Ma’had Aly Tebuireng Siapkan Muktamar Turats Nabawi 2025: Angkat Isu Eko-Sunnah, Jawab Krisis Ekologi Global
NU Online · Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB
Poster MUTUN 2025. Kegiatan ini akan digelar Mahad Aly Hasyim Asyari Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, pada 13-14 Desember 2025. (Foto: dok. Mahad Aly Tebuireng)
Abi S Nugroho
Kolomnis
Tebuireng, NU Online
Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Pesantren Tebuireng, tengah memulai persiapan penyelenggaraan Muktamar Turats Nabawi (MUTUN) 2025, sebuah konferensi internasional hadits berbasis turats yang akan digelar di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, pada 13-14 Desember 2025
Kegiatan ini mengangkat tema Eko-Sunnah dan Krisis Ekologi Global: Formulasi Kontribusi Islam Melalui Hadis untuk Agenda Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Agenda berskala internasional ini akan melibatkan para ulama, akademisi, peneliti hadits, serta mahasiswa dan santri dari berbagai pesantren dan perguruan tinggi Islam, baik dari dalam maupun luar negeri.
Selain konferensi utama, rangkaian kegiatan pra-muktamar juga digelar sejak 6 Desember 2025 dengan Seminar Literasi Keuangan Syariah. Lalu pada 10-11 Desember 2025 Bahtsul Masâ’il Haditsiyah bertema Isu Lingkungan, 12 Desember 2025 Pembacaan Hadits-Hadits Ekologi, dan 13-14 Desember Muktamar Turats Nabawi atau MUTUN.
Mudir Ma'had Aly Hasyim Asy’ari Pesantren Tebuireng Achmad Roziki menegaskan bahwa MUTUN 2025 merupakan bentuk kontribusi untuk menjawab tantangan global melalui perspektif turats dan hadist. Ia berharap, kehadiran Pesantren Tebuireng memberikan efek positif bagi kehidupan yang berkelanjutan.
Para pemateri yang hadir, selain dari Indonesia, ada juga dari Mesir, Maroko, dan Amerika. Begitu pula para penulis yang sudah mengirimkan tulisan, tak hanya dari Indonesia, tetapi juga dari Malaysia, Mesir, Libya, India, dan Pakistan.
Jawab krisis ekologi dengan warisan sunnah
Menurut Ahmad Ubaydi Hasbillah, krisis ekologi global saat ini tidak lagi bisa dianggap isu pinggiran. Banjir, kekeringan berkepanjangan, polusi udara, penurunan kualitas tanah, hingga hilangnya keanekaragaman hayati telah menjadi ancaman serius yang dirasakan masyarakat di berbagai daerah. Banyak masyarakat mengalami bencana akibat eksploitasi alam berlebihan.
“Dunia sedang berubah dengan sangat cepat, dan lingkungan kita berada dalam tekanan luar biasa. Dibutuhkan kontribusi pengetahuan, jangka panjang membangun paradigma. Mindset manusia yang berpegang pada nilai luhur yang diajarkan nabi. Dalam situasi seperti ini, Ma’had Aly merasa bertanggung jawab menghadirkan perspektif Islam, terutama hadis, sebagai bagian dari solusi,” ujarnya.
Ia berharap, pertemuan para pemikir bidang lingkungan membuat lembaga pendidikan tinggi berbasis pesantren ikut memberikan sumbangsih dalam keilmuan kepada masyarakat. Selain itu, upaya penanganan bencana lingkungan dari berbagai negara akan menjadi pengalaman berharga.
Ia menjelaskan bahwa konsep Eko-Sunnah yang diangkat dalam MUTUN 2025 merujuk pada nilai-nilai ekologis yang terdapat dalam Sunnah Nabi. Banyak hadits, menurutnya, mengajarkan prinsip konservasi, kesederhanaan, pengelolaan sumber daya, hingga etika interaksi dengan alam.
“Nabi mencontohkan cara hidup yang seimbang dengan alam. Beliau melarang mencemari sungai, melarang menebang pohon tanpa kebutuhan yang benar, serta mendorong umatnya menanam pohon meski dalam situasi akhir zaman. Ini nilai yang sangat relevan menjawab krisis hari ini,” lanjutnya.
Ubaydi menambahkan, selama ini banyak hadits ekologis belum digali secara serius dalam diskursus keilmuan maupun kebijakan publik. Ma’had Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng juga sudah mengumpulkan hadits-hadits lingkungan dan segera terbit. Karena itu, ia berharap agar MUTUN 2025 dapat membuka ruang pembacaan ulang terhadap hadits-hadits tersebut dengan pendekatan yang lebih aplikatif untuk konteks modern.
Momentum besar bagi dunia pesantren
Bagi Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, penyelenggaraan MUTUN 2025 bukan hanya kegiatan ilmiah, tetapi momentum penting bagi pesantren sebagai pusat tradisi keilmuan Islam di Indonesia.
“Pesantren memiliki tradisi turats sangat kaya. Menghubungkan tradisi itu dengan isu global seperti ekologi adalah langkah strategis, agar pesantren tidak hanya menjaga warisan ilmu, tetapi juga memberi kontribusi bagi peradaban. Hasil riset para akademisi ini juga akan diintregrasikan dengan pendidikan dan pengabdian masyarakat," kata Ubaydi.
Ia menilai, dunia internasional saat ini semakin membutuhkan perspektif keagamaan dalam perumusan agenda keberlanjutan. Karena itu, kehadiran Tebuireng melalui MUTUN 2025 diharapkan membuka dialog lebih luas antara akademisi pesantren dan komunitas global.
“Dunia sedang mencari model pembangunan berkelanjutan yang bukan hanya teknokratis, tetapi juga etis dan spiritual. Sunnah Nabi menawarkan itu dan pesantren bisa menjadi jembatan antara nilai-nilai tersebut dengan praktik kebijakan modern,” ujarnya.
Rangkaian kegiatan menuju Puncak Muktamar
MUTUN 2025 tidak hanya berisi konferensi ilmiah, tetapi rangkaian kegiatan yang dirancang menghadirkan pemahaman komprehensif tentang hadis lingkungan.
6 Desember 2025
Seminar Literasi Keuangan Syariah
Sesi ini menjelaskan keterkaitan antara keuangan syariah, tata kelola sumber daya, dan keberlanjutan. Menurut panitia, ekologi tidak bisa dipisahkan dari ekonomi, terutama praktik keuangan yang etis.
10 Desember 2025
Bahtsul Masa’il Al-Haditsiyah Bertema Lingkungan
Para kiai, dosen, dan santri senior akan membahas isu-isu ekologis kontemporer, seperti pencemaran sungai, deforestasi, eksploitasi sumber daya, hingga perubahan iklim, melalui perspektif hadis dan metodologi ilmu hadis.
“Ini forum ilmiah yang sangat penting, karena masalah lingkungan selama ini belum banyak dibahas mendalam dalam bahtsul masâ’il, padahal dampaknya sangat luas terhadap umat,” tegas Ahcmad Roziki
11 Desember 2025
Pembacaan dan Khataman Hadits-Hadits Lingkungan
Ratusan santri dan mahasiswa Ma’had Aly akan mengkhatamkan kumpulan hadis yang berkaitan dengan etika lingkungan. Kegiatan ini menjadi simbol bahwa pembahasan ekologis harus berangkat dari khazanah yang otentik.
13-14 Desember 2025
Konferensi Internasional Eko-Sunnah
Di sinilah puncak kegiatan MUTUN 2025. Ulama dan akademisi dari berbagai negara akan memaparkan penelitian terkait hadis lingkungan, metodologi turats, ekonomi hijau berbasis syariah, dan implementasi Eko-Sunnah dalam agenda SDGs.
Tamu Internasional dan Kolaborasi Global
Panitia menyebut sejumlah pembicara dari Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Afrika akan hadir sebagai narasumber. Selain itu, beberapa lembaga riset internasional juga telah menyatakan minat berkolaborasi dalam proyek lanjutan selepas MUTUN.
Menurut Ahmad Ubaydi Hasbillah, Ketua Panitia MUTUN, rangkaian acara kegiatan yang telah disusun itu bertujuan membangun paradigma Eko-Sunnah untuk peradaban dunia melalui pemahaman dan pengamalan hadits berbasis ekologi.
“Kami berharap kerja sama internasional ini akan memperkaya khazanah kita, sekaligus memperkenalkan pesantren sebagai pusat intelektual yang ikut memberi arah pemikiran dunia,” tutur Ubaydi.
Ia menyebutkan, diskursus keagamaan dan ekologi sebenarnya tengah menjadi tren global. Banyak universitas dan lembaga riset di berbagai belahan dunia mulai mencari kerangka etika lingkungan berbasis agama, termasuk Islam.
“Tebuireng ingin menjadi bagian dari percakapan itu. Ini bukan soal prestise, tetapi tanggung jawab moral,” tambahnya.
Ubaydi menjelaskan lebih jauh bahwa Eko-Sunnah adalah kerangka berpikir yang menempatkan Rasulullah sebagai model perilaku ekologis.
Ia mencontohkan peristiwa Nabi menasihati para sahabat untuk tidak memotong pohon tanpa alasan syar’i. Hal itu menunjuk betapa Nabi melarang berlebih-lebihan dalam penggunaan air, bahkan saat wudhu. Nabi juga melarang menyiksa hewan atau mencemari sumber air.
“Kalau kita melihat Sunnah dari perspektif ekologis, kita akan menemukan bahwa Islam sesungguhnya agama yang sangat hijau. Nabi memberikan teladan yang sangat jelas tentang bagaimana manusia harus menjaga alam sebagai amanah,” katanya.
Achmad Roziki, Mudir Ma’had Aly Hasyim Asy’ari dan Sekjen Ikapete berharap, MUTUN 2025 dapat membangkitkan kembali kesadaran ekologis dalam tradisi pesantren.
“Santri yang belajar hadis harus melihat bahwa menjaga bumi itu bagian dari keberagamaan. Bukan aktivisme semata, tetapi ibadah,” tegasnya.
MUTUN 2025 diharapkan melahirkan beberapa keluaran penting, seperti buku prosiding internasional, rekomendasi keagamaan tentang pelestarian lingkungan, serta peta jalan riset Ma’had Aly mengenai hadis ekologis.
Panitia juga merancang terbentuknya Jaringan Eko-Sunnah Internasional, sebuah platform yang mempertemukan ulama, akademisi, dan peneliti dari berbagai negara untuk mengembangkan kajian hadis lingkungan secara berkelanjutan.
Ubaydi Hasbillah menyampaikan bahwa MUTUN tidak hanya bagi kalangan ilmiah, tetapi juga masyarakat, terutama umat Islam di Indonesia.
“Kami ingin kegiatan ini memberikan manfaat langsung. Muktamar ini harus memantik perubahan pola pikir: bahwa menjaga bumi adalah kewajiban agama. Bahwa keberlanjutan adalah bagian dari akhlak. Dan bahwa Islam selalu punya jawaban atas tantangan zaman dengan konsepsi, paradigma, epistemologi yang aplikatif tentunya.” katanya.
Dengan persiapan yang terus dimatangkan, semangat panitia, dan dukungan Pesantren Tebuireng, MUTUN 2025 dipandang sebagai terobosan penting bagi dunia studi hadis dan ekologi. Melalui pendekatan Eko-Sunnah, Ma’had Aly berharap dapat memberikan kontribusi ilmiah dan moral bagi gerakan global dalam menyelamatkan bumi.
“Kalau umat Nabi Muhammad dengan sungguh-sungguh meneladani sunnah yang kontekstual, bumi akan lebih teduh. Muktamar ini adalah langkah kecil menuju cita-cita besar itu. Dan tidak lupa, marilah kita bantu dan doakan saudara-saudara kita yang sedang mengalami bencana karena kerusakan alam di Sumatera dan daerah-daerah lainnya.” tutup Achmad Roziki.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU Hadir Silaturahim di Tebuireng
5
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
6
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
Terkini
Lihat Semua