Alasan Buku ‘Literasi Digital Santri Milenial’ Banyak Diminati
Ahad, 4 Juli 2021 | 16:00 WIB
Afina Izzati
Kontributor
Jakarta, NU Online
Buku berjudul ‘Literasi Digital Santri Milenial: Buku Pegangan Santri di Era Banjir Informasi’ karya Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA), Abdullah Hamid, ternyata banyak diminati pembaca.
Hal tersebut disampaikan sang penulis saat berbicara dalam ‘Book Review’ yang digelar Siberkreasi dan Kementerian Kominfo secara daring, Ahad (4/7) sore.
Hamid, sapaan akrabnya, mengungkapkan poin-poin yang menjadi daya tarik dari buku yang ia tulis. Buku itu berisi empat bagian yang terdiri dari beberapa pembahasan.
“Pertama, membahas soal seluk-beluk santri dan karakteristiknya. Lalu, tentang ciri, bentuk, dan peranan pesantren, UU Pesantren, klasifikasi pesantren, termasuk pesantren yang memiliki Ma’had Aly atau perguruan tinggi, juga pesantren-pesantren tahfidz,” kata dia.
Kedua, membahas tentang santri milenial, termasuk tentang gen santri milenial, santri sebagai role model, dakwah santri di media sosial, serta figur kiai dan ibu nyai idola santri milenial.
“Inti dari buku ini ada di bab tiga, yakni mengenai literasi digital bagi santri, posisi pesantren dalam literasi digital, strategi pesantren menghadapi literasi digital, dan panduan literasi digital bagi santri,” jelas alumnus Madrasah TBS Kudus ini.
Pendiri Komunitas Dunia Santri itu menambahkan, bagian keempat buku tersebut membahas tentang tradisi pesantren yang berisi tradisi baca tulis, bahtsul masail, dan ekonomi pesantren.
Kepada NU Online, Hamid mengungkapkan keresahannya terkait kemampuan santri dalam menghadapi derasnya arus informasi. Oleh karena itu, ia mengambil tema Literasi Digital Santri Milenial.
“Kebetulan saya memiliki latar belakan praktisi sosial media @ayomondok dan RMI PBNU, sehingga cukup memiliki pengalaman praktik dalam berliterasi digital,” ungkapnya.
Doktor jebolan Universitas Negeri Malang ini mengaku bekal itulah yang membuatnya berani menulis buku semacam panduan untuk santri ini. Ia mengaku butuh waktu cukup lama dalam menyusun buku tersebut.
“Kurang lebih setahun. Karena butuh riset. Dalam menyusunnya, pakai bahasa yang ringan bagi milenial,” tandas pria asal Pati ini.
Dengan hadirnya buku tersebut, Hamid berharap para santri tidak tinggal diam. Namun, harus diimbangi dengan kemampuan literasi dakwah.
“Jangan lagi hanya jadi maf’ul bih (objek). Sudah saatnya jadi fa’il (subjek), jadi trendsetter (pusat perhatian) di medsos. Isilah ruang maya dengan hal positif, bergizi, mendamaikan,” tandasnya.
Selain Hamid, hadir selaku pembedah buku tersebut antara lain Ketum PB PMII M Abdullah Syukri, Ketua PW IPPNU Lampung Sasa Chalim, dan GNLD Siberkreasi Romzi Ahmad.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua