Ekoteologi Ikhtiar Awal Jaga Lingkungan dari Akarnya
NU Online · Kamis, 2 Oktober 2025 | 22:00 WIB
Menteri Agama KH Nasaruddin Umar saat menyampaikan sambutan pada pembukaan Halaqah Internasional di Pondok Pesantren As'adiyah Sengkang Macanang, Wajo, Sulawesi Selatan, Kamis (2/10/2025). (Foto: Kemenag)
Muhammad Syakir NF
Penulis
Wajo, NU Online
Menteri Agama KH Nasaruddin Umar menyampaikan bahwa ekoteologi merupakan wacana yang perlu didiskusikan secara komprehensif.
Hal itu ia sampaikan saat memberikan sambutan pada Halaqah Internasional dengan tema Transformasi Sosio-Ekologis dan Solusi Epistemologis Berbasis Turats yang digelar di Pondok Pesantren As'adiyah Sengkang, Macanang, Wajo, Sulawesi Selatan, Kamis (2/10/2025).
Pasalnya, problem penjagaan terhadap lingkungan perlu dimulai dari akarnya, yaitu konsep pengetahuannya. Sebab, tindakan dibentuk dari sistem pengetahuan.
Mengutip Sosiolog Agama Max Weber, Menag Nasaruddin menyampaikan bahwa mustahil etos dapat berubah tanpa mengubah sistem logosnya.
"Nggak mungkin mengubah logos tanpa meninjau teologi," katanya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag Amien Suyitno menyampaikan bahwa Halaqah Internasional ini menjadi wadah untuk berbagi pemahaman atas kontekstualisasi maqasid syariah.
Satu bahasan penting di dalamnya adalah perihal perlu tidaknya penjagaan terhadap lingkungan sebagai bagian dari dharuriyat tambahan setelah penjagaan terhadap diri, akal, keturunan, agama, martabat, dan harta. Sebab, zaman semakin kompleks dan berubah, tidak terkecuali problem lingkungan.
Secara lebih detail, Suyitno menyebut sampai hari ini semua bab awal kitab fiqih itu pasti thaharah.
"Bicara bab thaharah tidak semata bicara najis, sumber pentingnya yaitu air," katanya.
Air menjadi sumber kehidupan penting berkaitan dengan lingkungan dan kebutuhan manusia. Karenanya, bab thaharah penting bukan sekadar soal suci-menyucikan, tapi juga dikontekstualisasikan dalam merawat lingkungan. Hal ini penting didiskusikan ini dalam pengajian.
"Kami menunggu gagasan brilian narasumber. Ke depan, bisa kita jadikan referensi pengambilan kebijakan kementerian lembaga terkait lingkungan," katanya.
Ia menegaskan bahwa Halaqah Internasional ini menunjukkan betapa pentingnya agama hadir di tengah problem masyarakat. Sebab, agama bukan semata hubungan dengan Allah.
Sebagai informasi, kegiatan ini akan diisi penyampaian materi dari para ulama dari Indonesia, Maroko, dan Mesir. Selain itu, ada presentasi dari akademisi yang telah mengirimkan karya tulis ilmiahnya. Hadir pula mudir dan pengajar Ma'had Aly takhassus fiqih dan ushul fiqih se-Indonesia.
Terpopuler
1
Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU Hadir Silaturahim di Tebuireng
2
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
5
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
6
KH Said Aqil Siroj Usul PBNU Kembalikan Konsesi Tambang kepada Pemerintah
Terkini
Lihat Semua