Nasional

Filsafat Antarbudaya Indonesia Tunjukkan Islam sebagai Solusi Konflik

Selasa, 5 November 2024 | 10:30 WIB

Filsafat Antarbudaya Indonesia Tunjukkan Islam sebagai Solusi Konflik

Rektor Universitas Indonesia saat pembukaan Konferensi Internasional Humanitarian Islam di Balairung Universitas Indonesia, Depok pada Selasa (5/11/2024). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Rektor Universitas Indonesia Prof Ari Kuncoro menyampaikan bahwa filsafat antarbudaya yang berkembang di Indonesia dapat menjadi contoh bagi banyak negara dalam menampilkan Islam sebagai agama yang  bisa menjadi solusi konflik di ranah global. 


"Dengan filsafat antarbudaya, Indonesia dapat menunjukkan kepada dunia bahwa Islam bukanlah ancaman melainkan solusi bagi perdamaian dunia," ujar Rektor UI yang biasa disapa Prof. Ari tersebut dalam sambutannya pada Pembukaan Konferensi Internasional Humanitarian Islam di Balairung Universitas Indonesia, Depok pada Selasa (5/11/2024).


Sebelumnya, Prof Ari menjelaskan bahwa berkembangnya Islam di Indonesia melalui filsafat antarbudaya yang diimplementasikan oleh Wali Songo dapat menjaga persatuan dalam keberagaman di Indonesia.


"Filsafat antarbudaya berusaha memahami dan menghargai pandangan serta nilai-nilai yang dimiliki oleh berbagai budaya yang berbeda," ujarnya.


Rektor UI mengemukakan setidaknya ada tiga aspek utama yang menjadi prinsip filsafat antarbudaya, yakni keterbukaan, saling menghargai, dan kesadaran kritis.


Prinsip keterbukaan dalam filsafat ini berarti terbuka terhadap kepercayaan dan ajaran yang dianut oleh umat beragama lain. Keterbukaan tersebut dapat meminimalisasi rasa superioritas bahwa hanya ada satu ajaran yang paling benar dan menganggap ajaran lain keliru. 


Prinsip berikutnya yakni saling menghargai bagaimana umat beragama lain menjalankan keyakinannya. Kemudian, prinsip kesadaran kritis yang berarti penganut suatu agama dapat menggunakan nalar objektif dalam menginterpretasi ajaran agamanya dan terbuka terhadap sejarah masa lalu sebagai bahan pembelajaran.


"Sejarah Islam di Indonesia telah membuktikan bahwa islam dan kebudayaan lokal dapat hidup berdampingan dan saling menguatkan," ujarnya.


Karena hal itulah, Indonesia memiliki peran unik dalam menunjukkan bahwa Islam bisa menjadi inspirasi bagi perdamaian dunia melalui Humanitarian Islam.


"Humanitarian Islam tidak mencakup aspek-aspek vertikal saja tetapi juga mencakup rasa kemanusiaan, keadilan sosial, dan perdamaian," ujar Prof Ari.


Pembukaan konferensi ini dihadiri oleh Sekretariat Liga Muslim Dunia (MWL) Asia Tenggara Abdurrahman Al-Khayyat, perwakilan duta besar negara sahabat, beserta sejumlah menteri, antara lain Menteri Agama RI KH Nasaruddin Umar, Mendiktisaintek Satryo Soemantri Brodjonegoro, Menteri Luar Negeri Sugiono, Menteri BP2MI Abdul Kadir Karding, Menteri Sosial Saifullah Yusuf, Menteri Pemberdayaan Perempuan Arifatul Choiri Fauzi, beserta sejumlah pejabat dan akademisi lainnya.


Setelah pembukaan, para peserta konferensi internasional akan melangsungkan konferensi terbatas di Hotel Grand Hyatt, Jakarta Pusat.