Megatruh Ki Ageng Selo tentang Rintangan Manusia Menggapai Tuhannya
Selasa, 15 Oktober 2019 | 00:00 WIB
Selain itu, lanjut Rima dalam penelitian yang dilakukan berkat dukungan bantuan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Dit PTKI) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama RI tahun anggaran 2018, di pupuh kedua, Ki Ageng Selo kembali mengulang tentang konsep sebab akibat dari perbuatan baik-buruk sebagaimana dijabarkan dalam bab-bab sebelumnya.
Pada bagian keempat, Mijil. Secara umum Mijil menjelaskan tentang proses manusia dalam mendekatkan diri pada Tuhan. Dalam bagian ini syair-syair tembang macapat Pepali Ki Ageng Selo lebih serius nuansa sufistik. Pupuh pertama lebih menekankan pada tingkatan level tasawuf dan ibadah manusia. Pupuh kedua, Ki Ageng Selo menjelaskan tarekat merupakan jalan untuk mengetahui Tuhan. Jalan tarekat ini bukanlah jalan yang mudah. Manusia yang menempuh jalan tarekat perlu usaha dan kerja keras untuk menghadapi godaan-godaan dalam setiap perjalanan spiritualnya.
Selanjutnya dalam pupuh ketiga mulai masuk pada level hakikat, pada level ini manusia mencoba untuk mengetahui Tuhan melalui sifat-sifatnya. Ki Ageng Selo menerangkan bahwa manusia tidak akan pernah mengetahui Tuhan dalam wujud yang terlihat dengan mata, tetapi dapat melihat melalui sifat-sifatnya. Setelah pennjelasan tentang hakekat, pupuh keempat dan kelima menjelaskan tentang ilmu makrifat, ilmu yang paling tinggi tingkatannya.
Pupuh ketujuh, Ki Ageng Selo menjelaskan tentang konsep baik dan buruk. Walaupun Tuhan Maha kuasa untuk melakukan apa pun, manusia tetap memiliki kehendak untuk melakukan kebaikan atau keburukan. Pupuh delapan sampai sepuluh Ki Ageng Selo kembali menerangkan konsep hidup dan mati. Dalam pupuh sebelas dan dua belas merupakan penjelasan dari Al-Qur’an Surat Al-Imran ayat 27 tentang rizeki Tuhan kepada semua makhluknya. Menurut Ki Ageng Selo rizeki manusia sudah diukur oleh Allah. Sehingga pembagiannya tidak akan pernah tertukar.
Pupuh ketujuh, Ki Ageng Selo mempertanyakan siapa sebenarnya manusia. Konsep siapa aku bagi Ki Ageng Selo sangat penting dipahami untuk menjelaskan siapa sebenarnya dirinya. Ajaran tentang hakikat diri ini akan menentukan relasi manusia dengan sesamanya serta relasinya dengan Tuhan. Pupuh kedelapan sampai enam belas berbicara tentang hakikat Tuhan dan pribadi Gusti Nabi Muhammad.
Tentang hakikat Tuhan, Ki Ageng Selo menjelaskan bahwa akal manusia tidak mampu membuka tabir misteri Tuhan sendiri. Ki Ageng Selo mendeskripsikan Tuhan sebagai dzat yang maha kuasa dan tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Kemampuan batin dan rasalah yang dapat membantu akal memahami Tuhan dengan sempurna.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
Terkini
Lihat Semua