Nasional BANJIR SUMATRA

Korban Banjir Sumatra Tembus 1.140 Jiwa, MPU Aceh Serukan Solidaritas dan Penguatan Spiritualitas

NU Online  ·  Senin, 29 Desember 2025 | 22:00 WIB

Korban Banjir Sumatra Tembus 1.140 Jiwa, MPU Aceh Serukan Solidaritas dan Penguatan Spiritualitas

Penyerahan bantuan oleh Abu Sibreh kepada para penyintas banjir Sumatra di Aceh. (Foto: istimewa)

Banda Aceh, NU Online

Bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Pulau Sumatra pada penghujung November 2025 menorehkan duka mendalam bagi bangsa Indonesia. Hingga Senin (29/12/2025) pukul 09.00 WIB, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 1.140 orang meninggal dunia, 163 orang dinyatakan hilang, dan sekitar 399.200 jiwa terpaksa mengungsi akibat bencana yang melanda tiga provinsi, yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.


Berdasarkan data Katadata Insight Center yang bersumber dari BNPB, Provinsi Aceh menjadi wilayah dengan korban jiwa tertinggi. Di Serambi Makkah ini, tercatat 513 orang meninggal dunia dan 31 orang masih hilang. Sementara itu, di Sumatera Utara korban meninggal mencapai 365 orang dengan 60 orang hilang, disusul Sumatera Barat dengan 262 korban meninggal dan 72 orang hilang.


Tak hanya menelan korban jiwa, bencana ini juga menyebabkan kerusakan infrastruktur yang sangat luas. BNPB mencatat sedikitnya 166.743 rumah rusak, 3.188 fasilitas pendidikan terdampak, 806 rumah ibadah, 97 jembatan, serta 99 ruas jalan mengalami kerusakan akibat terjangan banjir bandang dan longsor. Kondisi ini memperberat proses evakuasi, distribusi bantuan, serta pemulihan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.


Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Tgk H Faisal Ali menyampaikan keprihatinan mendalam atas musibah besar yang menimpa masyarakat Sumatra, khususnya Aceh. Ia menegaskan bahwa bencana ini harus menjadi momentum untuk memperkuat solidaritas kemanusiaan sekaligus memperdalam refleksi spiritual.


“Musibah ini merupakan ujian besar. Di tengah duka dan kehilangan, kita diajak untuk saling menguatkan, memperkuat kepedulian sosial, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT,” ujar Abu Sibreh di Banda Aceh kepada NU Online,Senin (29/12/2025).


Menurutnya, selain penanganan fisik seperti pemenuhan kebutuhan dasar, hunian sementara, dan pemulihan infrastruktur, aspek spiritual dan psikososial masyarakat juga tidak boleh diabaikan. Peran ulama, dayah, dan lembaga keagamaan dinilai sangat penting untuk memberikan penguatan iman, ketenangan batin, serta harapan bagi para penyintas.


Abu Sibreh, sapaan akrabnya, juga mengapresiasi berbagai pihak yang telah bergerak cepat membantu korban bencana, mulai dari pemerintah, TNI-Polri, lembaga kemanusiaan, hingga organisasi kemasyarakatan. Namun, ia mengingatkan bahwa tantangan pemulihan masih panjang dan membutuhkan komitmen bersama secara berkelanjutan.


“Bantuan jangan berhenti pada masa tanggap darurat saja. Pemulihan pascabencana, terutama bagi anak-anak, perempuan, dan kelompok rentan, harus menjadi perhatian utama,” tegasnya.


Ia mengajak seluruh elemen masyarakat Aceh dan Indonesia untuk terus menumbuhkan semangat gotong royong, baik melalui doa, dukungan moral, maupun bantuan nyata. 


“Selama kita tidak kehilangan kasih sayang Allah dan kepedulian sesama, insyaallah kita mampu bangkit dari musibah sebesar apa pun,” pungkas Abu Sibreh.


Hingga kini, upaya pencarian korban hilang, penyaluran bantuan, serta pembangunan hunian sementara masih terus dilakukan di berbagai wilayah terdampak. Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan diharapkan dapat memastikan proses pemulihan berjalan cepat, tepat, dan berkeadilan bagi seluruh korban bencana di Sumatra.


============


Para dermawan bisa donasi lewat NU Online Super App dengan mengklik banner "Darurat Bencana" yang ada di halaman Beranda atau via web filantropi di tautan berikut https://filantropi.nu.or.id/solidaritasnu

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang