Solo, NU Online
Tradisi budaya yang mengakar kuat pada bangsa Indonesia menjadi kekuatan tersendiri, sehingga meskipun sempat mengalami masa kolonialisme, tidak mampu menghilangkan begitu saja tradisi budaya yang ada.
“Sebuah bangsa bisa bertahan kalau dia memiliki budaya. Sebaliknya bangsa yang tak memiliki budaya yang kuat akan mudah hancur,” terangnya.
Hal tersebut disampaikan Ketua Lesbumi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Agus Sunyoto pada acara Ngaji Budaya: Islam Nusantara dalam Pergualatan Ideologi Islam Transnasional di Kantor PCNU Kota Surakarta, Selasa (27/8) malam.
Kiai Agus mencontohkan, beberapa bangsa yang sempat mengalami masa kejayaan dan memiliki wilayah kekuasaan yang luas, namun akhirnya hilang tertelan zaman.
“Sejarah sudah mengajarkan, Islam pernah Berjaya di Andalusia 700 tahun, tapi selama masa tersebut di sana tidak ada tradisi Islam Spanyol, yang ada hanya pemerintahan ditopang pasukan. Begitu kekuasaan berakhir, Islam tidak ada jejaknya di sana, karena tidak ada tradisi, hilang,” ungkap penulis buku Atlas Wali Songo itu.
Kemudian juga bangsa Kurdi, yang berada di wilayah Kurdistan yang memiliki wilayah yang luar biasa besar dan yang masyhur di antaranya adalah Sultan Kurdi Salahudin Al-Ayubi, tokoh yang pernah menaklukan Yerusalem.
“Ketika Salahudin meninggal tidak ada yang cakap menggantikan. Pelan-pelan runtuh. Apa yang terjadi? Wilayah Kurdistan terhapus dari peta dunia. Bangsa Kurdi yang tidak punya tradisi budaya, hanya menjadi satu suku kecil yang ada di Irak, Iran, Turki, dan Syuriah,” kata Kiai Agus.
Untuk itulah, tegas Kiai Agus, Nahdlatul Ulama sebagai salah satu organisasi yang menjunjung tinggi nilai tradisi, mesti berada di garda terdepan dalam upaya nguri-uri tradisi budaya bangsa.
“Bila ada kelompok berkedok agama yang anti budaya, anti tradisi, jangan sampai kita memberikan peluang kepada mereka, lawan saja,” tegasnya.
Selain KH Agus Sunyoto, dalam kesempatan tersebut turut hadir sebagai narasumber dosen ISI Surakarta Waluyo dan pegiat budaya KRMH Aryo Hidayat Adiseno. Kegiatan yang dihadiri dari berbagai elemen ini juga menampilkan pentas Wayang Beber yang mengambil lakon tentang pasar tradisional.
Kontributor: Ajie Najmuddin
Editor: Muiz