Hadir di Jombang, Mustasyar PBNU Ajak Nahdliyin Terus Lestarikan Ajaran Aswaja Annahdliyah
Selasa, 27 Juni 2023 | 09:00 WIB
Mustasyar PBNU KH Said Aqil Siroj saat menyampaikan mauidzah hasanah pada Al Haflatul Kubro, Hari Ulang Tahun ke-108 Madrasah, dan ke-198 Pondok Pesantren, serta Haul Masyayikh Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Senin malam (26/6/2023). (Foto: Tangkapan layar Youtube Tambakberas TV)
A. Syamsul Arifin
Penulis
Jombang, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menjelaskan terkait pentingnya mengawal dan melestarikan nilai dan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) Annahdliyah. Dirinya juga menegaskan bahwa sampai sekarang semangat untuk menjaga Aswaja tidak pernah kendor.
"Sebelum menjadi ketua umum, selagi menjadi ketua umum 11 tahun, setelah tidak menjadi ketua umum tetap saja saya menjaga, mengawal, melestarikan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jamaah," katanya saat menyampaikan mauidzah hasanah dalam Al Haflatul Kubro, Hari Ulang Tahun Ke-108 Madrasah, dan Ke-198 Pondok Pesantren, serta Haul Masyayikh Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Senin malam (26/6/2023).
NU begitu kaya dengan nilai, ajaran, dan budaya luhur yang didasarkan pada paham Aswaja. Hal ini menurut Kiai Said tidak dimiliki oleh organisasi yang lain. Salah satu kekayaan itu berada di pondok pesantren. Pesantren dengan semua unsurnya sampai sekarang masih dipercaya masyarakat luas untuk menjadi pusat perihal keagamaan. Kepercayaan masyarakat terhadap pesantren ini adalah kekayaan tersendiri yang ia sebut sebagai modal atau kapital sosial.
"Masyarakat masih hormat kepada kiai pesantren, masyarakat masih menjadikan pesantren sebagai kiblat fiddin, tempat bertanya masalah agama tetap kepada pesantren. Yang seperti ini harus kita pelihara," ujarnya.
Di samping itu, termasuk modal sosial yang besar adalah masyarakat masih sangat antusias menghadiri majelis-majelis keagamaan yang diselenggarakan oleh pesantren. Seperti haul masyayikh, pengajian, dan kegiatan-kegiatan yang lain. Kiai Said mengajak warga NU untuk terus menjaga kekayaan semacam ini.
"Tidak ada selain Nahdlatul Ulama ini yang punya kekayaan kapital sosial ini. haul, akhirussanah, pengajian, masyarakat berduyun-duyun, berbondong-bondong tanpa didorong-dorong, tanpa imbalan materi mereka hadir," jelasnya.
Baca Juga
4 Sumber Hukum dalam Aswaja
Pengasuh Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah, Jakarta Selatan ini juga mengajak kepada seluruh komponen pesantren untuk menjaga modal budaya intelektual di pesantren melalui kajian-kajian turats atau kitab klasik (kitab kuning). Kiai Said menegaskan bahwa budaya itu adalah kekayaan berharga dan perlu terus dilestarikan.
"Nah ini harus kita pegang. Jangan sampai bergeser. Kalau pesantren tidak baca kitab kuning, bukan pesantren. Karena itu adalah khas pesantren, memelihara kutubut turots," ucapnya.
Kiai Said menegaskan bahwa kitab kuning tetap relevan dengan zaman kekinian. Oleh karena itu ia mengajak pesantren untuk tetap mempertahankan kajian-kajian turats. Sebagian orang yang menilai kitab kuning sudah digilas zaman, menurutnya anggapan itu bisa jadi didasarkan pada ketidakkemampuannya dalam membaca dan memahami secara komprehensif.
"Kata siapa kitab kuning tidak relevan lagi? Bukan tidak relevan, tapi bacanya sulit," terang Kiai Said dan disambut tawa oleh hadirin.
Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua