Tulungagung, NU Online
Kreativitas dan inovasi yang dilakukan santri telah mencakup banyak lini. Salah satunya ada di bidang wirausaha dan pengembangan produk dalam konteks green-social enterprise. Namun tidak banyak yang tahu kiprah dan prestasi santri yang hingga kini bisa menjangkau kancah internasional. Mungkin karena tertutup oleh berita hingar-bingar dan hiruk-pikuk politik negeri ini.
Ikbar Sallim Al-Asyari adalah di antara santri desa yang membanggakan tersebut. Prestasinya dalam bidang bisnis tidak semata dilakoni kalangan wilayah setempat di Tulungagung, Jawa Timur. Bahkan usaha yang digeluti telah merambah mancanegara.
Ikbar adalah pemuda kelahiran Tulungagung, 24 tahun silam. Sepintas tidak ada yang spesial dari pemuda desa ini. Namun siapa sangka, usahanya kini membuahkan hasil yang luar biasa hingga tingkat internasional melalui green-social business yang didirikan yakni Kopi Mangrove Segara.
Perusahaan tersebut berada di bawah naungan PT Karya Anak Desa, sebuah usaha yang memiliki misi lingkungan dan sosial dalam upaya konservasi kawasan pesisir melalui mangrove.
”Setelah lulus S-1, saya memantabkan diri untuk pulang ke kampung di kawasan pesisir di Tulungagung tepatnya di Kecamatan Kalidawir,” katanya, Ahad (4/8).
Pernah juga menerima sejumlah tawaran bekerja dari sejumlah perusahaan besar. “Namun semua saya tolak dan lebih memilih untuk mengembangkan produk penelitian ketika kuliah dulu,” ungkapnya.
Dan memang, tidak ada per,ulaan yang mudah. Layaknya awal membangun usaha, maka yang dihadapi tentu saja naik turunnya penghasilan. “Dan setelah melewati berbagai proses naik turunnya dunia usaha, bisnis kami mendapatkan apreasiasi dari banyak pihak” jelas Ikbar.
Sejumlah prestasi baik nasional hingga sudah diraih di antaranya adalah Penghargaan dari mantan Presiden Barrack Obama melalui Young Southeast Asian Leader Initiative (YSEALI) di University of Nebraska at Omaha, Coastal Development Recognition Awards dari US Embassy Vietnam 2017 dan sebagainya.
Tidak hanya penghargaan, tetapi Ikbar juga mendapat beberapa investasi untuk pengembangan usahanya. Salah satunya adalah dari Kementrian Riset dan PendidikanTinggi Indonesia 2018 dan University of Nebraska at Omaha 2017.
“Saya masih ingat dulu banyak sekali yang tidak setuju dan menganggap apa yang saya lakukan aneh termasuk orang tua serta kerabat dekat,” kenangnya,
Karena setelah lulus S-1 Ilmu Kelautan dari Universitas Brawijaya di Malang, harusnya bekerja dengan tenang di perusahaan besar. Tapi justru lebih memilih berjualan kopi yang dianggap tidak memliki masa depan.
“Dan benar, saya dicemooh oleh banyak orang,” ungkap pemuda yang dulunya merupakan aktivis IPNU Universitas Brawijaya ini.
Akan tetapi, setelah berproses kini usahanya berkembang dan memiliki banyak karyawan hingga mampu berekspansi menggandeng dan memberdayakan masyarakat pesisir untuk menanam dan memanen buah mangrove.
Hingga 2019, usahanya telah tercatat menggandeng 5 pesisir yaitu Pantai Sine, Pantai Sidem, Pantai Brumbun, Pantai Gerangan, dan Pantai Cengkrong di Trenggalek sebagai pemasok bahan baku mangrove.
Atas usaha dan kerja kerasnya, tahun ini produknya akan dikembangkan di Wageningen University and Research, Belanda atas dukungan beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) Kementrian Keuangan Republik Indonesia.
Ikbar mendapatkan sponsor untuk menempuh Master of Aquaculture and Marine Resource Management September 2019 hingga September 2021.
Pengembangan usahanya tidak hanya fokus pada aspek kualitas produk, tetapi juga ekspansi pasar mengingat mangrove kaya akan manfaat dan potensi besar lainnya. Di antaranya untuk menjaga stamina dan pencernaan karena mengandungan zat bioaktif yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri.
“Selama ini saya hanya yakin dan bekerja keras sambil menunggu momentum” ungkapnya.
Kopi Mangrove Segara pun tidak hanya diburu oleh konsumen lokal, tetapi hingga mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Laos, Vietnam, hingga Amerika.
Dan melalui kesempatan pengembangan produk di Belanda, besar harapannya agar produk akan mendapatkan konsumen di Benua Biru. (Abdullah/Ibnu Nawawi)