaksasi tubuh dari tekanan-tekanan yang muncul akibat penggunaan pakaian. Khusus pada penggunaan bra yang berkontak langsung dengan payudara, maka ketika dilepas akan memberikan kesempatan bagi payudara dan organ di sekitarnya untuk istirahat secara lebih leluasa.


Payudara wanita erat kaitannya dengan fungsi reproduksi dan hormonal. Lebih jauh, kondisi hormonal wanita sangat erat berkaitan dengan perasaan dan psikis. Secara tidak langsung, ada keterkaitan antara penggunaan pakaian dengan aspek psikologis wanita. Bahkan tekanan yang ditimbulkan pada payudara akibat penggunaan pakaian dalam yang ketat seperti bra dapat berpengaruh terhadap tingkat ketenangan.


Dokter Tauhid Nur Azhar mengaitkan kenyamanan penggunaan pakaian dengan kondisi psikologi wanita. Apabila pakaian yang digunakan dalam keseharian seorang wanita dirasakan tidak nyaman, maka akan berdampak terhadap kesehatan hormonal.


“Ketidaknyamanan, atau rasa tertekan ini, apabila berlangsung terus dalam jangka waktu yang lama, dapat menimbulkan tekanan psikologis yang kronis. Tekanan ini kemudian akan mengubah profil hormonal seseorang. Perubahan profil hormonal ini dapat menimbulkan gangguan pada sistem pertahanan tubuh. Ketika sistem pertahanan tubuh terganggu, penyakitpun akan mudah datang. Pada tahap minimal, tekanan psikologi dapat memicu naik kadar kortisol dalam tubuh yang menyebabkan seseorang mudah lelah dan stres.” (Azhar, Cara Hidup Sehat Islami, 2015, Tasdiqiya Publisher, Bandung: halaman 169)


Berdasarkan keterangan tersebut, ada beberapa gangguan kesehatan yang dapat timbul karena pakaian yang tidak sesuai dengan kenyamanan wanita. Risiko kesehatan tersebut meliputi terganggunya daya tahan tubuh atau imunitas, tekanan psikologi, naiknya kadar hormon kortisol dan mudah mengalami lelah serta stres.


Kaum wanita memang sangat peka terhadap perubahan hormonal. Sudah menjadi fitrah wanita untuk mengalami siklus bulanan yang tidak lepas dari fluktuasi hormon di dalam tubuhnya. Tidak hanya itu, kodrat hamil, melahirkan, dan menyusui yang hanya dialami oleh kaum wanita juga tidak lepas dari fluktuasi hormonal. Apabila kepekaan terhadap perubahan hormon ini tidak diimbangi dengan optimalnya kondisi istirahat, maka semakin besar risiko kesehatan yang dihadap oleh wanita tersebut.


Hormon kortisol dan ACTH merupakan hormon yang mengatur tingkat kecemasan pada seseorang. Hormon-hormon cemas yang lain adalah adrenalin dan norepinefrin. Bila semua hormon tersebut bekerja dalam jangka panjang maka akan menyebabkan kecemasan kronis. Munculnya kecemasan bisa menimbulkan datangnya stres.


Pada saat stres, tubuh mengeluarkan adrenalin dalam jumlah besar. Adrenalin akan membantu tubuh untuk beradaptasi dengan stres tersebut. Namun, di sisi lain adaptasi ini membakar banyak energi sehingga orang yang mengalaminya akan mengalami kelelahan. Saat itulah dia akan kehabisan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Hal itu menyebabkan munculnya gejala nyeri otot, nyeri sendi, sakit kepala, depresi dan mudah tersinggung pada orang yang stres.


Bukan berarti penggunaan bra harus dihindari sama sekali tetapi pada kondisi istirahat, wanita yang melepaskan bra dapat mengoptimalkan manfaatnya untuk kesehatan. Menarik untuk menyimak beberapa hasil penelitian yang mendukung adanya hari tanpa bra. Di antara penelitian tersebut, ada yang telah dilakukan di Indonesia sehingga relevan untuk dicermati oleh kaum wanita di Indonesia.


Penelitian yang diketuai oleh Pramardika telah mengungkap kebiasaan menggunakan bra pada kaum wanita di Kalimantan Timur. Meskipun penelitian itu menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara penggunaan bra dengan kanker payudara, tetapi disarankan untuk mengurangi durasi atau lamanya waktu penggunaan bra sehingga tidak lebih dari 24 jam per hari untuk meminimalkan risiko kanker payudara (Pramardika dkk, 2023, Bra Usage Duration and Breast Cancer Risk: A Case-Control Study, Jurnal Bidan Cerdas Volume 5 Nomor 2: halaman 51-57).


Lebih lanjut, penelitian itu juga menyebutkan bahwa penggunaan bra lebih dari atau sama dengan 24 jam sehari memiliki risiko 2,333 kali lipat lebih besar untuk terjadinya kanker payudara bila dibandingkan dengan wanita yang menggunakan bra kurang dari 24 jam dalam sehari. Oleh karena itu, penelitian tersebut merekomendasikan untuk melepas bra pada waktu istirahat misalnya ketika tidur. Manfaatnya adalah sebagai tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko kanker payudara.


Penelitian itu juga secara jujur mengemukakan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh So dan timnya pada tahun 2015. Penelitian yang dimaksud menyebutkan bahwa penggunaan bra ketika tidur meningkatkan risiko kanker payudara sebesar 1,3 kali. Selain itu, menggunakan bra lebih dari 12 jam per hari meningkatkan risiko kanker payudara sebesar 1,08 kali (So dkk, 2015, Brassiere wearing and breast cancer risk: A systematic review and meta-analysis, World J Meta-Anal 3(4): halaman 193-205).


Pencegahan kanker payudara juga dapat dilakukan dengan nutrisi yang banyak mengandung vitamin A. Oleh karena itu, menurut Prof. Dr. Abdul Basith Muhammad As-Sayyid dalam bukunya yang berjudul At-Taghdziyah an-Nabawiyah al-Ghadza bayna ad-Da'i wad Dawa disebutkan bahwa minyak zaitun dan minyak ikan direkomendasikan sebagai sumber nutrisi dalam pencegahan kanker. Buku ini diterjemahkan ke dalam Edisi Indonesia dengan judul Pola Makan Rasulullah Makanan Sehat Berkualitas Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah.


Dalam buku tersebut, contoh sayuran untuk pencegah kanker payudara juga disebutkan secara spesifik. Brokoli dan kubis dianggap sebagai makanan yang paling baik untuk mencegah kanker payudara karena mengandung zat pencegah kanker yang disebut sebagai indoles dan serat sehingga dapat menstabilkan hormon penyebab kanker payudara (Muhammad as-Sayyid, 2006: 332-333).


Berdasarkan paparan tersebut, maka tidak ada salahnya para wanita mengoptimalkan waktu istirahatnya tanpa menggunakan bra. Namun apabila ada kondisi tertentu yang dialami oleh wanita seperti adanya aktivitas yang membutuhkan penggunaan bra, tentu penggunaannya dapat diterapkan sesuai dengan kenyamanan dan saran durasi yang tepat. Yang terakhir dan tidak kalah pentingnya adalah menjaga pola makan dengan memilih sumber nutrisi yang sehat. Wallahu a'lam bis shawab. 


Yuhansyah Nurfauzi, pakar farmasi, pemerhati sejarah kedokteran dan sejarah peradaban Islam