Nasional

Kisah Bu Guru Indasyah, Pendiri Komunitas Sahabat dan Pecinta Al-Qur’an di Madrasah

Selasa, 22 November 2022 | 12:30 WIB

Kisah Bu Guru Indasyah, Pendiri Komunitas Sahabat dan Pecinta Al-Qur’an di Madrasah

Indasyah, guru MAN 2 Pontianak, Kalimantan Barat. (Foto: dok. pribadi)

Pontianak, NU Online

Kegiatan seorang guru pada umumnya adalah mengajar dan mendidik siswa sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Lain halnya dengan seorang guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Pontianak ini, yaitu Indasyah. Selain melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang guru, ia juga aktif berdakwah membumikan Al-Qur’an di dalam maupun di luar sekolah.


Indasyah merupakan sosok guru inspiratif yang disayangi oleh hampir sebagain besar siswa di MAN 2 Pontianak. Sosoknya yang mengayomi membuat siswa-siswi MAN 2 sangat menyukainya. Seperti yang dikatakan Irma Riskima alumni MAN 2 angkatan 2016. Sampai saat ini Indasyah menjadi guru favoritnya.


“Sampai detik ini, umi masih menjadi sosok inspiratif Irma, umi mengajar dengan contoh dan kelembutan, tanpa harus berkata banyak, hal apapun yang ia lakukan bisa kita ambil sebagai pelajaran,” ungkap wakil ketua OSIS pada masanya itu, Selasa (15/11/22).


Adapun Indasyah menjadi tenaga pendidik di MAN 2 Pontianak sejak tahun 2013, sebelumnya ia adalah guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Teladan Pontianak.


“Ibu mengajar di MAN 2 sudah 8 tahun dari tahun 2013, sebelumnya ibu mengajar di MIN Teladan sejak tahun 1994, dulu di MIN ibu mengajar Fiqih, Bahasa Arab, dan Al-Qur’an Hadits. Nah sekarang di MAN 2 spesialnya Al-Qur’an Hadits, Ilmu Hadits dan Ilmu Fiqih,” terang Indasyah, Ahad (20/11/22).


Ia merasa bersyukur diberi amanah menjadi guru di bidang Al-Qur’an. “Itulah yang ibu syukuri, Allah memilih Ibu bekerja di bidang Al-Qur’an, karena Al-Qur’an mulia dan akan memuliakan siapa pun yang dekat dengannya,” imbuh guru kelahiran 1972 tersebut.


Komunitas Al-Qur’an

Sejak tahun 2015, beberapa siswa di bawah bimbingan Indasyah mendirikan sebuah komunitas sahabat dan pecinta Al-Qur’an. Komunitas tersebut diberi nama Komunitas HASAN (Habibun wa Shohibul Qur’an).

 

Menurut pemaparan Irfan Alfianysah salah satu ketua komunitas tersebut, Indasyah antusias dan semangat mendampingi siswa-siswi yang ingin belajar Al-Qur’an lebih dalam. Irfan begabung di komunitas tersebut karena teringat dengan nasihat Indasyah.


“Saya bergabung di komunitas tersebut karena tersentak dengan nasihat Ibu Indasyah, yaitu agar mendapatkan ketenangan di dunia dan dimuliakan di dunia, kita perlu memuliakan Al-Qur’an, dengan membaca, mempelajari, mengamalakan dan menghafalnya,” ungkap Irfan pada Kamis (17/11/22).


Irfan merupakan salah satu siswa bimbingan Indasyah, ia merupakan Qori’ yang berprestasi karena sering mewakili perlombaan Musabaqoh Tilawatil Qur’an dan pernah memimpin khataman Al-Qur’an di Masjid Raya Mujahidin.


Indasayah mengatakan, salah satu alasan bersemangat membumikan Al-Qur’an di lingkungan sekolah karena Al-Qur’an sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental dan kecerdasan siswa-siswi. 


“Pengaruh Al-Qur’an untuk siswa-siswi sangat banyak, salah satunya bermanfaat untuk kecerdasan dan kesehatan mental mereka. Anak anak yang dekat dengan Al-Qur’an memiliki kesadaran tinggi atas tanggung jawabnya. Dan mereka siswa-siswi penghafal Al-Qur’an biasanya sering mengikuti perlombaan di bidang tertentu,” ujar Indasyah.


Ia mengatakan bahwa melalui Komunitas HASAN, keberkahan sekolah MAN 2 akan selalu ada. Meskipun yang mengikuti hanya beberapa persen dari seluruh siswa. Menurutnya komunitas HASAN mampu membawa keberkahan untuk semua siswa di seluruh lingkungan sekolah.


Aktif berdakwah

Selain menjadi seorang guru dan berdakwah di sekolah, Indasyah juga berdakwah di lingkungan masyarakat melalui yayasan yang ia pimpin. Ia memimpin Yayasan Qaf Nurul Janah yang membawahi Pondok Pesantren Tahfidz Millenial Ashqaf dan Mariyam College di Sungai Raya Pontianak. 


“Ibu dan keluarga mewakafkan pondok pesantren kepada ustadz yang mumpuni, dan alhamdulillah ustadz yang mengelola sangat amanah dan manajemennya sangat baik sehingga sampai saat ini pesantren tersebut sudah ada sembilan cabang di Kalimantan Barat,” terang Indasyah.


Ia juga mengatakan bahwa dirinya aktif di majelis taklim yang berada di Komplek Tanjung Raya Permai yaitu Majelis Taklim Nurul Jannah. Selain itu ia juga diamanahkan sebagai ketua Majelis Taklim di Masjid Darunnajah. Di dalam Majelis Taklim tersebut ia membimbing ibu-ibu untuk belajar Al-Qur’an dan mengamalkannya. Selain itu terdapat kegiatan donasi untuk kaum duafa dan anak yatim piatu melalui majelis-majelis tersebut.


Megister Tarbiyah IAIN Pontianak tersebut mengatakan bahwa alasan ia aktif di beberapa majelis karena sejak kecil terbiasa mengikuti berbagai kegiatan keagamaan. Orang tuanya dahulu merupakan pengasuh pondok pesantren dan diniyah.


“Sejak kecil ibu belajar sekolah formal, sorenya sampai malam belajar diniyah di pondok sampai jenjang SMP, kemudian ketika ibu PGA ibu belajar di beberapa majelis dan mengikuti kegiatan keagamaan lainya,” ungkapnya.


Bersyukur sebagai guru madrasah

Indasyah mengatakan bahwa sampai saat ini pekerjaan menjadi seorang guru adalah hal yang sangat ia syukuri. Apalagi menurutnya, menjadi guru yang mengajarkan Ilmu Al-Qur’an. Ia merasakan bahwa keberkahan Al-Qur’an itu nyata adanya.


Di bidang yang digelutinya saat ini, Indasyah menjelaskan bahwa makna berkhidmat menurutnya adalah mensyiarkan Al-Qur’an dan membumikan Al-Qur’an di luar beban kerja dengan rasa semangat dan istiqomah.


“Kalau kita melaksanakan dengan rasa semangat dan dengan rasa cinta, maka tidak perlu adanya dorongan dan paksaan dari siapa pun, benar-benar dari hati sendiri. Mencintai pekerjaan sebagai guru tentu harus berkhidmat dari dalam hati,” tutupnya.


Penulis: Siti Maulida

Editor: Fathoni Ahmad

 

====================

Artikel ini diterbitkan dalam rangka Peringatan Hari Guru 25 November bertema "Berinovasi Mendidik Generasi" oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah, Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.