Nasional

Grand Syekh Al-Azhar Dorong Upaya Perkuat Persatuan Umat di Tengah Tantangan Global

Kamis, 20 Februari 2025 | 21:00 WIB

Grand Syekh Al-Azhar Dorong Upaya Perkuat Persatuan Umat di Tengah Tantangan Global

Grand Syekh Al-Azhar Ahmed Al-Thayyeb saat menyampaikan pidato kunci pada Konferensi Internasional Islamic Dialogue di Manama, Bahrain, Rabu (19/2025). (Foto: Dokumentasi Ahmad Ginanjar Syaban)

Manama, NU Online

 

Grand Syekh Al-Azhar Ahmed Al-Thayyeb menyebut bahwa realitas umat Islam saat ini tengah berada di persimpangan jalan. Situasi ini memerlukan ikatan persatuan yang kuat antarumat Islam untuk menghadapi berbagai krisis dan tantangan global. 

 

"Menghadapi tantangan kontemporer memerlukan persatuan Islam yang inklusif, dengan menghormati kedaulatan dan batas-batas setiap negara," ujar Syekh Al-Thayyeb dalam pidato kuncinya pada pembukaan Konferensi Internasional Islamic Dialogue (Dialog Intra-Islam) yang dilaksanakan di Manama, Bahrain pada Rabu (19/2/2025) sebagaimana dikutip dari Albilad. 

 

Ia menyampaikan harapannya agar konferensi ini bisa menjadi ajang terbukanya saluran komunikasi antar komponen umat Islam di dunia dengan misi yang sama berlandaskan persatuan dan persaudaraan.

 

Syekh Al-Thayyeb menyebut jalinan komunikasi antarumat Islam dengan hati yang tulus dan terbuka sangat diperlukan karena mempengaruhi keberhasilan dalam memupuk rasa persatuan.

 

Ia juga mengimbau kepada umat Islam untuk tidak memberi ruang terhadap provokasi yang memecah belah. "Kita harus menghindari campur tangan dalam urusan internal negara dan menghentikan eksploitasi perbedaan mazhab yang mengancam stabilitas," ujarnya. 

 

Grand Syekh mengapresiasi tindakan negara-negara Liga Arab yang mau bersatu dalam menanggapi krisis kemanusiaan di Gaza. "Ini adalah bukti nyata bahwa persatuan umat Islam masih mungkin diwujudkan," ujarnya. 

 

Imam Besar Al Azhar Kairo itu juga mengusulkan pembuatan "Piagam Umat Qibla" atau "Persaudaraan Islam" yang lahir dari konferensi ini dengan didasarkan pada prinsip-prinsip Islam yang inklusif.   

 

Senada, Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa menyampaikan pesan serupa terkait pentingnya persatuan umat Islam. "Tidak ada kejayaan bagi umat ini kecuali melalui persatuan dan keteguhan pada agama. Kita harus menghindari perpecahan dan bersatu dalam menghadapi tantangan," ujar Raja Hamad sebagaimana ditulis Albilad. 

 

Sebagai contoh, ia menyoroti peran Dewan Tinggi Urusan Islam Bahrain dalam mempromosikan dialog antar-mazhab dan menciptakan harmoni di tengah keragaman.  

 

Sementara itu, Wasekjen PBNU Najib Azca dan Ahmad Ginanjar Sya'ban turut hadir dalam konferensi internasional yang mengusung tema "Satu Bangsa, Satu Masa Depan" ini.

 

Azca menyebut PBNU mendukung penuh penyelenggaraan konferensi ini dan berharap bisa menjadi jembatan persaudaraan umat muslim melalui dialog dan berbagai upaya lainnya.

 

Konferensi digelar oleh Majelis Hukama al-Muslimin (Muslim Council of Elders) yang berkantor di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab dan juga atas dukungan penuh Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa. Lebih dari 400 ulama terkemuka, cendekiawan, otoritas agama, pemimpin, intelektual, dan pemangku kepentingan dari seluruh dunia Islam turut hadir dalam konferensi ini.

 

Ginanjar menjelaskan kerja sama antara PBNU dan Majelis Hukama al-Muslimin telah terjalin dengan erat dalam beberapa tahun terakhir. Kedua institusi besar dunia Islam itu kini memegang peran penting dalam merepons berbagai isu-isu strategis dan global dunia Islam. 

 

Dengan semangat kolaborasi dan dialog, konferensi ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk memperkuat persatuan umat Islam, menghadapi tantangan global, dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Â