Nasional

Peran Perempuan dalam Kemanusiaan dan Agama Dibahas AICIS 2024

Kamis, 1 Februari 2024 | 23:00 WIB

Peran Perempuan dalam Kemanusiaan dan Agama Dibahas AICIS 2024

Gerbang UIN Walisongo Semarang Jawa Tenga, lokasi penyelenggaraan AICIS 2024 (Foto: Kemenag)

Semarang, NU Online 
Kementerian Agama RI menggelar Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) Ke-23 tahun 2024 di UIN Walisongo, Semarang. Sejumlah persoalan kontemporer akan dibahas dalam bingkai tema Redefining The Roles of Religion in Addressing Human Crisis: Encountering Peace, Justice, and Human Rights Issues. 

 

Ketua Sterring Comitte (SC) AICIS 2024 Prof Mukhsin Jamil menjelaskan salah satu subtema yang dibahas mengenai isu perempuan yang  dalam lanskap keilmuan Islam, wacana gender, menghadapi beragam peran dan tantangan.


"Penelitian terkini riset Imam Sadili misalnya membahas identitas perempuan Ba Alawi melalui Najwa Shihab dan Halimah Alaydrus memperlihatkan bagaimana model pemberdayaan dan keterwakilan perempuan ditampilkan di ranah publik," ujar Prof Mukhsin, Rabu (31/2/2024).

 

Sementara itu, peran Bu Nyai menentang norma gender dibahas Tatik Hidayati dalam risetnya Minority Issues, Nyai, and Women. Studi-studi lainnya, lanjut Prof Mukhsin membahas pengalaman perempuan seperti riset Farhan tentang Pengkhutbah Perempuan Minoritas Tionghoa-Peranakan.

 

"Studi ini memunculkan keberadaan dan pengalaman para Pengkhotbah Perempuan Minoritas yang berusaha menantang asumsi tradisional terhadap identitasnya selama ini," kata Prof Mukhsin.

 

Jejak kepemimpinan perempuan di Asia Tenggara juga disampaikan Raziki Waldan melalui penelitiannya yang membahas   keberdayaan dan kontribusi perempuan di berbagai bidang baik ekonomi maupun kepemimpinan. 

 

"Melalui riset berjudul Tracing the Footsteps of Women's Leadership, Raziki menunjukkan bahwa di Asia Tenggara, jejak kepemimpinan perempuan sudah terlihat dalam perkembangan gerakan etnis Melayu, yang menunjukkan kontribusi mereka terhadap sejarah dan identitas regional," terangnya.

 

Nur Azka Inayatussahara, dalam Navigating Resilience and Resistance juga memperlihatkan hal yang sama melalui peran perempuan Syiah di Indonesia, yang berusaha bertahan dan melawan narasi ketidakadilan dalam kerangka agama dan masyarakat. 

 

"Di lain pihak, Firstiyana Romadlon dalam A Continuum of Struggle juga menunjukkan bagaimana perempuan Sudan memainkan peran penting, baik dalam ranah kepemerintahan maupun domestik, di tengah pusaran konflik," ungkapnya.


Secara kolektif, sambung Prof Mukhsin, studi-studi ini berkontribusi pada pemahaman yang lebih dalam tentang kompleksitas pengalaman, agensi, dan kontribusi perempuan dalam masyarakat Islam dan sekitarnya.

 

Gelaran AICIS tahun ini dilaksanakan selama 4 hari dari tanggal 1-4 Februari 2024 menghadirkan sejumlah speaker dan keynote speaker bereputasi dari dalam maupun luar negeri yang akan memecah persoalan yang terjadi di masyarakat. 

 

Di antaranya diskusi paralel isu gender akan berlangsung pada Jumat (2/2/2024) pukul 15.00-17.00 WIB bertempat di Gedung Islamic Development Bank (IsDB) FITK 15. Diskusi ini diisi oleh narasumber berkompeten dalam bidangnya seperti Rektor UIN Imam Bonjol Padang, Prof Martin Kustati dan Wakil Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Prof Abad Badruzzaman.

 

Kegiatan ini ditayangkan juga melalui Youtube Kemenag RI.