KH Miftachul Akhyar Jelaskan Ciri Orang Beriman dan Takut kepada Allah
Sabtu, 27 Januari 2024 | 18:00 WIB
Syarif Abdurrahman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Miftachul Sunnah Kota Surabaya, Jawa Timur KH Miftachul Akhyar menjelaskan dan maksud dari Surat Al-Anfal ayat 2.
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
"Jadi di sini dijelaskan, ketika ada seseorang, karena rasa takutnya kepada Allah, ketika disebut nama Allah atau ciptaan-ciptaan Allah yang luar biasa ini. Kemudian ingat dosanya kepada Allah dan gemetar," jelas Kiai Miftach dikutip dari Youtube Multimedia KH Miftachul Akhyar, Sabtu (27/01/2024).
Lebih jelasnya, kata Kiai Miftachul Akhyar, bentuk rasa takut tersebut yaitu membuat seorang hamba merinding, dia takut, kulitnya bergetar ketika mendengar nama Allah dan serta ciptaan Allah disebutkan.
"Bagaimana tidak getar, kita makan nikmat Allah, tapi syukurnya kurang. Semua yang kita lakukan ciptaan Allah. Bukan kita yang menyiapkan," imbuhnya.
Ulama asal Surabaya ini mengatakan seorang hamba bisa bernafas karena Allah menjadikan udara bersih, oksigen yang sehat buat tubuh dan paru-paru. Oksigen dan zat yang penting ini disediakan Allah secara cuma-cuma.
"Cuma syukur kita kecil. Terhadap perintah Allah kita kurang. Sementara terhadap larangan Allah kita sering melanggar. Allah melarang ini, kita langgar, Allah maha tahu. Apapun yang kita lakukan," kata Kiai Miftach.
Begitu juga dengan sinar matahari yang muncul setiap hari, tanah yang subur, angin hingga bintang-bintang di malam hari juga disediakan secara gratis untuk umat manusia. Bagi yang memiliki iman, ketika melihat begitu banyak nikmat Allah dan begitu sedikit rasa syukur, maka akan gemetar.
Kiai Miftachul Akhyar memberikan contoh mudahnya yaitu ketika seorang pengendara sepeda motor tidak membawa Surat Izin Mengemudi (SIM) keluar rumah. Di tengah jalan terdengar suara peluit, tiba-tiba tangan bergetar karena merasa bersalah tidak bawa SIM. Padahal peluit tersebut berasal dari tukang parkir bukan Polisi.
"Tentu mana kala disebutkan nama Allah, akan timbul rasa ketakutan. Rasa merasa melanggar. Seperti kita naik sepeda motor, tanpa bawa SIM. Lalu pikiran kita, kalau ada Polisi bisa bahaya. Secara otomatis gemetar ketakutan. Merasa bersalah. Tidak bawa SIM," urainya.
Permasalahan SIM hanya sedikit hal dalam permasalahan hidup, seringkali manusia hidup berpuluh-puluh tahun dengan berulang kali melanggar aturan dari Tuhan. Pelanggaran tersebut menimbulkan rasa bersalah bagi seseorang yang memiliki iman. Iman tersebut akan semakin bertambah, ketika kesalahan tersebut tidak diulang lagi.
"Padahal salah kita sama Allah banyak. Masak ketika disebutkan nama Allah dan hatinya tidak bergetar maka imannya dipertanyakan. Bukan imannya yang tebal, tapi emannya yang tebal. Eman melakukan kebaikan," tandasnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua