Pakar Nilai Rencana Prabowo Hapus Kuota Impor Bisa Merusak Hasil Produksi Petani Lokal
NU Online · Selasa, 15 April 2025 | 22:00 WIB
Rikhul Jannah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Pakar Pertanian dari Universitas Gadjah Masa (UGM) Subejo menilai rencana Presiden Prabowo yang akan menghapus kuota impor untuk semua komoditas berpotensi menghancurkan produk pangan dalam negeri.
“Ini sangat kacau, kalau kuota impor tidak diatur aduh bisa bahaya sekali kalau tidak hati-hati, karena bisa merusak hasil produksi petani lokal,” ujar Subejo kepada NU Online pada Selasa (15/4/2025).
Ia menyampaikan, Prabowo menganggap bahwa dengan dibukanya impor secara terbuka akan membuat petani lokal semakin kompetitif. Subejo menyampaikan kegelisahannya atas pernyataan Pranowo itu. .
“Emang bisa petani kita (Indonesia) kompetitif? Kalau tidak ya bisa hancur,” tegasnya..
Subejo menyoroti bahwa warga Indonesia belum semua memiliki rasa cinta terhadap produk lokal, tidak seperti warga Jepang dan Korea Selatan yang setia membeli produk lokal meski harganya lebih mahal dari barang impor. Warga Indonesia juga lebih memilih produk dengan harga yang murah tanpa mempertimbangkan asal produknya.
“Konsumen kita itu belum memikirkan datang dari mana (barangnya), yang penting murah ya dibeli,” ucapnya.
Ia mencontohkan, ketika beras Thailand dan Vietnam masuk ke pasar Indonesia yang bersaing dengan beras lokal, warga akan memilih beras Thailand dan Vietnam karena harganya yang lebih murah.
“Mana yang lebih murah yang akan dibeli masyarakat, masyarakat kita (Indonesia) tidak peduli itu beras diproduksi di mana. Kalau (impor) terjadi ya tidak laku beras Indonesia,” ungkapnya.
“Kopi Thailand kan juga lebih murah jika dibandingkan Indonesia,” tambahnya.
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) itu menyarankan supaya pemerintah berhati-hati dalam membuka kuota impor terutama pada bidang pangan.
“Kalau mau dibuka komoditas yang tidak bisa kita produksi, bolehlah dibuka,” katanya.
Subejo mencontohkan komoditas pangan yang belum bisa diproduksi di tanah air diantaranya gandum, ikan salmon, kiwi, dan beberapa jenis daging.
Ia menekankan komoditas yang mampu diproduksi di Indonesia dengan jumlah yang besar tidak perlu dibukakan impor, diantaranya beras, jagung, dan kedelai.
“Itu kalau mau dibuka, ya kuota impornya diatur. Misal hanya 20 persen, lalu dikurangi jadi 10 persen, sambil memperbaiki produksi pangannya yang masih kurang,” katanya.
Ia juga menyoroti rencana Prabowo menghapus kuota impor dengan kondisi global saat ini ketika Pemerintah Amerika Serikat sedang membuat kebijakan kenaikan tarif impor untuk negara-negara tertentu, salah satunya Indonesia.
“Prabowo ingin mengambil hatinya Amerika. Jadi Indonesia membuka pasar bebas supaya menarik Amerika dan membebaskan negara-negara yang ingin berjualan di Indonesia,” ujar Subejo.
“Tetapi itu bisa bahaya sekali kalau tidak hati-hati, karena sangat bisa merusak produk pangan dalam negeri,” tegasnya.
Sebelumnya, Prabowo memerintahkan jajaran kabinetnya untuk menghapus kuota impor, terutama barang yang banyak digunakan oleh warga. Menurut Prabowo, adanya kuota impor dapat menghambat kelancaran perdagangan.
“Siapa saja boleh impor. Mau impor apa? Silakan buka saja, bebas,” ujar Prabowo saat menghadiri acara Sarasehan Ekonomi di Menara Mandiri, Jakarta pada 8 April 2025.
Prabowo meminta Kementerian Pertanian (Kementan) untuk membuka peluang impor pada semua komoditas bagi siapa pun.
“Mau impor apa, silakan buka saja. Rakyat kita juga pandai kok, iya kan. Bikin kuota-kuota, abis itu perusahaan A, B, C, D yang hanya ditunjuk. Hanya dia boleh impor, enak saja,” ujar Prabowo.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Jangan Ikut Campur Urusan Orang, Fokus Perbaiki Diri
2
Khutbah Jumat: Pentingnya Amanah dan Kejujuran di Tengah Krisis Kepercayaan Publik
3
Khutbah Jumat: Menjadi Hamba Sejati Demi Ridha Ilahi
4
3 Instruksi Ketum PBNU untuk Seluruh Kader pada Harlah Ke-91 GP Ansor
5
Khutbah Jumat: Pentingnya Menjauhi Lingkungan Pertemanan yang Toxic
6
Ketum GP Ansor Kukuhkan 100.000 Banser Patriot Ketahanan Pangan, Tekankan soal Kemandirian
Terkini
Lihat Semua