Paradigma Produktif Modal PMII Hadapi Tantangan Kemajuan Zaman
Sabtu, 17 April 2021 | 22:30 WIB
"Produktif merupakan manifestasi amal shaleh sebagai salah satu jargon PMII," kata Ketua PB PMII Abdullah Syukri. (Foto: istimewa).
Muhammad Syakir NF
Penulis
Jakarta, NU Online
Arus informasi sedemikian deras mengalir ke berbagai penjuru melalui berbagai kanal media. Laju perkembangan teknologi juga begitu cepat. Hal itulah yang kini dihadapi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) memasuki usianya yang ke-61 tahun. Pasalnya, calon-calon kader saat ini merupakan mahasiswa kelahiran tahun 2000 ke atas, mereka yang tergolong sebagai warga asli dunia digital.
"Dan ini adalah tantangan yang nyata. PMII Harus hadir kemudian menjawab tantangan-tantangan tersebut, tidak kemudian terjebak romantisme pada kaum pergerakan di era sebelumnya," kata Ketua Umum Pengurus Besar PMII 2021-2023 terpilih M Abdullah Syukri saat menyampaikan sambutan pada peringatan Harlah Ke-61 PMII di Kantor PB PMII, Jakarta, Sabtu (17/4).
Pergerakan zaman dulu memang perlu diambil sebagai pelajaran dan motivasi. Para pendahulu ini dapat bertahan di eranya masing-masing. "Dan kini adalah era kita semua sebagai kader pergerakan mahasiswa Islam Indonesia pada tahun 2021," lanjutnya.
Untuk menjawab tantangan itu, ia menambahkan produktif sebagai bagian dari paradigma kritis yang disesuaikan dengan kondisi zaman. Pasalnya, ia melihat diskursus paradigmatik ini sedikit mati beberapa tahun belakangan mengingat PMII kerap gugup dalam menghadapi revolusi industri 4.0, kemajuan wilayah perkotaan, kaum kelas ekonomi menengah dan lain sebagainya. "Maka dari itu, saya menambahkan satu kata lagi yaitu produktif," kata pria yang akrab disapa Abe itu.
Sebetulnya, jelas Abe, produktif merupakan manifestasi amal shaleh sebagai salah satu jargon PMII. Hal ini diperlukan mengingat diskusi yang kerap dilakukan selama berjam-jam di berbagai tingkatan tidak menghasilkan produk atau karya. Padahal, di era saat ini, satu orang diakui eksistensinya karena memiliki karya-karya yang memiliki ciri khas dan berbeda dari lainnya.
"Maka dari itu, saya sedang menyusun kerangka paradigmatik tersebut dan silakan dikritisi dan dikembangkan oleh sahabat-sahabat dari mulai tingkatan rayon, komisariat, cabang. Karena, bagi saya, perubahan itu adalah perubahan hal yang sangat nyata," kata pria yang pernah menjadi Ketua Pengurus Komisariat PMII Universitas Brawijaya, Malang itu.
Sementara itu, Pendiri PMII KH Nuril Huda menceritakan bahwa KH Anwar Musaddad yang hadir mewakili Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam pendirian PMII menitipakan agar organisasi yang dibentuk ini dapat melahirkan tokoh-tokoh intelektual muda NU yang berjuang dalam membela ahlussunnah wal jamaah.
"Tugas kita ini berjuang. Tidak ada perjuangan yang ringan. Kita mesti berbuat baik dan semata karena Allah, karena mengharap rida Allah," tegasnya saat memberikan sambutan secara virtual.
Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Keluarga (PB IKA) PMII H Ahmad Muqowwam, Sekretaris Jenderal PB IKA PMII Hanif Dhakiri, Bendahara Umum PB IKA PMII H Sudarto, Habib Umar Muthahhar, dan Penceramah Gus Miftah Maulana Habiburrahman.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua