Nasional

Nyai Lilik: Keluarga Samara Tak Cukup Tanpa Diimbangi Maslahah

Senin, 7 Desember 2020 | 14:00 WIB

Nyai Lilik: Keluarga Samara Tak Cukup Tanpa Diimbangi Maslahah

Ilustrasi keluarga maslahah. (Foto: Dok. NU Online)

Jakarta, NU Online
Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr Nyai Hj Lilik Ummi Kaltsum, memaparkan mengenai fenomena istilah ‘samara’ yang viral di kalangan masyarakat akar rumput. Singkatan tersebut berangkat dari doa sakinah, mawaddah, wa rahmah yang tercantum dalam Al-Qur’an Surah Ar-Rum ayat 21.


Hal tersebut disampaikannya oleh saat didaulat menjadi narasumber Pengajian Keluarga Maslahah an-Nahdliyyah bertema Kontribusi Keluarga Maslahah terhadap Kesalehan Sosial. Acara ini diselenggarakan Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) berkolaborasi dengan NU Online, Sabtu (5/12).
 

“LKKNU melihat, menjadi keluarga ideal tidak cukup jika hanya sakinah, mawaddah, wa rahmah. Hingga muncul istilah yang ada persinggungannya dengan masyarakat, yakni istilah maslahah,” terang Nyai Lilik, sapaan akrabnya. 


Definisi keluarga dalam Islam, lanjut dia, adalah orang-orang yang memiliki keterkaitan darah dan tanggung jawab satu sama lain. Terbentuknya suatu keluarga tersebut dimulai dengan proses hubungan suami istri layaknya yang terjadi pada Nabi Adam dan Hawa. 


Menurut istri KH M Musthofa Ghafur ini, bila ditinjau dari konteks bahasa, shalih berasal dari fi’il tsulatsi mujarrad. Sedangkan muslih berasal dari fi'il tsulatsi mazid, maka makna dari muslih-maslahah adalah upaya merangkul orang lain untuk mengerjakan kesalehan. 


“Oleh karena itu, keluarga tidak cukup hanya sakinah. Ia perlu dihimpun hingga menjadi maslahah dan aktif memberi kontribusi yang positif bagi masyarakat dan alam,” lanjut Pengasuh Pesantren Tahfidz Ayatirrahman Parung Bogor ini.


Bagi doktor jebolan UIN Jakarta ini, muslih termasuk dalam syarat berkumpulnya keluarga di surga, berdasarkan QS Ar-Ra’d ayat 23. Kesimpulannya adalah hubungan vertikal harus diimbangi dengan hubungan horizontal.


“Saleh ritual tidak cukup bila tidak digabung dengan saleh sosial. Keluarga maslahah adalah keluarga yang bisa mengimbangi pembentukan keluarga sakinah sekaligus menebar kemaslahatan umat atau disingkat dengan keluarga maslahah,” paparnya.


Mengakhiri forum, perempuan jebolan Pesantren Tebuireng ini menyampaikan kutipan yang pernah dipesankan gurunya. “Mending setengah saleh, tapi bisa mengajak orang sekampung saleh, daripada saleh banget tapi sekampung bejat,” pungkasnya.


Kontributor: Nila Zuhriah
Editor: Musthofa Asrori