Nasional

Dinasti Politik di Tubuh DPR, Pengamat Sorot Sikap Apatis Rakyat terhadap Caleg yang Dipilih

Jumat, 4 Oktober 2024 | 17:00 WIB

Dinasti Politik di Tubuh DPR, Pengamat Sorot Sikap Apatis Rakyat terhadap Caleg yang Dipilih

Suasana komplek DPR/MPR menjelang pelantikan, Rabu (2/10/2024) lalu. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Relasi kekerabatan dalam dunia politik atau dinasti politik terjadi di tubuh anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) 2024-2029. Tercatat, seperti Ketua DPR RI 2024-2029 Puan Maharani yang anaknya terpilih anggota DPR Pinka Haprani (25).


Selain Pinka, Cucu Presiden Soekarno yaitu Romy Soekarno (54) juga terpilih akibat Arteria Dahlan dan Sri Rahayu mengundurkan diri dari DPR RI Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Timur VI. Contoh lainnya adalah Annisa Maharani Azzahra (23). Ia yang menyandang anggota DPR termuda ini merupakan putri dari Desmon J Mahesa anggota DPR 2019-2024.


Melihat kejadian itu, Akademisi Hukum Tata Negara (HTN) Universitas Negeri Lampung (Unila) Mochamad Iwan Satriawan menjelaskan bahwa hal tersebut lahir salah satunya akibat sikap apatis rakyat terhadap dewan yang mereka pilih. Selain itu juga memang ada intrik-intrik politik yang dijalankan oleh politikus.


"Rakyat seolah nggak peduli siapa anggota dewannya (yang mereka pilih)," kata saat dihubungi NU Online, Jumat (4/10/2024).


Iwan menilai perlunya pembuktian dari anggota DPR yang sudah terindikasi dipengaruhi oleh politik dinasti itu. "Apakah meskipun dinasti mereka tetap memperhatikan rakyat apa ketua partai politik?" jelasnya.


Iwan menginginkan adanya perubahan sikap yang timbul dari rakyat itu sendiri, sehingga pola-pola politik yang hanya untuk kepentingan sesaat dapat terkurangi sehingga lama-kelamaan dapat menghilang.


Meski begitu, Pakar Hukum Tata Negara (HTN) Universitas Negeri Lampung (Unila) Prof Rudy menerangkan bahwa politik dinasti juga terjadi di negara-negara yang sudah matang seperti Amerika Serikat dan Jepang. Sehingga menurutnya perlu adanya pengkajian lebih dalam mengenai politik dinasti di parlemen.


"Terlebih belum ada kajian yang memastikan bahwa mereka terpilih karena politik dinasti; bisa saja mereka terpilih karena memang pilihan rakyat di dapilnya masing-masing," terangnya.


Sebelumnya, Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) mencatat dari 580 anggota DPR yang dilantik, sedikitnya 79 di antaranya terafiliasi dengan dinasti politik, dengan indikator mempunyai relasi kekerabatan dengan pemangku kekuasaan dan elite partai, mulai di tingkat kepala daerah hingga pejabat di tingkat pusat. Jumlah ini naik secara signifikan dari 48 anggota DPR terafiliasi dinasti politik pada komposisi DPR periode 2019-2024 lalu.


“Kita menemukan misalnya ada anggota DPR terpilih suami istri tapi dari daerah pemilihan (dapil) berbeda, terus ada ibu dan anak, lebih banyak anak elite partai, anak kepala daerah, itu semua yang kita kategorikan masuk dinasti politik,” kata peneliti Formappi, Lucius Karus saat memaparkan hasil riset bertajuk Anatomi Caleg terpilih DPR 2024-2029 di kantor Formappi, Matraman, beberapa waktu lalu.