3 Skema bagi Jamaah Meninggal, Sakit, dan Lansia pada Puncak Haji
Kamis, 22 Juni 2023 | 07:00 WIB
Jakarta, NU Online
Fase puncak haji yakni Wukuf di Arafah, Mabit di Muzdalifah, dan Melempar Jumrah di Mina atau yang biasa disebut Armina akan segera tiba. Di fase inilah para jamaah membutuhkan ketahanan fisik dan mental agar mampu menjalankan rangkaian inti ibadah haji dengan baik.
Untuk menghadapi hal ini, perlu persiapan matang baik dari jamaah maupun panitia haji karena 30 persen jamaah Indonesia merupakan jamaah lanjut usia (Lansia). Selain itu, ada juga jamaah yang memiliki riwayat penyakit dengan risiko tinggi (risti).
Terkait dengan hal ini, Direktur Bina Haji Arsad Hidayat mengatakan pihaknya sudah menyiapkan 3 skema skema penyelenggaraan puncak haji, khususnya bagi jamaah haji lansia.
1. Bagi jamaah yang meninggal dunia
Skema pertama disiapkan bagi jamaah lansia yang meninggal dunia setelah di embarkasi, saat di pesawat, atau di tanah suci, serta jamaah lansia yang memiliki ketergantungan pada alat dan obat sehingga tidak bisa dimobilisasi.
Jamaah yang masuk dalam kategori skema ini menurut Arsad akan dibadalhajikan. “Jadi, nantinya akan ada orang yang membadalkan hajinya,” terang Arsad dalam keterangan pers yang diterima NU Online, Selasa (21/6/2023).
Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu, sampai Kamis (22/6/2023) pukul 0745 WIB, tercatat sudah ada 113 jamaah haji Indonesia yang meninggal di pesawat, Jeddah, Madinah, dan Makkah.
2. Bagi jamaah haji yang sakit
Skema kedua disiapkan bagi jamaah haji yang sakit dan dirawat, baik di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKIH) ataupun di RS Arab Saudi, dan masih bisa dimobilisasi. Jamaah dengan kategori ini akan disafariwukufkan.
“Kita akan angkut dengan bus yang sudah dimodifikasi, ada jamaah yang duduk dan baring. Satu dua jam di Arafah kemudian akan kembali ke KKIH atau RSAS,” sebutnya.
3. Bagi jamaah lansia sehat
Skema ketiga, lanjut Arsad, disiapkan bagi jamaah lansia yang fisiknya sehat, hanya harus menggunakan kursi roda. Mereka akan tetap dibawa ke Arafah untuk menjalani Wukuf seperti jamaah haji normal lainnya.
“Hanya, kita sedang mempersiapkan skema dengan pihak Syarikah supaya mereka tidak harus mampir di Muzdalifah. Sebab, Muzdalifah itu kan hamparan pasir. Kalau nanti kursi roda turun di sana akan berat mendorongnya,” papar Arsad.
“Sedang dibahas bersama Syarikah, skema agar mereka dapat diberangkatkan dari Arafah langsung ke Mina menjelang tengah malam sehingga saat mereka lewat di Muzdalifah pada tengah malam. Mereka mabit lahdzatan atau sebentar di Muzdalifah. Adapun ibadah lontar jumrahnya selama di Mina, agar diwakilkan kepada jamaah yang sehat,” lanjutnya.
Arsad juga mempersilakan kepada para jamaah yang akan mengambil inisiatif untuk tidak menginap di tenda Mina, tapi kembali ke hotel. Namun, Arsad mengingatkan bahwa tidak ada layanan katering di hotel. Sebab, katering yang disiapkan pihak muassasah hanya diperuntukkan bagi jamaah yang menginap di Mina.
“Jadi, jamaah yang mengambil pilihan untuk pulang ke hotel pada fase mabit di Mina, mereka harus mencari makan sendiri,” ucapnya.
Terkait dengan maksimalisasi skema ini, pihaknya telah melakukan komitmen dengan Forum Komunikasi KBIHU untuk siap memberikan kemudahan-kemudahan bagi jamaah hajinya, termasuk memberikan fasilitasi para jamaah dalam menunaikan ibadah hajinya. Dengan banyak jamaah binaan, pesan dari para ustaz di KBIHU juga didengar dan diikuti jamaahnya.
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua