Nasional

Nabi Muhammad Tidak Membid’ahkan Orang yang Memujinya

Kamis, 21 November 2019 | 17:17 WIB

Nabi Muhammad Tidak Membid’ahkan Orang yang Memujinya

ilustrasi kalimat nama Nabi Muhammad

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menjelaskan bahwa memperingati kelahiran Nabi Muhammad adalah sunah taqririyah.  Artinya, sunah yang tidak dilakukan nabi, tetapi tidak pula dilarangnya. 

Menurut kiai yang pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Kempek, Lirboyo, dan Krapyak serta 13 tahun di Ummul Qurra Arab Saudi ini, suatu ketika ada seorang sahabat memuji Nabi Muhammad. Respons Nabi pada waktu itu tidak membid’ahkan atau melarangnya, malah Nabi memberikan penghargaan. 

“Setelah Ka’ab bin Juhair memuji Nabi, engkau orang mulia, Anda orang hebat engkau terhormat. Tidak dilarang, ‘jangan memuji-muji saya, bid’ah!’ tidak tuh. Enggak tuh. Rasulullah memberi hadiah selimut yang sedang dipakai, selimutnya bergaris-garis,” ucap Kiai Said saat pidato di Maulid Akbar di Masjid Istiqlal di Jakarta Pusat, Kamis (21/11) malam. 

Dalam perkembangannya, memuji Rasulullah menjadi sebuah peringatan. Bahkan peringatan Maulid Nabi pernah dilombakan di Turki. Peserta lomba diminta mengekspresikan pujiannya kepada Nabi Muhammad melalui syair. Kemudian yang mendapatkan juara pada perlombaan tersebut adalah Al-Barjanji atau Majmuah Syarifah. 

Al-Barjanji atau Majmu'ah Syarifah kemudian dikirim ke Sultan Aceh di Samudera Pasai dan sebagai balasan hadiahnya itu dia mengirimkan satu kapal rempah-rempah untuk Khalifah Utsman di Turki sebagai ucapan terimakasih atas hadiah buku Majmuah Syarifah, yang kita pakai sehari-hari ini,” ujar Pengasuh Pesantren Al-Tsaqafah ini.  

Kiai Said menjabarkan, setiap orang yang mengagungkan rasul dengan cara bershalawat maka akan mendapat syafaatnya. Untuk itu, umat Islam jangan ragu untuk menghadiri kegiatan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. 

Sementara itu, penyebutan maulid, kata Kiai Said, ada dua model. Maulid Nabi dan maulud Nabi. Disebut Malid berarti umat Islam memuliakan hari lahir manusia yang paling mulia di sisi Allah. Kemudian, disebut maulud ketika umat Islam mengagungkan bayi yang lahir pada waktu itu yaitu Nabi Muhammad SAW. 

Kontributor: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Abdullah Alawi