Akademisi Internasional Kenali Sejarah Pendirian Masjid Istiqlal
Senin, 4 November 2024 | 21:30 WIB
Para akademisi peserta Humanitarian Islam foto bersama di Masjid Istiqlal. (Foto: NU Online/Suwitno)
Afrilia Tristara
Kontributor
Jakarta, NU Online
Sarjana dan akademisi peserta Konferensi Humanitarian Islam yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengunjungi Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat pada Senin (4/11/2024).
Para delegasi didampingi oleh Ketua PBNU H Ahmad Suaedy, Wasekjen PBNU Sidrotun Naim, dan sejumlah panitia pada kunjungan ini.
Saat sampai di Masjid Istiqlal, mereka tertarik pada potret Imam Besar Istiqlal yang kini juga menjabat sebagai Menteri Agama RI KH Nasaruddin Umar bersama Paus Fransiskus pada lawatan yang diselenggarakan 6 September 2024 lalu.
Ketua PBNU Ahmad Suaedy memandu sesi ramah tamah dalam kunjungan tersebut dilanjutkan dengan perkenalan para akademisi oleh Charles Holland Taylor dari Amerika Serikat yang merupakan Wakil Ketua Center for Shared Civilization Values (CSCV).
Kepala Bidang Penyelenggaraan Peribadatan Masjid Istiqlal KH Bukhori Sail At-Tahiri menyambut kedatangan para delegasi.
"Kami berterima kasih sekali atas kunjungan para akademisi dunia. Ini sejalan dengan visi-misi kami bahwa Istiqlal adalah masjid internasional."
Ia kemudian memandu peserta dalam rangkaian tur mengelilingi Masjid Istiqlal hingga bersama-sama melewati Terowongan Silaturahmi antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.
Pertama-tama peserta diajak ke bagian tengah ruang shalat utama Masjid Istiqlal. Kiai Bukhori menyebut Arsitek Masjid Istiqlal adalah Friedrich Silaban seorang warga negara Indonesia non-Muslim.
"Saat ingin membangun Istiqlal, ia berkeliling mempelajari arsitektur masjid-masjid di dunia karena menginginkan arsitektur yang berbeda," ujarnya.
Oleh karena itu, hampir tidak ada arsitektur masjid yang serupa dengan gaya desain Masjid Istiqlal.
Ia juga menjelaskan bahwa dalam ornamen bangunan masjid memiliki makna filosofis tertentu seperti diameter kubah sepanjang 45 meter yang melambangkan tahun Indonesia merdeka sesuai dengan arti Istiqlal (merdeka).
Salah seorang delegasi yakni Robert Hefner menyampaikan kesannya atas kunjungan ke Masjid Istiqlal. "Kunjungan ini terasa sangat menyejukkan hati dan menentramkan jiwa," kata Hefner.
Ia juga terkesan saat melintasi Terowongan Silaturahmi (Wot Ati) antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, Jakarta Pusat.
Menurutnya, ini merupakan pengalaman yang perlu dirasakan banyak umat di dunia berkenaan dengan hidup harmonis dan bersahabat dalam berbagai perbedaan, termasuk perbedaan keyakinan.
Kunjungan di Masjid Istiqlal ditutup dengan perjalanan melalui Terowongan Silaturahmi tersebut. Para akademisi melanjutkan agenda kunjungan ke Gereja Katedral. Di sana, mereka disambut langsung oleh Uskup Agung Kardinal Ignatius Suharyo.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua