Kisah Pak Candra, Pernah Jadi Buruh Percetakan hingga Raih Guru Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional
Selasa, 8 November 2022 | 16:58 WIB
Candra Sihotang, guru MAN 1 Subulussalam, Aceh, peraih Juara Harapan 1 Guru Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2021. (Foto: Istimewa)
Nidlomatum MR
Kontributor
Jakarta, NU Online
Jika Presiden Indonesia, Joko Widodo punya tagline "Kerja, Kerja, Kerja", tampaknya slogan "Berjuang, Berusaha, Berprestasi" cocok disematkan kepada Candra Sihotang, peraih Juara Harapan 1 Guru Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2021.
Kepada NU Online, pria kelahiran Desa Laubalang, Kecamatan Laubalang, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatra Utara, yang saat ini mengajar di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Subulussalam, mengisahkan perjalanan panjang yang ia tempuh menjadi seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai tenaga pendidik.
Pak Candra, demikian biasa ia disapa, sejak 2008 silam diangkat sebagai ASN Guru setelah menyelesaikan jenjang Diploma Dua (D2) di PGSD STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh. Setahun mengikuti masa karantina ASN, tepatnya pada 2009 ia ditempatkan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Subulussalam, Aceh. Tak hanya mengajar satu mata pelajar, posisinya sebagai guru kelas menuntutnya menguasai banyak cabang mata pelajaran.
"Ya begitu, kalau sebagai guru kelas, dan waktu itu saya baru lulus D2 PGSD STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh, kemudian saya lulus PNS tahun 2008, penempatan tahun 2009," ujarnya pada Senin (7/11/2022).
Dia pun mengaku lulus dari PGSD STKIP Bina Bangsa ini tak mudah, karena harus kuliah sambil bekerja di tempat fotokopi dan percetakan untuk menambah biaya pendidikan yang dijalaninya. "Karena memang saya berasal dari keluarga tidak mampu, jadi ya belajar sambil bekerja, jaga fotokopi, percetakan mencetak banner dan spanduk" kisahnya.
Ayah satu anak ini mengaku saat mengajar di MIN Subulussalam tahun 2009, banyak pengalaman berinteraksi dengan muridnya dan belajar bagaimana menjadi guru yang baik bagi mereka. "Kalau mengajar anak-anak yang paling penting bagaimana menjadi guru yang membaur, merangkul mereka dan dekat dengan mereka," jawabnya saat ditanya suka-duka pengalaman mengajar usia sekolah dasar.
Setelah hampir 7 tahun mengajar pada jenjang sekolah dasar di MIN, dan usai menyelesaikan pendidikan strata 1 jurusan Bahasa Indonesia di kampus yang sama saat D2, akhirnya tahun 2015 Candra ditugaskan mengajar jenjang sekolah menengah pertama (SMP) di MTsN 1 Subulussalam sebagai guru yang mengampu Bahasa Indonesia.
Sejak lulus S1 Bahasa Indonesia dan mengajar di MTsN, pria kelahiran tahun 1926 ini juga mulai dipinang sebagai dosen di STIT Hamzah Fansuri, Kota Subulussalam dengan sistem kontrak karena statusnya sebagai ASN. "Karena memang kampus butuh dosen, jadi saya bisa menjadi dosen tapi statusnya buka dosen tetap. Akhirnya, setiap pagi sampai siang saya mengajar MTs, kemudian sorenya ke kampus. Biasanya Maghrib sudah sampai rumah untuk bertemu keluarga," imbuhnya.
Tidak hanya sebagai guru dan dosen, pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris Ikatan Guru Indonesia Kota Subulussalam itu sejak tahun 2016 aktif sebagai trainer pedagogik jenjang SMP/MTs di Aceh yang direkrut oleh USAID Prioritas, kemudian tahun 2017 menjadi alumni Teacher Supercamp Anticoruption KPK dan sampai sekarang masih aktif mensosialisasikan nilai-nilai anti korupsi dan juga aktif sebagai fasilitator pada proyek Realizing Education’s Promise – Madrasah Education Quality Reform (REP-MEQR).
Jiwa jurnalistik dan literasi digital pria yang berdomisili di Jalan Teuku Umur, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam itu juga terus diasah dengan aktif sebagai blogger dan mengikuti lomba-lomba sastra. Tak ayal, beberapa tulisan masuk jadi finalis pada kegiatan tingkat nasional seperti: Seminar Nasional Guru dalam Era Globalisasi dan Cerpen pada ajang pemilihan peserta TSC 2017.
"Saat ini masih aktif belajar menulis, ada beberapa artikel kecil dan puisi-puisi yang sudah dibukukan," tulisnya sebagaimana dikutip dari situs gurusiana.id.
Merasa masih haus ilmu, pria yang karya ilmiahnya bertebaran di mesin pencarian internet ini akhirnya meneruskan kuliah jenjang magister dengan jurusan Teknologi Pendidikan di Universitas Negeri Medan. Pilihan jurusan ini dirasa penting untuk memperkaya inovasi dalam pengembangan pembelajaran Bahasa Indonesia.
"Awalnya saya di MI guru kelas ngajar 5 pelajaran termasuk Bahasa Indonesia, dari sana saya melihat guru kelas, guru kelas ya Bu, bukan guru Mapel cara mengajarnya monoton, hampir cara mengajar rata-rata kalau tidak hanya membaca, menulis, mengerjakan soal, tidak ada kreatifnya, makanya saya ambil teknologi pendidikan dengan harapan bisa mendapat teori dan praktik bagaimana mengajar Bahasa Indonesia yang menarik dan menyenangkan sesuai tingkatannya," ujarnya.
Ternyata, jurusan yang dia pilih pun dirasa menjadi sesuatu yang penting saat pandemi Covid-19 melanda di mana butuh inovasi pembelajaran berbasis digital saat pemerintah memutuskan meniadakan pembelajaran tatap muka dan melakukannya secara daring. Kala itu juga, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh pada tanggal 13-15 November 2020 di Hotel Permata Hati Gampong Tanjong Aceh Besar menggelar Lomba Inovasi Pembelajaran Era Covid-19 Kategori Guru Madrasah Tingkat Provinsi Aceh, dan Pak Candra turut serta dengan raihan juara II.
"Saya mempresentasikan inovasi dalam pembelajaran menggunakan game berbasis boardgames, untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa secara online sehingga lebih menarik," paparnya.
Usai mengajar di MTsN, pada tahun 2021, dia ditempatkan di MAN 1 Subulussalam dan mencoba peruntungan untuk mengikuti seleksi Guru Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2021. Nasib pun membawanya memasuki tahapan grand final menyisihkan sekitar 676 guru yang ikut seleksi tersebut dengan diterbitkannya surat dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Nomor B-4105/Dt.I.II/KP.08.8/11/2021 tanggal 15 November 2021 yang ditandatangani oleh Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemenag RI.
Usai tahapan grand final setelah akhir seleksi dia meraih juara Harapan 1 berdasarkan keputusan Menteri Agama Republik Indonesia yang diumumkan pada bulan November tahun lalu pada acara malam Puncak Anugerah GTK Madrasah Berprestasi di Jakarta. Capaian ini tentu membanggakan apalagi dirinya saat itu baru 5 bulan pindah di jenjang MA.
"Karena meraih juara Harapan 1, maka saat ini saya mengikuti seleksi GTK Madrasah Berprestasi tingkat Nasional lagi tahun ini, dan masih menunggu pengumuman sepertinya tanggal 25 November ini bertepatan Hari Guru Nasional akan diumumkan, doanya semoga saya bisa meraih hasil yang memuaskan," imbuh pria yang saat ini meneruskan pendidikam doktor di Universitas Negeri Medan jurusan Teknologi Pendidikan ini.
Lebih lanjut dia berharap bisa membanggakan dan membuktikan bahwa guru khususnya guru di Madrasah Kota Subulussalam memiliki kempuan yang sangat luar biasa yang akan menjadikan pendidikan di Kota Sada Kata tersebut bisa lebih baik lagi.
Pewarta: Nidlomatum MR
Editor: Zunus Muhammad
====================
Artikel ini diterbitkan dalam rangka Peringatan Hari Guru 25 November bertema "Berinovasi Mendidik Generasi" oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah, Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua