Nyai Solichah Wahid Raih Penghargaan Pesantren Award 2025
NU Online · Selasa, 21 Oktober 2025 | 21:30 WIB
Gus Arif Rahman Hamid mewakili keluarga besar Nyai Solichah Wahid Hasyim menerima penghargaan Pesantren Award 2025 dari Menteri Agama KH Nasaruddin Umar di Jakarta, Senin (20/10/2025) malan. (Foto: dok. Humas Ditjen Pendis Kemenag)
Ali Musthofa Asrori
Kontributor
Jakarta, NU Online
Nyai Hj Solichah Wahid, tokoh perempuan Nahdliyin dan salah satu peletak fondasi pendidikan pesantren berbasis pemberdayaan perempuan di lingkungan keluarga besar Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari, meraih penghargaan dalam kategori Lifetime Achievement Pesantren Award 2025.
Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Menteri Agama Prof KH Nasaruddin Umar kepada H Arif Rahman Wahid, putra dari Hj Aisyah Hamid Baidhowi sekaligus keponakan Presiden Ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), pada malam penganugerahan di Auditorium HM Rasjidi, Kantor Kemenag Thamrin, Jakarta, Senin (20/10/2025).
Pemberian penghargaan ini merupakan bentuk penghormatan atas kiprah Nyai Solichah Wahid dalam membangun tradisi keilmuan, keteladanan akhlak, dan penguatan peran perempuan pesantren dalam ruang-ruang pendidikan dan sosial keumatan.
Semasa hidupnya, Nyai Solichah dikenal sebagai figur perempuan alim yang menjaga mata air keilmuan keluarga pesantren Tebuireng dan menjadi rujukan moralitas bagi para santri, nyai, serta pegiat pesantren di berbagai daerah.
Inspirasi perempuan pesantren
Ketua Dewan Juri Penganugerahan Alissa Wahid menegaskan bahwa penghormatan ini sekaligus menjadi penanda betapa besar kontribusi para perempuan pesantren dalam menjaga tradisi intelektual Islam di Indonesia.
“Nyai Solichah adalah sosok penjaga martabat pesantren. Beliau tidak hanya berdakwah lewat mimbar, tetapi lewat keteladanan hidup: kesederhanaan, ketekunan mengasuh ilmu, dan komitmen kuat pada akhlak,” kata Alissa.
Seluruh tokoh yang mendapat penghargaan Lifetime Achievement Pesantren Award 2025 telah meninggalkan jejak luar biasa dalam pendidikan pesantren dan pembangunan bangsa.
“Dari ketulusan mereka, lahirlah keabadian. Mereka bukan hanya guru bagi santri, tetapi juga inspirasi bagi kemanusiaan,” ujar putri sulung Gus Dur ini.
Saat menerima penghargaan ini, Gus Arif Rahman menyampaikan bahwa ketokohan Nyai Solichah adalah simbol peran ibu ulama, para nyai yang menjadi sandaran moral rumah ilmu dan melahirkan generasi penerus.
“Beliau adalah bagian dari mata rantai keulamaan Nahdlatul Ulama. Banyak peran nyai yang tidak tercatat dalam dokumen formal. Akan tetapi, tak pernah terhapus dalam sejarah batin pesantren,” ujar Gus Arif.
Pengasuh Pesantren Ciganjur ini menyebut bahwa penghargaan tersebut bukan hanya untuk keluarga KH Wahid Hasyim. Akan tetapi, untuk seluruh perempuan pesantren yang mengabdikan hidupnya bagi ilmu dan keberlanjutan akar pesantren di Indonesia.
Jejak keteladanan
Nyai Solichah Wahid dikenal luas karena konsistensinya membimbing keluarga dan masyarakat dengan pendekatan welas asih dan keteguhan akidah.
Meskipun tidak banyak tampil di ruang publik, Nyai Solichah memainkan peran sentral dalam menjaga atmosfer keilmuan, kesahajaan, dan adab di lingkungan Pesantren Denanyar Jombang.
Ketegaran putri Pendiri NU KH Bisri Syansuri ini tercermin dalam mengarungi bahtera kehidupan tanpa kehadiran sang suami. Pasalnya, Kiai Wahid Hasyim berpulang ke haribaan-Nya saat Nyai Solichah sedang hamil putra keenam.
“Saat itu, beliau sudah memiliki lima anak. Yaitu Gus Dur, Bu Aisyah, Gus Sholah, Gus Umar, Bu Lily Wahid. Sementara Gus Im masih dalam kandungan,” ungkap Gus Arif.
Penghargaan Lifetime Achievement Pesantren Award 2025 menjadi pengakuan atas dedikasi Nyai Solichah Wahid dalam merawat ekosistem pendidikan berbasis akhlak, keilmuan, dan keteladanan, yang hari ini dirasakan manfaatnya lintas generasi.
Selain Nyai Solichah Wahid, ada tujuh tokoh yang mendapat penghargaan serupa. Mereka adalah KH MA Sahal Mahfudh (Pati), KH Achmad Shiddiq (Jember), KH Imam Zarkasyi (Ponorogo), KH Ali Yafie (Makassar), KH AR Fachruddin (Yogyakarta), KH Ahmad Azhar Basyir (Yogyakarta), AGH Abdurrahman Ambo Dalle (Wajo, Sulsel).
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
6
Khutbah Jumat: Mencegah Krisis Iklim dengan Langkah Sederhana
Terkini
Lihat Semua