Jakarta, NU Online
Kendati organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sudah tidak ada lagi, akan tetapi kampanye ideologi khilafah masih ditemukan di berbagai tempat. Penyebaran ideologi tersebut terjadi baik antarindividu maupun melalui alat kampanye seperti beredarnya majalah bernama “kaffah” milik HTI di masjid-masjid.
Hal itu diungkapkan Dosen Pascasarjana Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta, Dr Ali M Abdillah. Ia mengatakan bahwa fenomena tersebut seharusnya menjadi perhatian pemerintah.
“Itu menjadi bukti bahwa mereka masih terus bergerak. Jelas itu media HTI. Satu sisi, kepalanya dipenggal, tapi kakinya kesana kemari. Sebelum besar, pemicunya harus segera diamputasi. Harus ada tindakan tegas dari pemerintah,” ungkap Wakil Sekretaris Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jakarta.
Kiai Ali menambahkan, fenomena ini adalah bukti bahwa, walaupun secara kelembagaan ormas HTI telah dibubarkan, akan tetapi, anggotanya terus melakukan gerakan ‘di bawah tanah’ dan terus melakukan perekrutan.
Untuk itulah, pimpinan Pondok Pesantren Al-Rabbani Cikeas ini mendukung langkah Menkopolhukam Wiranto membuat peraturan terkait penyebaran ideologi khilafah yang dilakukan perorangan. Menurutnya, langkah ini sangat tepat sebagai dasar untuk melakukan penindakan bagi siapapun yang menyebarkan ideologi khilafah di Indonesia.
“Adanya aturan itu sudah bagus tentang pelarangan penyebaran HTI, baik kelompok maupun individu. Jadi kalau ada yang melakukan itu, kepolisian harus menangkap. Memang untuk membasmi mereka harus galak karena kalau gak galak mereka akan terus bergerak,” tukas Kiai Ali.
Selama ini, lanjut Kiai Ali, pemerintah seperti menunggu ideologi khilafah ini meledak, baru bergerak membuat aturan. Harusnya dari dulu sudah ada tindakan preventif untuk mencegah menyebarnya ideologi tersebut. Pun setelah dibubarkan lembaganya, gerakan-gerakan perorang juga harus dihentikan. Pasalnya bila lembaganya dibubarkan, sementara perorangannya terus bergerak, maka itu sama saja bohong.
Ia menegaskan, satu-satunya ormas yang jelas-jelas menyatakan ‘perang’ terhadap HTI adalah Nahdlatul Ulama (NU). Menurutnya, kaum nahdliyin memiliki militansi luar biasa dan pemahaman agama Islam yang utuh sehingga konsep khilafah yang mereka tawarkan, pasti mental.
“Mereka (HTI) mencari sasaran kalangan di luar NU yaitu kelompok menengah yang minim pemahaman agamanya. Kelompok inilah yang terus dimasukkan doktrin dan dalil-dalil agama tentang khilafah, yang sama sekali tidak sesuai dengan Indonesia dan Pancasila,” lanjutnya.
Editor: Ahmad Rozali
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
Terkini
Lihat Semua