Nasional RISET DIKTIS

Keberhasilan Pembinaan Komunitas Rebana Salaf Temanggung dengan Model 'Participatory Action Research (PAR)'

Selasa, 12 November 2019 | 07:35 WIB

Keberhasilan Pembinaan Komunitas Rebana Salaf Temanggung dengan Model 'Participatory Action Research (PAR)'

Grup rebana Khairun Nisa Temanggung mengikuti salah satu langkah pembinaan model PAR (Foto: Fb Nizar Arju)

Penelitian berjudul Peningkatan Kualitas Seni Rebana dalam Komunitas Rebana Salaf Kecamatan Tembarak Temanggung menyebutkan keberhasilan pendampingan dengan menggunakan model pengabdian berbasis Participatory Action Research (PAR).
 
Keberhasilan tersebut misalnya dengan adanya perubahan prinsip, pola pikir, ataupun perilaku sebelum dan sesudah adanya perlakuan. Program pendampingan dikatakan berhasil jika terjadi perubahan ke arah yang lebih baik. Pengaruh yang muncul dalam pembentukan karakter anggota komunitas, khususnya rasa percaya diri, kreatif, dan mandiri.

Para peneliti yakni Dr Muh Baehaqi dan Eko Sariyekti, M.SI, keduanya dosen Jurusan Syariah STAINU Temanggung, mengungkapkan pada dasarnya PAR merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif pihak-pihak yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji tindakan yang sedang berlangsung (di mana pengalaman mereka sendiri sebagai persoalan) dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik. Untuk itu, mereka harus melakukan refleksi kritis terhadap konteks sejarah, politik, budaya, ekonomi, geografis, dan konteks lain-lain terkait. Hal yang mendasari dilakukannya PAR adalah kebutuhan kita untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan.
 
Peneliti menyebutkan, menurut Yoland Wadworth, Participatory Action Research (PAR) adalah istilah yang memuat seperangkat asumsi yang mendasari paradigma baru ilmu pengetahuan dan bertentangan dengan paradigm pengetahuan tradisional atau kuno. Asumsi-asumsi baru tersebut menggaris bawahi arti penting proses sosial dan kolektif dalam mencapai kesimpulan-kesimpulan mengenai ‘apa kasus yang sedang terjadi’ dan ‘apa implikasi perubahannya’ yang dipandang berguna oleh orang-orang yang berbeda pada situasi problematis, dalam mengantarkan untuk melakukan penelitian awal.

Selain itu, diungkapkan pula bahwa PAR merupakan suatu tindakan kelompok sosial untuk melakukan tindakan studi ilmiah dalam rangka mengarahkan, memperbaiki, dan mengevaluasi tindakan mereka sendiri secara berulang-ulang dengan melibatkan semua pihak yang ada dalam kelompok tersebut untuk berpartisipasi dalam tindakan mereka. Dalam pendekatan PAR, peneliti tidak hanya mengkaji dan meneliti suatu hasil yang terjadi dalam masyarakat tetapi juga ikut berpartisipasi bersama masyarakat sebagai fasilitator demi terlaksananya sebuah kegiatan. 

Penelitian tersebut dilakukan dengan bantuan dukungan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama RI tahun anggaran 2018. Objek penelitian adalah Komunitas Rebana Salaf Khairun Nisa Tembarak, Temanggung, Jawa Tengah.
 
Diketahui, pada awalnya, Komunitas Rebana Salaf Khairun-Nisa merupakan satu komunitas yang ada di Kecamatan Tembarak. Meskipun kualitasnya belum bagus, tapi semangat komunitas tersebut sangat tinggi. Untuk vokalnya, mereka belum pernah mendapatkan pelatihan khusus, yang penting menirukan lagu yang sudah ada. Adapun untuk penabuhnya juga demikian, masih di bawah satandar. Rumus dasar ketukan yang dikuasiai masih sangat terbatas. Mekipun sudah mendatangkan pelatih, tapi masih harus ditingkatkan lagi. 
 
Selain kualitas, kuantitas komunitas tersebut juga perlu ditingkatkan lagi. Untuk menuju jumlah personel tujuh orang pada grup tersebut tidaklah mudah, mengingat ini adalah grup rebana perempuan (ibu-ibu), yang sudah berkeluarga dan mempunyai kewajiban sebagai seorang istri dan seorang ibu. Oleh karena itu, untuk meluangkan waktu agar dapat berlatih rebana merupakan satu perjuangan yang berat.

Adapun untuk melaksanakan peningkatan kulitas rebana komunitas ini dilakukan secara berkala melalui strategi-strategi atau langkah-langkah yakni Focus Group Discusion (FGD) bersama tim pengabdi sebagai langkah pemetaan awal, sosialisasi bekerjasama dengan Komunitas Khairun Nisa; FGD bersama seluruh anggota komunitas. Berikutnya, workshop rebana sebagai sarana pelatihan peningkatan kualitas vokal dan ketukan; evaluasi workshop dan FGD persiapan Gebyar Rebana. Berikutnya, pelaksanaan Gebyar Rebana; evaluasi Gebyar Rebana, dan pendampingan.