Nasional

Penasihat Urusan Agama Prancis Minta Masukan PBNU untuk Sikapi Situasi di Timur Tengah

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:45 WIB

Penasihat Urusan Agama Prancis Minta Masukan PBNU untuk Sikapi Situasi di Timur Tengah

Penasihat Urusan Agama Kementerian Eropa dan Luar Negeri Prancis Jean-Christophe Peaucelle saat sedang berdiskusi dengan Wasekjen PBNU Safira Machrusah dan Sidrotun Naim, Kamis (24/10/2024). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Penasihat Urusan Agama pada Kementerian Eropa dan Luar Negeri Prancis Jean-Christophe Peaucelle berkunjung ke Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Kamis (24/10/2024) sore.


Peaucelle diterima langsung oleh Wakil Sekretaris Jenderal Safira Machrusah (Rosa) dan Sidrotun Naim. Pada pertemuan yang berlangsung sekitar 35 menit itu, nampak ketiganya saling menunjukkan impresinya dan saling tukar cerita hingga berbagi tawa.


Kedatangan Peaucelle itu bertujuan untuk meminta masukan kepada PBNU terkait sikap sikap yang perlu diambil Prancis dalam menghadapi situasi yang kian memanas di Timur Tengah.


"Beliau ini memang ingin menggali beberapa kemungkinan pandangan situasi Islam di Timur Tengah, kan sudah cukup panas. Jadi lewat pendekatan terhadap pemimpin agama dan organisasi-organisasi besar Islam di Indonesia, beliau bisa mendapatkan masukan yang berharga untuk kebijakan Prancis berikutnya," kata Rosa kepada NU Online


Rosa juga menjelaskan bahwa Prancis melalui penasihatnya itu ingin mengadakan kerja sama yang kental lagi terkait moderasi beragama.


"Terutama untuk mengembangkan moderat Islam, karena beliau juga tahu bahwa Nahdlatul Ulama sudah fokus hal tersebut," jelasnya.


Kerja sama moderasi ini, kata Rosa, akan diterapkan dan dikembangkan lebih lanjut sehingga perdamaian dapat tersebar dan dipakai oleh Indonesia dan Prancis.


"Tadi saya juga menyampaikan bahwa sebetulnya inisiasi moderasi beragama dan mengangkat isu agama sebagai solusi sudah dilakukan oleh PBNU pada R20," jelasnya.


Senada dengan itu, Peaucelle menyampaikan bahwa isi dari pertemuan tersebut lebih membahas soal dialog perdamaian yang dilihat dari berbagai aspek yakni pemerintahan, keagamaan, dan masyarakat.


Ia juga mengaku sempat berdiskusi ringan soal konsep laïcité yaitu kebebasan percaya atau tidak percaya terhadap agama yang diterapkan di Prancis dan Pancasila di Indonesia.