Sejak awal kemerdekaan, Nahdlatul Ulama (NU) telah memiliki sikap yang nyata sebagai ormas yang moderat dan menolak terhadap radikalisme. Sikap nyata tersebut misalnya ditunjukkan NU dengan menolak keberadaan kelompok separatis dan radikalis seperti PRRI, Permesta, dan DI/TII.
“Itu menurut saya cerminan yang sangat nyata. Sikap moderat NU, sikap nasionalisme NU dan sikap perlawanan NU terhadap radikalisme," kata peneliti senior Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), Agus Muhammad, pada acara Diseminasi Hasil Penelitian INFID di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (24/10).
Penelitian itu dilakukan International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) pada Maret hingga Agustus 2019 dengan tema 'Peran Organisasi Islam Moderat dalam Menangkal Ekstremisme Kekerasan: Studi Kasus Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah'.
Agus mengemukakan, KH Idham Chalid ketika menjadi Ketua Dewan Perwakilan Rakyat pada 28 Oktober 1971 hingga 1 Oktober 1977, menolak kelompok yang memperjuangkan kekuasaan atas nama agama.
"Maksudnya (kelompok) itu kelompok-kelompok DI/TII, Permesta dan semacamnya yang sebagian itu didukung Masyumi dan sampai sekarang berjalan. Nah, genealoginya sebetulnya dari sana. Kenapa kita begitu getol sekarang, ya karena genealoginya panjang sekali. Sejak dari awal kemerdekaan," kata Agus.
"Pada saat semua ormas Islam yang lain menolak (Pancasila), NU satu-satunya yang menerima. Itu yang saya sebut NU adalah pionir soal Pancasila. Kalau NU sekarang atau Nahdliyin fanatik, begitu militan membela Pancasila itu akar sejarahnya sangat panjang dan sangat kuat tradisi kebangsaan NU," ucapnya.
Ia menyatakan bahwa komitmen NU dalam hal kebangsaan dan perlawanan terhadap radikalisme NU berlanjut pada Muktamar NU ke-28 yang diselenggarakan Pesantren Krapyak, Yogyakarta hingga Munas NU yang diselenggarakan di Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo, Kota Banjar, Jawa Barat pada 2019.
Pewarta: Husni Sahal
Editor: Muchlishon
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua