Bogor, NU Online
Penduduk Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan masih di atas 9 persen atau sekitar 25 juta jiwa. Mirisnya, sebagian di antaranya bertempat tinggal di sekitar sumber daya alam yang melimpah.
Hal itulah yang menggugah Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj. Ia menyampaikan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai sila kelima dalam Pancasila belum terwujud.
"Sila kelima jauh panggang dari api," katanya saat menyampaikan Orasi Ilmiah pada Wisuda Diploma, Sarjana, dan Magister Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) di Kampus Unusia Parung, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (14/12).
Orang miskin, katanya, ada yang berada di pinggir laut. Padahal, mereka hidup di sebelah kekayaan alam, tetapi mereka miskin. "Penduduknya tidak memiliki apa-apa. Itu ketimpangan yang sangat besar," tegasnya.
Di sisi lain, lanjut Kiai Said, ada orang-orang yang berfoya-foya padahal kemiskinan jelas terlihat di depan mata. Mereka ini kelompok kecil yang menghabiskan kekayaan alam Indonesia yang begitu melimpah.
"Kemiskinan masih ada di depan kita. Warga NU masih miskin. Sementara kelompok kecil menikmati kekayaan alam luar biasa. Semuanya dihabiskan oleh segelintir orang saja," ujar Guru Besar Ilmu Tasawuf itu.
Sementara itu, Nahdlatul Ulama yang berupaya mengentaskan kemiskinan terhambat dengan kekurangan afirmasi pemerintah. "Hampir lima tahun ini sangat sulit merealisasikannya karena kurang ada afirmasi dari pemerintah, kurang perhatian dari pemerintah. Ada gape besar. Ada yang untuk makan saja kesusahan," jelasnya.
Padahal, NU terus berupaya untuk mendongkrak pengusaha kecil agar terus meningkat sebagai salah satu langkah menjalankan amanat Muktamar Ke-33 di Jombang tahun 2015 lalu.
Lebih lanjut, Kiai Said juga menyampaikan bahwa toleransi dalam beragama sudah cukup berjalan. Namun, toleransi ekonomi dalam arti pemerataannya belum mewujud.
"Yang belum ada adalah toleransi ekonomi. Harmonis ekonomi masih jauh panggang dari api. Jangan sampai harta dinikmati oleh orang itu-itu saja," kata Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan itu.
Padahal, katanya, sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an, bahwa percuma berkumpul, berorganisasi, ataupun berdiskusi tanpa merealisasikan untuk mengentaskan kemiskinan, selain berbuat baik dan melahirkan perdamaian di antara manusia.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Syamsul Arifin