Rais Aam PBNU/Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya, KH Miftachul Akhyar (Foto: Tangkapan layar Youtube Multimedia KH. Miftachul Akhyar)
A. Syamsul Arifin
Penulis
Jakarta, NU Online
Umat Islam hendaknya terus membiasakan mengulurkan salam Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh kepada sesama Muslim. Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya, KH Miftachul Akhyar menyampaikan bahwa membudayakan salam memiliki faedah yang besar.
Beberapa faedahnya adalah bisa merekatkan persaudaraan di antara umat Islam, membentuk pribadi yang menyenangkan, tidak mudah marah, dan terhindar dari permusuhan.
"Salam ini penting karena bisa menghilangkan rasa marah, permusuhan, dan sebagainya," katanya saat mengisi pengajian rutin di pondoknya, dikutip NU Online, Ahad (29/1/2023) dari Youtube Multimedia KH. Miftachul Akhyar.
Salam (Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh) memiliki makna "Semoga keselamatan, kasih sayang, dan keberkahan tercurah kepada kalian". Menurut Kiai Miftah hal itu memberi pesan sekaligus doa kedamaian untuk sesama manusia.
"Wah, kalau salam disebar ke mana-mana, santri ketemu temannya, (mengucapkan) assalamualaikum, (santri yang lain jawab) waalaikum salam. Damai," jelasnya.
Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini menegaskan, orang yang suka menebarkan salam di dunia berarti ia sesungguhnya telah mengumpulkan pahala. Pahala ini tidak terasa tiba-tiba terhimpun banyak karena mengucapkan salam sudah menjadi kebiasaan.
Dalam kacamata fiqih, mengucapkan salam hukumnya sunnah, kecuali dalam situasi-situasi yang dimakruhkan. Sedangkan menjawabnya adalah wajib. Kiai Miftah menjelaskan, di antara kondisi yang dianjurkan mengucapkan salam yaitu di saat pertemuan dan perpisahan. Misalnya ketika bertemu dengan sahabat dan atau hendak berpisah.
"Pokoknya saat berpisah dengan seseorang yang semula bersama, ini disunnahkan siapa yang mendahului memberi salam. Jadi, siapa yang mendahului (mengucapkan) salam, di samping (dapat pahala) sunnah, tapi dia juga menerima pahala wajib. Jadi dobel. Yang jawab, wajib, tapi tidak mendapat kesunnahan seperti yang memulai itu," kata Kiai Miftah.
Kiai Miftah menegaskan bahwa membudayakan salam merupakan ajaran Nabi Muhammad saw. Nabi memerintahkan umatnya agar senantiasa menyebarkan salam.
Dalam artikel NU Online: Cara Menjawab Salam kepada Muslim dan Non-Muslim menurut Syekh Nawawi dijelaskan, secara teknis Syekh Nawawi merinci bagaimana membalas salam dengan yang lebih baik. Bila seseorang disalami dengan kalimat assalamu’alaikum hendaknya dijawab dengan kalimat wa’alaikumussalam wa rahmatullah.
Sedangkan bila yang beruluk salam mengucapkan assalamualaikum wa rahmatuulah maka hendaknya dijawab dengan kalimat waalaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh. Namun, bila sang pemberi salam mengucapkan secara penuh kalimat assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh maka jawabannya sama dengan salam tersebut yakni waalaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh.
Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua