Nasional

Grand Syekh Al-Azhar Tegaskan Islam Agama yang Terbuka dengan Dialog

Rabu, 10 Juli 2024 | 20:30 WIB

Grand Syekh Al-Azhar Tegaskan Islam Agama yang Terbuka dengan Dialog

Grand Syekh Al-Azhar Ahmed Al-Tayeb saat berpidato dalam Forum Interfaith and Intercivilizational Reception yang digelar PBNU di Hotel Pullman Jakarta, Rabu (10/7/2024). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Grand Syekh Al-Azhar Ahmed Al-Tayeb menegaskan bahwa Islam merupakan agama yang menghormati beragam perbedaan. Karenanya, Islam juga sangat terbuka untuk berdialog dan menganjurkan silaturahim.


“Islam sangat terbuka terhadap agama, aliran, dan menghormati pengikut agama lain. Ini dasar bagi silaturahim antara umat Islam dengan lainnya,” kata Syekh Al-Tayeb dalam Forum Interfaith and Intercivilizational Reception yang digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Hotel Pullman Central Park, Jakarta pada Rabu (10/7/2024).


Ia menyampaikan bahwa Al-Qur’an dan hadits Nabi memberikan prinsip bagi umat Islam untuk membangun hubungan dengan umat lain. Sebab, Islam menganggap perbedaan sebagai sesuatu yang lumrah. Bahkan, Islam memiliki pandangan untuk menentang permusuhan terhadap umat manusia.


“Islam yang kita ingin tunjukkan, bukanlah penghambat untuk dialog. Islam dari dasar akidahnya adalah agama dialog, agama yang mempertemukan semua peradaban,” ujar ulama kelahiran Luxor, 6 Januari 1946 itu.


Di dalam konteks saat ini, ia melihat hambatan dialog adalah jurang yang memisahkan peradaban orang Barat dengan peradaban umat Islam dan Timur.


“Ini jurang yang sangat dalam sekali dan belum ada upaya sungguh-sungguh dari para cendekiawan di Barat untuk memahami peradaban islam dan kebudayaan yang ada di Timur secara menyeluruh,” katanya.


Ia juga melihat belum ada upaya dan cara mengenali Islam dan memahami islam secara serius dari turats masa lalu. Dalam pandangannya, hal tersebut disebabkan para ilmuwan Barat itu kurang mengenal peradaban di Timur dengan segala macam keragamannya.


Lebih lanjut, Syekh Al-Tayeb juga mengingatkan bahwa keterbukaan Islam itu ditunjukkan Nabi Muhammad dengan sikap-sikapnya yang tidak memaksa orang untuk memeluk agama Islam.


Ia mengutip Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 48 dan Surat Hud ayat 118 bahwa kalau saja Allah berkehendak, bisa saja manusia dijadikan menjadi umat yang satu. Namun dalam wujudnya, Allah menciptakan manusia beragam untuk saling mengenal sebagaimana dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 13.


Dalam kesempatan itu, Syekh al-Tayeb juga menyampaikan bahwa Islam memiliki prinsip kebebasan beragama. Nabi Muhammad pun diingatkan dan diperintah Allah untuk tidak memaksa orang lain untuk memeluk Islam, sebagaimana difirmankan dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahf ayat 28 dan Al-Baqarah ayat 256.


Nabi Muhammad pun tidak punya kuasa atas hati dan keyakinan manusia lainnya, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an Surat Al-Ghasyiyah ayat 22, Surat Qaf ayat 45, dan Surat Yunus ayat 99.


"Sebab tugas Nabi Muhammad hanyalah menyampaikan," kata Syekh Al-Tayeb mengutip Al-Qur’an Surat Asy-Syura ayat 48.