Nasional

Marak Kasus Kebocoran Data, Siber Ansor Beri 5 Tips Lindungi Data Pribadi

Sabtu, 17 September 2022 | 12:00 WIB

Marak Kasus Kebocoran Data, Siber Ansor Beri 5 Tips Lindungi Data Pribadi

Ilustrasi: Penjahat siber biasanya akan membobol dulu nomor telepon dan email.

Jakarta, NU Online

Belakangan ini, kebocoran data marak terjadi di Tanah Air. Pasalnya, seorang hacker anonym Bjorka berhasil membobol miliaran data penduduk Indonesia. Bukan hanya masyarakat biasa, Bjorka juga membocorkan data-data pribadi sejumlah petinggi negara dan menyebarkannya di media sosial.


Menghindari kebocoran data tersebut, Sekretaris Badan Siber Ansor, M. Mabrur L. Banuna mengatakan bahwa penting bagi masyarakat memiliki kesadaran terhadap keamanan data pribadi seperti personal device (perangkat) di HP, komputer, dan data lain karena wilayah tersebut murni menjadi tanggung jawab pribadi.


“Masyarakat pun diharapkan paham bagaimana kejahatan siber dilakukan melalui device kita dengan cara mengetahui tren serangan terhadap keamanan informasi seperti serangan phising atau malware,” ujar Mabrur kepada NU Online, Jumat (16/9/2022).


Pertama, hindari serangan phising. Praktik phising yakni kegiatan untuk memancing informasi korban seperti sandi kartu kredit, akun media sosial, atau akun bank lewat media elektronik seperti surel atau pesan singkat. 


Teknik modus phising ini, kata dia, adalah dengan mengirimkan link ke device milik pribadi tiap orang sehingga ketika mengklik link atau tautan tersebut pada saat itu juga device diambil alih atau berada dalam kekuasaan orang lain.


Menurutnya, yang paling marak terjadi adalah kejahatan dengan modus phising misalnya di grup whastapp, telegram atau aplikasi chatting. Sebab itu diharapkan masyarakat jangan sembarang mengklik sebuah link khawatir kesengajaan atau kejahatan dibalut dengan modus seperti itu.


“Kita kan bisa membedakan kiriman link berita yang sudah terverifikasi misal NU Online, Kompas. Contoh modus yang sering dilakukan adalah diskon harga kalau tidak penting dan dirasa aneh jangan diklik,” kata praktisi media digital itu. 


Kedua, hindari serangan malware. Malware merupakan perangkat lunak berbahaya yang biasanya digunakan cyber criminal atau penjahat dunia maya untuk mencuri data, menyebabkan kekacauan, dan merusak perangkat. Data-data yang dicuri bisa berupa catatan kesehatan, email, kata sandi, dan identitas pribadi.


“Serangan malware berupa virus ini banyak menyerang ke sistem device kita misal di PC atau sistem jaringan komputer untuk melumpuhkan jaringan digital kita atau meng-crawling data yang dibutuhkan sebagai perlindungan data di device kita,” jelas pria asal Makassar itu.


Ketiga, mengamankan media sosial. Mabrur menerangkan media sosial merupakan wadah membagi informasi yang sifatnya general (umum) sehingga jangan sembarang membagi informasi seperti data pribadi, nama orang tua, ibu, dan alamat lengkap. 


“Karena sistem keamanan kita misal m-banking verifikasinya dengan nomor telepon, email, dan nama ibu kandung. Ketika itu terpublikasi sangat rawan berpeluang dimanfaatkan orang lain untuk melakukan kejahatan. Sebisa mungkin jangan menyebarkan data pribadi kita di sosial media,” ungkapnya.


Modus kejahatan ini, menurut Mabrur, sering digunakan sebagai pintu masuk melakukan serangan. Demikian juga dengan menandai lokasi. Sering menandai lokasi keberadaan seperti rumah, kantor, dan lokasi lain itu akan memberi celah kepada pihak-pihak yang ingin melakukan kejahatan. 


Keempat, yang perlu dihindari, kata Mabrur, adalah berbagi kehidupan pribadi di laman media sosial atau oversharing hal ini untuk menghindari pihak-pihak yang ingin berbuat kejahatan secara virtual. 


“Contoh yang punya anak atau keluarga jangan terlalu banyak men-share foto mereka karena sangat rawan terkena serangan. Kita jadikan sosial media untuk share ilmu, informasi yang sifatnya umum untuk menambah kapasitas kita,” ajaknya. 


Kelima, ganti password secara berkala. Ini juga bagian menjaga keamanan perangkat digital namun yang paling penting jangan sampai device terkena phising karena sekuat apa pun password akan mudah diganti kalau akses email dan nomor telepon kebobolan.


“Penjahat siber biasanya akan membobol dulu nomor telepon dan email kita karena ketika pergantian username maupun password konfirmasi dan kode OTP-nya akan masuk ke nomor telepon dan email,” tandas Mabrur.


Kontibutor: Suci Amaliyah

Editor: Fathoni Ahmad