Nasional

4 Kecerdasan yang Perlu Diajarkan kepada Anak dalam Menggunakan Gawai

Senin, 24 Oktober 2022 | 19:00 WIB

4 Kecerdasan yang Perlu Diajarkan kepada Anak dalam Menggunakan Gawai

Ilustrasi: Orang tua perlu melatih kecerdasan anak dalam menggunakan gawai agar tidak terkena dampak negatif.

Jakarta, NU Online
Penggunaan gawai ibarat pisau bermata dua, ada segi positif sekaligus negatifnya. Orang tua perlu melatih kecerdasan anak dalam menggunakan gawai agar tidak terkena dampak negatif.


Ketua Umum Badan Kerja Sama Organisasi Wanita (BKOW), Ning Nawal Nur Arafah Yasin mengungkapkan hal itu dalam tayangan Parenting Education Gerakan Perubahan Pengasuh Orang Tua diakses Senin (24/10/2022).


Menurut Ning Nawal ada empat kecerdasan yang bisa dilatih kepada anak saat mereka berinteraksi dengan gawai. Hal yang menjadi kekhawatiran orang tua adalah ketika anak tidak memiliki tujuan yang sama dalam penggunaan gawai.


"Kita memberikan gadget tapi anak tidak mengerti fungsi positifnya. Maka perlu mengajarkan empat kecerdasan tersebut," ujarnya.


Kecerdasan pertama yakni dengan mengajarkan berpikir kritis; mengajarkan untuk memilah informasi yang kredibel, membedakan mana yang hoaks, mana berita yang mereka butuhkan dan tidak dibutuhkan.


Kedua, mengajarkan kepada anak untuk berkomitmen pada keamanan. Orang tua terkadang lupa bahwa banyak sekali hal yang harus diajarkan kepada anak agar mereka memiliki prinsip keamanan, prinsip etika dalam penggunaan gawai.


"Jangan sampai mem-posting sesuatu yang tidak mencantumkan sumbernya, atau meng-upload sesuatu tanpa memperhatikan privasi bagi lainnya," kata Ning Nawal.

 

Ketiga, mengajarkan untuk berkolaborasi misalkan memanfaatkan guru di luar sekolah. Dapat juga anak-anak berkolaborasi dengan teman-teman mancanegara yang membawa manfaat bagi anak.


Adapun yang keempat, mengajarkan kreativitas. "Penggunaan gadget tidak hanya sebatas mengonsumsinya saja tapi juga perlu diajarkan untuk berkreasi dengan hasil yang mereka lihat misal dengan me-review ulang, menulis dan lain-lain. Itu merupakan keterampilan yang harus dilatih pada anak," papar istri Wakil Gubernur Jawa Tengah, H Taj Yasin Maimoen itu.


Ning Nawal menuturkan bahwa diperlukan pengubahan pengasuhan positif di samping pada era disruptif, karena adanya revolusi 4.0 sangat luar biasa yang menjadikan disrupsi di semua bidang kehidupan. Disrupsi dalam bidang agama menjadikan masyarakat banyak belajar agama melalui Youtube atau saluran internet lainnya, sehingga mereka tidak mementingkan untuk memilih guru yang memiliki sanad mutashil kepada Rasulullah saw.


"Ini merupakan komitmen bagi kita untuk menjawab disrupsi yang terjadi dibidang teknologi, pendidikan," lanjutnya. 


Ia menyebutkan bahan pembelajaran saat ini tidak hanya bersumber dari buku, namun sudah banyak bahan dari internet. "Maka ini perlu direspons bersama bagaimana anak-anak dapat cerdas digital," tegasnya.


Selain itu, komunikasi yang efektif diperlukan dalam pengasuhan yang positif. Jangan sampai orang tua yang hadir untuk anak, namun tidak dengan sepenuh jiwa dan raga.


Kadang orang tua dekat dengan anak, namun ketika diajak bicara justru melamun atau mengalihkan pembicaraan. Padahal, yang anak butuhkan adalah bagaimana mereka merasa diberikan empati oleh orang tuanya dan hadir sepenuh jiwa dan raga.


Komunikasi yang efektif penting dengan menggunakan kata-kata yang tepat, karena sering kali hal itu hilang akibat emosi yang ada dalam diri sehingga yang keluar adalah marah-marah.


"Maka harus merefleksikan pengalaman untuk dijadikan sebuah alat komunikasi. Perlu juga melakukan disiplin positif dan mengajarkannya agar tidak hanya terjadi satu arah, tetapi juga semua pihak menyepakati aturan yang ada dalam pengasuhan positif," pungkasnya.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Kendi Setiawan