Tangerang, NU Online
Sekretaris Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI Imam Syafei mengatakan, mempunyai lembaga pendidikan itu ibarat menanam pohon. Pohon harus dirawat, rajin disiram dan diberi pupuk. Belum lagi saat tanaman itu terkena hama, maka harus diberi obat.
"Tidak jauh berbeda dengan lembaga pendidikan. Pengelola harus intens dalam merawat sarana, prasarana, SDM, dan mahasiswanya," ujarnya.
Hal itu disampaikan dalam acara Masa Orientasi Mahasiswa Baru (MOMRU) di Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU) Nusantara Tangerang, Ahad (8/9).
“Lembaga pendidikan yang hebat itu lembaga yang punya branding atau trendmark. NU perlu institusional branding lembaga-lembaga pendidikannya. Makanya, kampus mahal itu belum tentu berkualitas,” terangnya.
Ia melanjutkan, branding itu penting dalam membangun image di masyarakat. Agar kampus NU mudah dikenal masyarakat. Kekhasan itu yang akan mendorong masyarakat memasukkan anaknya untuk kuliah di kampus NU.
“Kampus NU harus profesional dan maksimal dalam menyiapkan kader-kadernya. Karena masa depan adalah milik mereka yang memiliki mimpi-mimpi besar. Walaupun santri itu secara ekonomi banyak dari kalangan menengah ke bawah, tapi mereka punya potensi besar,” tegasnya.
Menurutnya, semua mahasiswa adalah genius dan punya potensi beragam. Dosen perlu mengapresiasi mereka yang memiliki nilai jelek. Jangan salah, mereka yang punya nilai akademik jelek tidak berarti tidak punya potensi. Justru tidak sedikit orang besar dan sukses, karir akademiknya tidak selesai.
“Kita perlu mendeteksi potensi khusus. Yang punya IPK (Indek Prestasi Komulatif, red) jelek harus mendapatkan perhatian. Karena sesungguhnya ia punya potensi besar. Biasanya berpotensi menjadi interpreneur. Every student is star. Every student is genius. Tergantung kita sebagai pendidik memaksimalkan mereka,” tegas Syafei yang mengenakan batik merah maroon.
Ketua PWNU Banten KH Bunyamin memberikan pesan kepada para mahasiswa baru yang berjumlah 200 peserta agar menguatkan tekad mengabdikan diri di NU.
“Jangan takut bergabung di NU. Saya tidak punya ilmu apalagi harta, tapi saya berkomitmen berkhidmat di NU. Alhamdulillah berkah,” pesannya.
Ia menambahkan, kuliah di STISNU tidak hanya diisi kecerdasan. Tapi juga diisi akhlak. Manusia bisa saja pintar dan cerdas. Tapi jika tidak punya akhlak, maka tidak sedikit yang melanggar hukum.
Kontributor: Suhendra
Editor: Muiz