Semarang, NU Online
Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jawa Tengah menggelar shalat ghaib dan tahlil untuk almarhum Syaikhana KH Maimoen Zubair yang wafat di Mekkah Arab Saudi, Selasa (6/8).
Shalat ghaib dilaksanakan di halaman Kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, Jalan Dr Cipto Nomor 180 Kota Semarang. Hadir Ketua PWNU Jateng, KH Ahmad Muzammil, Ketua PW GP Ansor Jawa Tengah H Sholahuddin Aly, juga Ketua PC GP Ansor Kota Semarang Saiful Bahri.
Ketua PWNU Jateng, KH Ahmad Muzammil mengungkapkan, bahwa bagaimanapun wafatnya Syaikhana Maimoen Zubair merupakan kehendak Allah SWT, sehingga tak ada siapapun yang bisa menolaknya.
"Saya bertemu beliau terakhir pada acara NU di Solo beberapa waktu lalu. Beliau berpesan, bahwa kita supaya ikut saja atas kehendak Allah. Ini sepertinya mudah diucapkan, tapi sulit untuk mengikuti kehendak Allah," ungkapnya.
Selain itun lanjut Kiai Muzammil, Mbah Moen juga berpesan agar warga NU terus merawat hubungan baik dengan semua warga negara. Hubungan antara nasionalis dan religius.
"Kalau religius-nasionalis ini bersatu, maka Indonesia ini tetap kuat," ungkapnya.
Ditambahkannya, kepergiaan Mbah Moen tentu menjadikan umat Islam sangat kehilangan. Namun semuanya tetap berdoa, supaya nantinya diberikan pengganti oleh Allah SWT.
"Kita berdoa supaya Allah memberikan pengganti yang terbaik lagi, mudah-mudahan kita bisa meneruskan perjuangan beliau mempertahankan ajaran Aswaja dan NKRI," tuturnya.
Ketua PW GP Ansor Jawa Tengah, Sholahuddin Aly, wafatnya Mbah Moen merupakan duka mendalam, tak hanya Jawa Tengah maupun GP Ansor dan NU, namun semua anak bangsa.
"Maka cara yang dilakukan tak ada yang lain adalah mendoakan beliau," ujarnya.
Selama ini, lanjut Gus Sholah, Kiai Maimoen sebagai panutan, seorang kiai sepuh yang terdepan dalam memberikan hujjah dan tak henti-hentinya menguatkan GP Ansor tentang pentingnya cinta tanah air.
Syair Syubbanul Wathan yang kini populer diciptakan pada masa perjuangan kemerdekaan RI, nyaris hilang ditelan zaman.
"Saya masih ingat, saat itu Mbah Maimoen memberikan ijazah pada Ketua Umum GP Ansor saat itu Nusron Wahid ditemani Gus Yaqut. Sekarang itu berkumandang di mana-mana. Itu jadi energi untuk menjaga NKRI. Sekarang banyak forum belum afdhal kalau tidak menyanyikan lagu itu," ungkapnya.
Wafatnya Mbah Moen di Mekkah, lanjut Gus Sholah, juga sesuai harapan dan doa beliau. Namun sebagai santri, tentu merasa sangat kehilangan.
"Ingin rasanya beliau ada di sini di tengah kita meskipun hanya maqbarah atau makamnya, bisa jadi semangat kita semua. Tapi kita tahu, hanya tanah mulia yang cocok untuk orang mulia seperti yang dicita-citakan beliau," tuturnya.
Shalat ghaib dan doa bersama ini juga diikuti oleh sejumlah kader GP Ansor PC Kota Semarang. (Ibnu Nawawi)