Jakarta, NU Online
Dalam rangka memperingati Hari Santri 2019, Kementerian Agama RI melalui Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam menggelar acara bertajuk Malam Kebudayaan Pesantren. Kegiatan dipusatkan di Pondok Pesantren Ash-Shidiqiyah, Kedoya, Jakarta Barat, Sabtu (28/9) dengan tema “Ngaji, Ngopi, Ngomedi”.
"Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka membumikan sastra pesantren ini akan diisi dengan talkshow yang bertujuan membumikan sastra pesantren," kata Ahmad Zayadi, Sabtu (28/9).
menurut Direktur PD Pontren tersebut, kegiatan yang bakal dipandu langsung Candra Malik itu menghadirkan tiga pembicara, yakni Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin, budayawan Prie GS, dan pegiat media pesantren, Hakim Jayli.
"Selain talkshow tentang sastra pesantren, kegiatan juga diisi dengan penampilan musik, puisi, stand up comedy, serta cerita lucu dari pesantren," terangnya.
Acara ini akan dibawakan langsung oleh para seniman serta alumni pesantren dengan latar belakang profesi berbeda. "Di antaranya KH Noer Muhammad Iskandar, Kamaruddin Amin, Imam Safei, Ahmad Zayadi, Oman Fathurrahman, Inayah Wahid, Sakdiyah Makruf, Sosiawan Leak, Robby Habibi, Home Band, Al Fannan, serta Panca SUCA," jelasnya.
Dalam pandangan Ahmad Zayadi, kegiatan juga berupaya mengekspos kesenian dan sastra yang selama ini tumbuh subur di pesantren.
"Hal tersebut sebagai salah satu rangkaian dari Peringatan Hari Santri 2019 yang mengangkat tema besar tentang santri dan perdamaian. Sebab, seni dan sastra sangat berpengaruh terhadap perilaku santri dan membentuk mereka menjadi pribadi yang humoris serta mengedepankan pesan-pesan keindahan, harmoni dan kedamaian dalam keseharian," urainya.
Melalui kegiatan ini pula, santri diharapkan bisa berbicara lebih banyak mengenai perdamaian dan ikut serta menjadi agen perdamaian dengan bekal seni dan sastra yang mereka pelajari selama berada di pesantren.
"Terlebih dengan adanya tambahan bekal kedalaman pemahaman tentang teks-teks agama," ungkapnya.
Pasalnya, hasil penelitian Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut orang humoris susah direkrut menjadi teroris.
"Oleh karena itu, santri dan lulusan pesantren berpeluang besar menjadi pegiat perdamaian, minimal di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka," tandasnya.
Pewart: Syakir NF
Editor: Ibnu Nawawi