Nasional FORUM R20

Malam Tak Terlupakan para Tokoh Agama Dunia di Pesantren Sunan Pandanaran

Senin, 7 November 2022 | 21:00 WIB

Malam Tak Terlupakan para Tokoh Agama Dunia di Pesantren Sunan Pandanaran

Para santri Pondok Pesantren Sunan Pandanaran saat menampilkan koreografi yang atraktif dan mencuri perhatian seluruh pemimpin agama dunia yang mengikuti malam perpisahan Forum R20, Ahad (6/11/2022). (Foto: NU Online/Suwitno)

Yogyakarta, NU Online 
Senyum tak henti-hentinya merekah di wajah hadirin yang memenuhi Aula Pesantren Sunan Pandanaran, Yogyakarta, Ahad (7/11/2022) malam. Betapa tidak, seluruh sivitas akademika pesantren yang didirikan oleh KH Muhammad Mufid Mas’ud itu betul-betul memberikan sambutan yang begitu gegap gempita atas kehadiran puluhan tokoh agama dunia yang mengikuti Forum Agama G20 atau Forum R20.


Turun dari mobil, sejumlah santri langsung mendekati para tokoh itu dan mengajaknya berbincang. Tentu para santri itu berbicara dengan bahasa Inggris yang fasih sehingga mereka tampak asyik berkenalan dan berbagi informasi. Berjalan menuju aula, marching band menyambut lengkap dengan koreografi bendera.


Di tengah aula, ribuan santri itu pun sorak-sorai menyambut dengan lagu Jihad Santri Pandanaran. Para tokoh itu melambai-lambaikan tangannya. Beberapa di antaranya tak ingin menyia-nyiakan momen langka itu untuk diabadikan sehingga tangan mereka tak lepas merekam video dan memotret suasana yang demikian gegap gempita.


Mengawali Malam Perpisahan Forum R20 itu, para santri menampilkan Tari Ratoh Jaroe atau Tari Saman dari Aceh. Sejumlah santri putri itu mampu membuka kegiatan malam itu dengan penuh kecerahan.


Setelah itu, rangkaian sambutan dari Hj Fanny Rifqoh mewakili Pesantren Sunan Pandanaran, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf, dan Guru Besar Universitas Deakin Australia Prof Greg Barton.


Setelah rangkaian pidato, suasana dibuat sendu dan syahdu dengan lagu Heal The World yang dinyanyikan oleh paduan suara. Tidak hanya mereka yang berdiri sebagai tim paduan suara, seluruh santri juga turut menyanyi lagu yang dipopulerkan Michael Jackson itu.


Heal the world. Make it better place for you and for me and the entire human race. There are people dying. If you care enough for the living. Make a better place for you and for me.”


Begitu suara ribuan santri serempak. Tidak hanya menyanyi, mereka juga menampilkan koreografi yang seirama. Mulai gerakan tangan hingga mengibar-kibarkan bendera berbagai negara yang hadir pada forum R20 itu.


Saat emosi sedang turun karena lagu Heal The World, para santri Pesantren Sunan Pandanaran kembali mengembalikan perasaan seluruh hadirin pada posisi gembira. Hal itu diantarkan dengan penampilan Gus Azka Sya’bana yang membawakan lagu Ib’adi Kuntum.


Lagu dengan tempo yang cepat itu berhasil membawa para hadirin kembali berbunga-bunga. Bunga-bunga yang mekar itu juga dipupuki koreografi ribuan santri yang tampak kompak.


Terlebih Kiai Mu’tashim mengajak Gus Azka untuk mendekat ke Zainab Suwaij yang tampak turut bernyanyi. Gus Azka pun menyerahkan mikrofonnya kepada Zainab.


Perempuan asal Irak itu pun langsung turut menyanyi. Tidak berhenti pada Zainab, Gus Azka dan Kiai Mu’tashim mendekati Muhsin Shihab, pejabat Kementerian Luar Negeri. Ia pun turut menyumbangkan suaranya menyanyikan lagu itu.


Setelah asyik bernyanyi, Zainab didapuk untuk berbicara di hadapan ribuan santri dan diikuti oleh Syekh Kabir Helminski dari Amerika Serikat.


Kembali, Gus Azka tampil menghibur semua orang yang hadir di pesantren tersebut. hal itu dengan nyanyian lagu Banser. Semua hadirin berdiri dengan menggoyang-goyangkan tangan kanannya yang terkepal.


Setelah bersenang-senang dengan lagu yang bertempo cepat itu, suasana kembali dibuat hening dengan lagu John Lennon berjudul Imagine. Suasana syahdu semakin kentara manakala lampu dimatikan, sedangkan semua peserta menyalakan stik lampu yang sudah disediakan. Lampu warna-warni itu menyala digoyang-goyangkan di tengah kegelapan.


You may say I’m a dreamer. But I’m not the only one. I hope someday you’ll join us and the world will be as one,” para santri serempak meneriakkan lirik itu.


Malam Perpisahan itu ditutup dengan doa berupa puisi yang diciptakan oleh KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus). Doa ini pernah dibacakan Menteri Agama H Yaqut Cholil Qoumas pada Upacara Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 2021. Doa ini dibacakan dua santri putri. Doa ini dipanjatkan dengan nyala lilin yang membawa suasana semakin khidmat.


“...Demi nama-nama agung-Mu yang maha indah
Demi sifat-sifat suci-Mu yang maha indah
Demi ciptaan-ciptaan-Mu yang serba indah.
Anugerahilah kami, pemimpin-pemimpin kami, dan bangsa kami kepekaan menangkap dan mensyukuri keindahan anugerah-Mu
...”


Mengingat forum R20 akan digelar di India untuk tahun depan, Gus Azka tampil mengantarkan para tokoh agama itu dengan shalawat yang dilantunkan dengan lagu India.


Hal ini semakin membuat malam itu meriah penuh kegembiraan. Sorot mata dan senyum yang selalu mengembang tampak menunjukkan kebahagiaan. Para santri juga demikian bahagia. Mereka menyapa dengan wajah yang cerah. Beberapa di antara mereka mencium tangan tokoh-tokoh itu yang disambut dengan baik.


Dalam sambutannya, Greg Barton sampai mengaku bakal susah melupakan malam perpisahan itu. “Tidak mungkin orang akan cepat lupa pengalaman malam ini,” ujarnya.


Dikonsep penuh suka-cita
Ketua Panitia Malam Perpisahan Forum R20 H Qowwam Hassan menyampaikan, malam perpisahan tersebut memang sengaja dikonsep penuh suka cita dan senang-senang. Hal itu diwujudkan dengan penampilan berbagai kesenian yang tidak saja ditampilkan oleh sebagian santri, melainkan juga melibatkan seluruh orang yang hadir.


“Kami panitia mendapat dawuh dari Pak Kiai (Pengasuh Pesantren Sunan Pandanaran KH Mu’tashim Billah), persiapan harus total, harus maksimal. Tidak ada eman-eman. Pokoknya harus total,” tegasnya.


Segala lini persiapan, mulai penerimaan tamu, pendamping tamu, penyambutan, marching, hadrah, paduan suara, hingga koreografi itu total. “Koreografi itu dilatih. Persiapan lama. H-7 kita sudah latihan terus,” ungkapnya.


Melalui semua yang ditampilkan itu, Pesantren Sunan Pandanaran ingin menyampaikan Islam sebenarnya yang ramah. Tidak seperti yang ditunjukkan oknum pembuat teror, radikal nan ekstrem dengan mengatasnamakan agama.


“Kita bisa lihat anak-anak belajar, tidak ada rasa sentimen dengan agama lain, saling suudzan, kami ingin menunjukkan itu. Ini sebenarnya,” kata H Qowwam.


Pelaksana Harian Yayasan Pesantren Sunan Pandanaran ini juga menyampaikan bahwa pemilihan lagu memang dipilih guna menghadirkan nilai-nilai kebersamaan. Sebab, agama tidak cuma satu, melainkan ada agama-agama lain yang berbeda dengan apa yang dianut oleh orang lain.


“Sudah sepatutnya kita menganggap bahwa agama itu kita sadari bukan agama kita sendiri. Tetapi, ada agama orang lain,” tuturnya.


Oleh karena itu, dengan adanya lagu tersebut, Pesantren Sunan Pandanaran mengajak semua orang yang hadir untuk merefleksikan diri, bahwa tidak ada yang paling benar.


“Kita punya keyakinan masing-masing, batasan masing-masing. Output-nya hubungan antaragama, output-nya kedamaian, kasih sayang, persahabatan,” katanya.


“Agama bukan penyebab perpecahan, kebencian, apalagi perang. Itu yang ingin Pondok Pesantren Sunan Pandanaran ingin sampaikan,” sambungnya.


Ekspresi kegembiraan
Dalam sambutannya mewakili Pesantren Sunan Pandanaran, Hj Fanny Rifqoh menyampaikan bahwa penampilan-penampilan tersebut merupakan wujud ekspresi kegembiraan atas kehadiran para tamu spesial dari berbagai negara.


Ia menaruh harapan dan doa para pemuka agama untuk para santri agar dapat sungguh-sungguh dalam belajar. Dengan begitu, mereka dapat menjadi agen perubahan untuk menyemai perdamaian dan keharmonisan hidup lebih baik lagi.


“Pondok Pesantren Sunan Pandanaran dapat membuka pintu gerbang para santri dalam proses menjadi anak-anak yang berkarakter mulia, mencintai Tanah Air-nya dengan keberkahan perbedaannya,” tutur Rifqoh.


“Mereka dapat mengambil bagian untuk merawat dan peduli terhadap perdamaian seluruh makhluk,” tambahnya.


Forum Agama G20 (R20) digelar PBNU bersama Liga Muslim Dunia atau Muslim World League (MWL) di Nusa Dua, Bali, pada 2-3 November 2022. Ia menjadi engagement group G20. Ada 338 partisipan yang hadir pada perhelatan R20, yang berasal dari 32 negara. Sebanyak 124 berasal dari luar negeri. Forum tersebut menghadirkan 45 pembicara dari lima benua.


Peserta R20 selanjutnya diajak berkunjung ke Yogyakarta dan Jawa Tengah. Selama 4-6 November 2022 mereka mengunjungi antara lain Keraton Yogyakarta, Candi Prambanan, Vihara Mendut, Candi Borobudur, Universitas Islam Indonesia (UII), dan Pesantren Pandanaran.


Seperti diketahui, forum R20 akan diselenggarakan secara kontinu menyesuaikan dengan urutan presidensi G20, yakni di India pada 2023, di Brazil pada 2024, dan di Afrika Selatan pada 2025.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Musthofa Asrori