Jember, NU Online
Maraknya kasus perceraian, kekerasan seksual, kekerasan dalam rumah tangga hingga penerlantaran anak dalam beberapa tahun terakhir, telah menjadi keprihatinan banyak kalangan. Rapuhnya bangunan ketahanan keluarga ini mendorong Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) meluncurkan program Pendidikan Kepemimpinan Pemuda dalam Rumah Tangga (PKPRT).
Program yang digelar di 13 kota ini dirancang untuk menyiapkan anak muda yang berwawasan luas, berkepribadian dan memiliki jiwa kepemimpinan, baik pemimpin domestik maupun pemimpin publik.
"Untuk menjadi pribadi, ayah atau suami, dan ibu maupun istri yang baik juga membutuhkan kecakapan atau skill dalam membentuk rumah tangga, sehingga mereka dapat melahirkan generasi penerus yang baik," ujar Asrorun Niam Sholeh, Jumat (13/12).
Hal tersebut disampaikan Deputi Pengembangan Pemuda Kemenpora RI ini saat membuka PKPRT di Laboratorium Keagamaan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Jember, Jawa Timur.
Mantan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) ini menuturkan, program ini diharapkan mampu menjawab salah satu isu penting, bagaimana kesiapan dan kemampuan anak muda dalam membina sebuah rumah tangga.
"Ini juga bagian dari komitmen Kemenpora untuk terus melayani anak muda lewat program inovatif dan aktual," ujar Niam.
Dengan bekal pengetahuan dan kecakapan yang memadai, Kemenpora berharap dapat berkontribusi positif dalam memperkuat ketahanan keluarga di kalangan milenial.
"Sebab, berbagai kasus yang menimpa masyarakat kita domainnya bersumber dari lemahnya kelompok terkecil dalam masyarakat, yakni keluarga," imbuh alumnus Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Jember ini.
Pada kesempatan itu, Niam hadir didampingi beberapa alumni MAN 1 Jember yang telah berkiprah di berbagai bidang. Antara lain Asrori S Karni (Asisten Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Komunikasi dan Informasi), Susianah Affandy (anggota KPAI dan Ketua KOWANI) dan Nur Hidayat (pegiat Persaudaraan Profesional Muslim Aswaja).
Saat diberi kesempatan menyampaikan pidato di hadapan peserta apel pelajar MAN 1 Jember, Niam mengungkapkan mimpinya yang telah terpendam hampir tiga dasawarsa.
"Sekitar 29 tahun lalu, saya bermimpi berdiri di tempat ini, dan menyampaikan pidato seperti yang saya lakukan saat ini," ujar Niam yang disambut tepuk tangan ratusan peserta apel.
Tempat yang dicita-citakan Niam sebagai panggung pidatonya itu bukanlah sebuah podium atau panggung mewah. Ia hanya sebuah podium kecil berbahan semen dan terletak di halaman madrasah yang pernah jadi percontohan nasional ini. Podium itu sudah berdiri lebih dari 30 tahun, dan setiap pekan menjadi tempat pembina upacara menyampaikan amanatnya.
"Dulu, saat saya masih menjadi siswa madrasah aliyah seperti anda, panggung ini digunakan sebagai tempat latihan pidato setiap jam istirahat. Hanya siswa terpilih dan memiliki bakat public speaking yang ditunjuk untuk berdiri di panggung ini. Dan saat itu saya tidak termasuk siswa yang terpilih," ujar ayah lima anak ini, disambut tawa peserta apel.
Pria yang juga menjabat Sekretaris Komisi Fatwa MUI ini menuturkan, mereka yang terpilih berpidato di panggung itu, benar-benar ditempa mentalnya untuk berani berorasi di depan publik.
"Bayangkan saja, saat siswa yang di panggung ini berpidato, siswa-siswi yang lain asyik dengan aktivitas mereka. Ada yang asyik ngerumpi atau beli jajan, dan hanya sedikit yang benar-benar mendengarkan pidato," kenangnya.
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Aryudi AR