Nasional

Persiapan Psikologi Hadapi Normal Baru

Selasa, 9 Juni 2020 | 13:45 WIB

Persiapan Psikologi Hadapi Normal Baru

Setiap individu perlu mempersiapkan semangat baru, sebab sebagian orang mungkin sudah asyik dengan work from home dengan berbagai kenyamanannya.

Jakarta, NU Online
Pemberlakuan pola kenormalan baru disadari atau tidak, berdampak secara psikologi. Karena itu, persiapan secara psikologis, perlu juga dilakukan oleh setiap individu dalam masyarakat.


Dosen Psikologi Sosial Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), Any Rufaedah mengatakan beberapa hal yang perlu dilakukan oleh masing-masing individu dalam masyarakat dalam menghadapi normal baru.


Setiap orang perlu menyadari adanya pola interaksi dan model kerja yang mungkin masih terasa janggal bagi banyak orang karena belum terbiasa. "Meskipun kita bisa kembali bekerja, misalnya, kembalinya tidak seperti ‘kembali dari libur Lebaran’, di mana kita bisa berpelukan atau cipika-cipiki dengan sahabat dan ngobrol berdekatan," katanya, Selasa (9/6). 

 

Karena itu, setiap individu harus bisa menahan diri. Setelah sekitar tiga bulan tidak bertemu teman kerja, pasti ada rasa rindu. Mereka yang terbiasa hang-out bersama, bekerja bersama-sama pasti kangen untuk hang-out lagi dengan berbagai bentuknya. 

 

"Bisa nongkrong, nge-gym bareng, nge-mall, ngopi, nobar, berkunjung ke rumah teman. Tapi kita harus bisa menahan diri untuk tidak meluapkan kerinduan pada aktivitas-aktivis itu secara berlebihan," imbuh Peneliti Senior pada Division for Applied Social Psychology Research. 

 

Berikutnya, lanjut Any, yang harus disadari juga oleh setiap individu adalah hal apa yang bisa dilakukan. Misalnya berinteraksi dengan orang lain, tetap cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Kesadaran akan hal-hal itu, menurut Any berdampak kepada orang lain.

 

Kemudian, menyadari bahwa new normal bukan berarti Covid-19 sudah menghilang sama sekali. "Covid-19 masih ada, namun persebarannya sudah mereda," imbuh Psikolog Sosial itu.

 

Tak kalah penting setiap individu mempersiapkan semangat baru. Hal ini perlu, sebab sebagian orang mungkin sudah asyik dengan work from home dengan berbagai kenyamanan. Mereka yang berada di Jakarta misalnya, karena bekerja dari rumah tak perlu berdesak-desakan di kereta, tidak perlu menghadapi kemacetan, tidak perlu berangkat subuh-subuh, dan sebagainya.

 

"Namun, dengan normal baru, kita harus mempersiapkan semangat baru untuk kembali menghadapi semua kondisi yang menyertai working at office," katanya.
 

Pewarta: Kendi Setiawan

Editor: Abdullah Alawi