3 Esensi Ajaran Rasulullah menurut Katib 'Aam KH Said Asrori
Senin, 9 Oktober 2023 | 17:00 WIB
Jakarta, NU Online
Katib ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Said Asrori, menerangkan esensi dari ajaran Rasulullah Muhammad SAW yang menekankan tiga nilai penting yakni beriman, menjaga kehidupan, dan menghargai kemanusiaan.
Pertama-tama, Kiai Said Asrori menyoroti pentingnya iman kepada Tuhan yang Maha Esa, pencipta alam semesta. Ia menjelaskan bahwa dalam ajaran Islam, keyakinan ini adalah inti dari perjalanan spiritual seseorang dan akan memengaruhi nasibnya di dunia dan akhirat.
"Ajaran Rasulullah mengajak umat manusia untuk beriman kepada Tuhan pencipta alam. Tuhan yang Maha Segala Maha, Allahu rabbul alamin. Tidak mungkin sesuatu itu ada dengan wujudnya sendiri. Tidak mungkin. Kita manusia ini ada sebab. Kita diwujudkan oleh Allah swt melalui wasilah, perantaraan orang-orang terdahulu kita sampai Nabi Adam,” ujar Kiai Said Asrori dalam Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) AS-Kanada via Zoom pada Ahad (8/10/2023).
“Sebab dari keyakinan ini akan menentukan perjalanan seseorang, apakah dia selamat atau celaka, beruntung atau sial, bahagia atau susah, dengan puncaknya surga atau neraka," imbuh dia.
Kedua, ia menekankan pentingnya menghargai kehidupan, baik keberlangsungan hidup manusia dan alam raya. Beliau mengacu pada konsep "ma’murat dan manhiyat" dalam Islam, yang mengatur perintah dan larangan untuk menjaga keberlangsungan kehidupan. Selain itu, beliau menggarisbawahi bahaya merusak alam dan sumber daya alam karena kerakusan manusia.
"Ajaran Rasulullah sangat mengecam perang dan konflik. Perang dan konflik ini kemudian akan membasmi kehidupan. Kehidupan, baik di darat, laut, atau air harus dijaga. Apa pun tindakan yang merusak kehidupan bertentangan dengan ajaran Rasulullah," tegas Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thullab, Wonosari, Tempuran, Magelang, Jawa Tengah itu.
Ketiga, Kiai Said Asrori menyoroti pentingnya menghargai kemanusiaan yang diajarkan oleh Rasulullah saw dalam sejarah perkembangan Islam. Ia menggambarkan bagaimana Rasulullah saw secara perlahan mengubah pandangan masyarakat pada masa jahiliah, menghapuskan perbudakan dan mendorong manusia untuk menghargai sesama manusia tanpa memandang agama, ras, bahasa, atau warna kulit.
“Kalau kita lihat sejarah waktu itu dari Nabi Isa sampai Rasulullah ada masa fatrah, yaitu kekosongan dari nabi selama 600 tahun. Waktu yang cukup lama, sehingga rusak. Ada perbudakan, manusia yang kuat, manusia yang kaya menzalimi manusia lemah bahkan manusia tidak diperlakukan sebagaimana mestinya manusia,” jelas dia.
“Di dalam Islam, Rasulullah ini betul-betul mengubah dengan cara pelan-pelan sehingga waktu itu perbudakan dihapus sedikit demi sedikit, jika ada umat Islam melanggar biasanya kafaratnya atau hukumannya memerdekakan budak. Ini sebenarnya sebuah proses Rasulullah bagaimana mengajarkan manusia untuk menghargai kemanusiaan itu sendiri,” imbuh dia.
Pernyataan tersebut menekankan pentingnya nilai-nilai ini dalam ajaran Islam dan bagaimana mereka dapat membimbing individu untuk menjalani kehidupan yang berarti, penuh kebijaksanaan, dan penuh dengan cinta kasih kepada sesama manusia.
“Tidak kenal apa agama, ras, bahasa, warna kulit, semua manusia harus dihargai. Sehingga di dalam istilah kita yang kemudian hadits-hadits Rasulullah, ayat-ayat Al-Qur’an dikaji oleh para ulama kemudian memunculkan istilah ‘ukhuwah’, dari kosa kata ‘akhun’ itu saudara. Kemudian ini menjadi persaudaraan, satu sebagai sebuah amaliah bahasanya menjadi ‘ukhuwah’,” tutup dia.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua