Nasional

Khidmah di Masyarakat, Tanda Ilmu yang Berkah

Senin, 17 Juli 2023 | 15:00 WIB

Khidmah di Masyarakat, Tanda Ilmu yang Berkah

Katib PBNU, KH Reza Ahmad Zahid (Gus Reza) mengatakan pengayoman dan khidmah dengan ilmu yang dimiliki seseorang, dalam hal ini santri, juga menjadi keberkahan dari ilmunya. (Foto: Tangkapan layar Youtube Annuqayah TV)

Sumenep, NU Online
Salah satu tanda bahwa ilmu yang dimiliki seseorang bermanfaat adalah dapat memberikan pencerahan dan pengayoman di tengah-tengah masyarakat. Pengayoman dan khidmah dengan ilmu yang dimiliki seseorang, dalam hal ini santri, juga menjadi keberkahan dari ilmunya.

 

"Agar ilmunya barakah, santri wajib ber-mudzakarah, berkhidmah di masyarakat dan mendapat ridha guru," kata Katib Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Reza Ahmad Zahid (Gus Reza) mengutip Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki.


Saat mengisi acara Haflatul Imtihan Madrasah Annuqayah (HIMA) Guluk-Guluk, Sumenep, Jawa Timur, Gus Reza mengajak kepada santri untuk mengulang-ulang ilmu yang diperolehnya saat mengenyam pendidikan di pesantren. Dengan bermuthalaah, bermusyawarah, berbahtsul masail, ilmunya akan bermanfaat.


"Santri tidak boleh lepas dari kitab kuning. Jadikanlah kandungan kitab tersebut sebagai pedoman dalam menghadapi persoalan. Kami yakin, kitab kuning menjadikan santri sebagai orang yang berada di barisan terdepan dalam memimpin umat," ucapnya sebagaimana dalam tayangan Annuqayah TV diakses NU Online, Ahad (16/7/2023).


Seperti dikatakan Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad, sitir Gus Reza, barangsiapa yang ingin berada di barisan terdepan dalam memimpin masyarakat, berpegang teguhlah pada kitab-kitab ulama al-mutaqaddimin

 

"Di saat KH Abdul Karim Lirboyo terlelap tidur, tangannya memegang kitab kuning. Ini menjadi isyarat bahwa beliau istiqamah membaca kitab kuning hingga tertidur," kenangnya.


Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mahrusiyah Lirboyo ini mengajak pada santri untuk berkhidmah di masyarakat. Jika diimpelemtasikan, Allah akan mencukupi kebutuhan hidupnya. 


"Bekerja konsekuensinya mendapat gaji. Sedangkan khidmah, rumusnya adalah barakah min haitsu la yahtasib. Selama berkhidmah, leluhur dan guru akan mendoakan kita. Ingat, santri memiliki sanad yang jelas," ungkapnya.


Gus Reza menjelaskan, santri memiliki silsilah atau rantai keilmuan. Silsilah ibarat rantai yang digantung di atas tiang. Bila rantai yang di atas digoyang, maka yang di bawah akan bergoyang. Sebaliknya, jika rantai di bawah digoyang, maka yang di atas ikut bergoyang. 


"Keberkahan dapat dirasakan, bila santri istiqamah mendoakan leluhur dan guru," ujar alumnus Al-Ahqaff University Hadramaut Yaman.

 

Menurut Habib Abdullah bin Muhammad Baharun, ungkap Gus Reza, hubungan murid dan guru seperti listrik. Digambarkan, lampu bisa menyala terang, karena ada aliran listrik. 


"Jika santri ingin terang benderang di tengah-tegah masyarakat, maka harus tersambung dengan pusat listriknya. Sampai akhir hayat santri terhubung dengan guru, mendapatkan keberkahan, doa dan berkumpul kelak di akhirat,” tandasnya.