Nasional

Ini Alasan Gus Yahya Buat Tata Kelola NU Seperti Pemerintahan

Kamis, 1 Agustus 2024 | 15:00 WIB

Ini Alasan Gus Yahya Buat Tata Kelola NU Seperti Pemerintahan

Ketum PBNU Gus Yahya Cholil Staquf di Lobi Gedung PBNU, Jakarta, Kamis (1/8/2024). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan alasan membuat tata kelola NU seperti pemerintahan.


Baginya, jumlah jamaah atau pengikut NU yang sudah sangat banyak, dinilai tidak realistis jika dikelola dengan pola memasukkan pengikut NU menjadi pengurus struktural Perkumpulan NU.


Gagasan Gus Yahya yang ingin membuat tata kelola NU seperti pemerintahan itu sebagai upaya merealisasikan hubungan yang baik antara struktural (pengurus) dengan kultural (warga) NU.

 

Hal tersebut disampaikan Gus Yahay saat meresmikan platform DIGDAYA Persuratan NU (Digitalisasi Data dan Layanan NU) di Lobi Gedung PBNU Jl Kramat Raya 164, Jakarta, pada Kamis (1/8/2024).


"Kita harus satu pemikiran tentang skema yang masuk akal sekaligus realistis. Sejak awal saya menawarkan skema untuk menjadikan jamiyah ini, yang struktur ini sebagai semacam pemerintahan, sehingga hubungan antara struktur dan kultur, adalah hubungan seperti pemerintah di depan rakyatnya, yaitu jamaah tadi (warga NU)," katanya.


Gus Yahya juga menyampaikan soal tanggung jawab pengurus NU yang diwacanakan seperti bentuk pemerintah. Ia menjelaskan secara praktik dan tanggung jawab juga disamakan dengan yang dilakukan oleh pemerintah.


"Tanggung jawabnya saya kira juga tasyabbuh (menyerupai) dengan tanggung jawab pemerintah sebagai pemangku negara kepada rakyat, yaitu tanggung jawab melayani. Sebagaimana kaidah (ushul fiqih): tasharruful imamalar ra’iyyah manuthun bil maslahah," jelasnya.


Soal tanggung jawab melayani, kata Gus Yahya, secara lebih lanjut diterapkan dengan peningkatan kinerja para pengurus NU dengan upaya semaksimal mungkin.


"Karena itu, yang menjadi tanggungan kita sebagai para pengampu struktur jamiyah ini adalah membangun kinerja sedemikian rupa sehingga organisasi mampu menjalankan tanggung jawabnya kepada jamaah dengan sebaik-baiknya," terang Gus Yahya.


Ia kemudian memaparkan beberapa lembaga survei yang sampai saat ini menunjukkan kenaikannya. Dari jumlah warga NU yang terus bertambah itu menjadi alasan Gus Yahya untuk berupaya melaksanakan sistem keorganisasian NU laksana pemerintahan.


"Bagaimana kita memposisikan jamiyah NU di tengah-tengah masyarakat? Semua orang tahu dan memang ini adalah kenyataan bahwa di dalam lingkungan NU ada domain, di mana ada domain organisasi dan domain komunitas sehingga orang menyebut NU struktural dan NU kultural," jelasnya.


Lebih lanjut, Gus Yahya mengatakan bahwa transformasi di NU bukan hanya tentang tata kelola seperti pemerintahan, tetapi juga ada wacana, sebagaimana yang dipaparkan oleh Mustasyar PBNU KH Mustofa Bisri, untuk melakukan transformasi pemikiran terlebih dahulu.


"Kemudian Kiai Mustofa Bisri melakukan agenda membuka wawasan NU. Nah yang dimaksud menata organisasi adalah gagasan menjamiyahkan jamaah itu, sampai sekarang masih kita dengar," ungkapnya.


Tetapi untuk saat ini, melihat jumlah warga NU yang terus bertambah, Gus Yahya akan mengupayakan membentuk tata kelola NU seperti pemerintahan.