Beberapa Faktor yang Bisa Menjadi Penyebab Mati Batang Otak
Rabu, 4 Oktober 2023 | 08:00 WIB
Suci Amaliyah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Mati batang otak menjadi perbincangan beberapa hari ini seusai kematian mendadak seorang bocah setelah melakukan operasi amandel. Batang otak adalah bagian tubuh yang mirip dengan tangkai otak yang menghubungkan otak manusia ke sumsum tulang belakang.
Fungsi utama batang otak adalah mengatur beberapa fungsi tubuh krusial, seperti pernapasan, detak jantung, keseimbangan, koordinasi, dan refleks. Kehilangan fungsi batang otak dapat memiliki konsekuensi serius terhadap kesehatan seseorang.
Mati batang otak adalah kondisi ketika seluruh fungsi batang otak hilang secara permanen. Hal ini menyebabkan pernapasan akan berhenti, dan fungsi jantung juga hilang.
Ketika ini terjadi, ventilator menjaga jantung orang tersebut tetap berdetak dan oksigen bersirkulasi melalui aliran darahnya.
Dokter Spesialis Bedah Digestif, Muhammad S. Niam menyebut, seseorang yang mengalami mati batang otak akan kehilangan kesadaran dan kemampuan bernapas sehingga membutuhkan ventilator sebagai alat bantu nafas.
"Jadi, asupan oksigen dalam tubuh yang akan diedarkan oleh jantung dan pembuluh darah tetap bisa memenuhi kebutuhan bahkan pompa jantung harus dibantu dengan obat sehingga oksigen dapat beredar melalui aliran darah. Penderita bisa bertahan hidup bertahun-tahun dengan alat ventilator ini," terang Niam kepada NU Online, Rabu (4/9/2023).
Namun, sambung dia, hidup dalam keadaan vegetatif sebagaimana hidupnya tumbuhan selamanya karena tingkat kematian pada penyakit batang otak ini bersifat permanen, alias penderita tidak akan pernah sadar dan dapat bernapas dengan sendirinya tanpa bantuan alat.
"Pasien yang menderita mati batang otak dinamakan juga mati otak (brain death) secara keseluruhan dan dianggap sudah meninggal secara medis," terang Niam kepada NU Online, Rabu (4/9/2023).
Apa penyebab Mati Batang Otak?
Dokter Niam menjabarkan, mati batang otak dipicu oleh trauma atau cedera otak parah. Biasanya hal tersebut bisa terjadi karena kecelakaan, jatuh, luka tembak, atau pukulan keras ke arah kepala. Selain berasal dari kecelakaan fisik, mati batang otak juga bisa terjadi melalui pendarahan pada otak, penyakit infeksi pada otak, dan tumor otak.
Dalam kondisi tersebut, kata dia, otak akan mendapat banyak tekanan yang menyebabkan penurunan aliran darah serta kerusakan jaringan. Kondisi lain yang bisa membuat seseorang mengalami hal ini, salah satunya adalah:
1. Henti Jantung
Kondisi ini, terang Niam, biasanya terjadi ketika jantung tiba-tiba berhenti atau hilang fungsinya. Tidak selalu penderita penyakit jantung saja, mereka yang belum pernah didiagnosis juga berpotensi mengalami kondisi seperti ini.
"Saat jantung berhenti fungsinya, hal ini menyebabkan otak kekurangan oksigen. Dampaknya cukup fatal, salah satunya adalah brain death atau mati otak," jelas Niam.
2. Serangan Jantung
Pasien yang mendapat serangan jantung berpotensi tinggi mengalami kematian otak. Biasanya serangan jantung terjadi saat aliran darah ke jantung tersumbat.
"Para ahli menyatakan bahwa kondisi ini cukup berbahaya bagi keselamatan manusia, karena meskipun pasien telah dipasang alat bantu untuk bernapas, rata-rata mereka yang mengalami serangan jantung ini akan meninggal dunia dalam beberapa menit ke depan," ungkapnya.
3. Stroke
Saat pasien mengalami stroke, besar kemungkinan akan terjadinya penyumbatan untuk menyuplai darah ke otak. Menurut Niam, umumnya pasien yang sudah mengalami kondisi ini berpotensi tinggi untuk mengalami kematian batang otak.
4. Penggumpalan Darah
Penyumbatan darah menjadi penyebab utama memicunya kematian batang otak, terutama saat terjadinya penggumpalan darah yang menghambat aliran darah ke seluruh tubuh, terutama otak dan jantung.
"Itulah 4 penyebab mati batang otak yang umum terjadi pada pasien penderita penyakit jantung, stroke, atau yang mengalami kecelakaan fisik di area kepala," ucapnya.
Ketua Perhimpunan Dokter NU itu menjabarkan, kematian batang otak yang terjadi pasca-pembedahan bisa saja terjadi apabila kemudian mengalami berbagai hal yang berujung pada kerusakan batang otak. Hal itu juga pernah terjadi pada berbagai macam pembedahan yang dilakukan bertahun-tahun lalu.
"Jadi untuk mengetahui ada tidaknya kesalahan dalam penanganan pasien perlu penyelidikan lebih lanjut dengan mempelajari riwayat berdasarkan rekam medis dan harus memperdengarkan pendapat ahli sebelum kita bisa memastikan itu terjadi karena kesalahan prosedur atau komplikasi yang tidak bisa diprediksi sebelumnya," terang dia.
"Setiap pembedahan dan bahkan pembiusan bisa memiliki risiko dan komplikasi yang kadang tidak mudah diprediksi sebelumnya," imbuh Niam.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua