Jakarta, NU Online
Ketua Kopri PB PMII Septi Rahawati mengatakan keterlibatan peran perempuan milenial tidak dapat dilepaskan dalam mewujudkan pembangunan, terlebih dalam organisasi perempuan seperti halnya Korps Wanita Indonesia (Kowani). Karena itu, Kopri PB PMII juga mendorong Kowani untuk melibatkan perempuan milenial dalam kerja-kerja yang dilakukannya.
"Generasi milenial sebagai generasi yang produktif. Kopri PB PMII memandang bagaimana kita memanfaatkan energi yang kita miliki untuk hal yang positif," kata Septi usai Silaturahim dan Forum Group Discussion (FGD) bertema Peran Perempuan dalam Revolusi Industri 4.0, di Gedung PBNU Kramat Raya Jakarta Pusat, Rabu (27/11) siang.
Septi berharap Kowani beserta federasi organisasi perempuan yang ada di dalamnya berkontribusi mengeluarkan gagasan yang segar dan membaur bersama kelompok muda di era Revolusi Industri 4.0. Silaturahim dan FGD yang dilakukan hari itu, kata Septi, bermaksud untuk menyegarkan semangat tersebut.
"FGD merupakan diskusi bersama organisasi anggota Kowani terkait tema pendidikan, kesehatan, ekonomi. Kita mendorong organisasi perempuan punya peran dalam era Revolusi Industri 4.0," ujarnya.
FGD juga menjadi ajang pembahasan menghasilan rekomendasi menjelang penyelenggaraan Kongres Kowani pada 2-5 Desember 2019 mendatang.
"Semoga kongres nanti dapat mengeluarkan gagasan baru dan pemipin yang berintegritas yang mampu mengakomodasi organisasi peremupun yang ada di Indonesia," tegasnya.
Sementara itu, Ketua Kowani Ony Jafar Hafsah menyebutkan, pada era Revolusi Industri saat ini, perempuan tak bisa lepas dari kemajuan teknologi. Perempuan bahkan memenuhi kebutuhannya juga dengan memanfaatkan teknologi.
"Mau pesan makanan pakai teknologi, jadi bagaimana misalnya menggunakan teknologi tanpa meninggalkan anak-anak. Ini tidak ada batasan, harus menguasai teknologi," ungkapnya.
Ia pun sependapat dengan Septi, bahwa Kowani harus melibatkan kaum milenial sebab saat ini banyak organisasi yang berisi anak-anak muda, salah satunya Kopri PB PMII.
"Organisasi-organisai berisi anak muda perempuan adalah ujung tombak organisasi. Jadi kita perlu kasih posisi. Organisasi perempuan perlu diberikan kesempatan (untuk turut berkiprah dan membangun). Kopri PMII, Kohati, Aisiyah dan lainnya jadi ujung tombak. Karena di satu hal bisa jadi mereka jauh lebih baik dari generesi sebelumnya, jadi kita beri kesempatan untuk seluruh kaum perempuan," lanjutnya.
Hadir pada kesempatan tersebut di antaranya Valina Singka Suheti dan Nita Yudi sebagai pembicara. Keduanya memaparkan bagaimana kaum perempuan harus tetap berdaya di era Revolusi Industri 4.0 saat ini.
Jika pemberdayaan perempuan secara ekonomi dapat terus ditingkatkan, hal itu bisa mengurangi atau mengakhiri tindak kekerasan terhadap kaum perempuan dan anak, juga mengakhiri perdagangan manusia serta peningkatan kesejahteraan ekonomi dapat tercapai, di mana persoalan-persoalan tersebut selama ini masih harus dihadapi kaum perempuan.
FGD dihadiri sekitar 70 orang dari Wanita Tani HKTI, Iwapi, Fatayat NU, Kopri PMII, IWSS, Kohati, Ipemi, dan organisasi Muslimah lainnya.
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Fathoni Ahmad