Nasional

LD PBNU Ungkap Tipikal Pola Keberagamaan Muslim Perkotaan

Ahad, 7 Juli 2024 | 06:00 WIB

LD PBNU Ungkap Tipikal Pola Keberagamaan Muslim Perkotaan

Wakil Sekretaris LD PBNU, KH Ahmad Nurul Huda (tengah) pada Forum Group Discussion (FGD) Pembinaan Dakwah Masjid Perkotaan di Hotel Savero, Depok, Jawa Barat, Jumat (5/7/2024). (Foto: NU Online/Haekal)

Depok, NU Online
Wakil Sekretaris Lembaga Dakwah (LD) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Nurul Huda atau disapa Kiai Enha mengungkapkan beberapa tipikal pola keberagamaan yang dijalankan oleh Muslim di perkotaan.

 

Hal itu disampaikannya saat memandu diskusi tentang Peta Jalan Segmentasi Dakwah Masjid Perkotaan
pada acara Forum Group Discussion (FGD) Pembinaan Dakwah Masjid Perkotaan di Hotel Savero, Depok, Jawa Barat, Jumat (5/7/2024).

 

Pengasuh Pondok Pesantren Motivasi Indonesia itu mengatakan karakter yang melekat pada Muslim perkotaan adalah individually. Itu merupakan ekspresi beragama yang muncul dari diri sendiri, tidak ditentukan oleh komunitas atau lingkungannya. 


"Selanjutnya rasional. Muslim perkotaan sangat rasional dalam memilih, sehingga masyarakat Muslim perkotaan lebih menerima informasi atau konten dakwah yang rasional memiliki referensi keilmuan," jelasnya.


Kemudian, Kiai Enha juga menilai Muslim di perkotaan memiliki sifat yang terbuka. Hal itu dapat dilihat dari kecenderungan Muslim perkotaan yang tidak mengidentikkan dirinya pada satu sumber pengetahuan Islam. 


"Menerima sumber dari mana saja selama cocok dan rasional," ungkapnya.


Lebih dari itu, kata Kiai Enha, Muslim perkotaan juga cenderung simbolik, sehingga kalangan Muslim perkotaan menyukai hal yang bersifat simbolik. "Simbol-simbol agama dianggap sebagai ekspresi kesalehan," jelasnya.


Selain itu, Kiai Enha juga menyebutkan bahwa karakter keberagamaan Muslim perkotaan masih menganut ibadah-ibadah keagamaan yang beriirisan dengan tradisi Islam di Indonesia seperti tahlilan, Maulid Nabi, dan ziarah.


"Catatan, lebih dari 80 persen Muslim kota masih melakukan tahlilan dan peringatan maulid Nabi, dan 67 persen masih melakukan ziarah ke makam ulama," jelasnya.


Strategi 
Senada dengan pembahasan di atas, Kiai Enha juga memaparkan strategi jitu dakwah NU untuk Muslim di perkotaan. Baginya, dakwah NU perlu adanya pendekatan personal dan komunitas kelompok kecil dan majelis taklim. Selain itu juga bimbingan personal kepada individu yang membutuhkan


Selaras dengan kebutuhan zaman, Kiai Enha mengatakan dakwah NU perlu memakai penggunaan teknologi dan media sosial.


"Media sosial untuk penyebaran konten dakwah dalam bentuk video, gambar, tulisan. Selain itu juga menggunakan aplikasi dan website untuk program podcast dan webinar," jelasnya.


Untuk memperluas dakwah, Kiai Enha mengatakan perlu adanya kemitraan dengan institusi. Seperti, kerja sama dengan lembaga, institusi, baik Pemerintahan maupun swasta dalam menyelenggarakan dan mengampuh masjid dan kegiatan keislaman.


"Pendekatan kreatif dan inovatif konten visual dalam penyampaian pesan-pesan keislaman dan Aswaja NU. 
Kemudian menyelenggarakan event khusus yang menarik minat khalayak program pendidikan dan pelatihan, workshop dan kursus kajian keislaman spesifik seperti tafsir Al-Qur'an, kajian tasawuf, dan lainnya," jelasnya.


Kiai Enha mengatakan pelatihan kader dakwah juga perlu digalakkan untuk pendekatan inklusif dan dialog antaragama dan dialog dengan komunitas agama lain untuk mengembangkan toleransi.


"Langkah ini untuk memastikan dakwah mencakup semua lapisan masyarakat," terangnya.