Nasional

Pesantren Sokoguru Pendidikan Indonesia, Pusat Lahirnya Generasi Berilmu dan Cinta Tanah Air

NU Online  ·  Selasa, 21 Oktober 2025 | 11:00 WIB

Pesantren Sokoguru Pendidikan Indonesia, Pusat Lahirnya Generasi Berilmu dan Cinta Tanah Air

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat di Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Senin (20/10/2025). (Foto: TVNU/Miftah)

Jakarta, NU Online

 

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menegaskan bahwa pesantren merupakan sokoguru pendidikan di Indonesia. Menurutnya, jauh sebelum adanya pendidikan formal, pesantren telah lebih dahulu menjadi tempat mencetak generasi bangsa yang berakhlak, berilmu, dan memiliki semangat cinta tanah air.

 

“Sebelum ada pendidikan-pendidikan formal yang lain, maka yang mendidik anak bangsa, yang membangun kekuatan, yang membangun kesetiaan pada kemerdekaan Republik Indonesia diawali oleh para ulama kita, yang kemudian melahirkan santri-santri, yang punya hubbul wathan minal iman (cinta tanah air adalah bagian dari iman),” ujarnya dalam acara Lirboyo Bersholawat dalam rangka Mensyukuri Hari Santri 2025 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur pada Senin (20/10/2025) malam.

 

Ia menyampaikan bahwa kekuatan pesantren tidak hanya terletak pada lembaga pendidikannya, tetapi juga pada kiprah aluminya yang terus mengembangkan pesantren di berbagai daerah wilayah Indonesia hingga ke mancanegara.

 

“Saya ingin menyampaikan bahwa kekuatan pesantren luar biasa, kekuatan ini terus dirajut oleh para alumni-alumni yang sudah mendirikan pesantren-pesantren yang lain," ujarnya.

 

"Jadi, kalau kita membicarakan Lirboyo, bukan hanya Lirboyo yang ada di kota Kediri, tetapi Lirboyo lain yang berkembang luar biasa di seluruh Indonesia bahkan di belahan dunia,” lanjutnya.

 

Khofifah juga menyampaikan bahwa pentingnya ketakziman kepada para kiai dan penghormatan terhadap pesantren sebagai pusat pendidikan serta perjuangan umat.

 

“Kalian takzim atau sangat takzim kepada Kiai Anwar Manshur (pengasuh utama Pondok Pesantren Lirboyo)?,” tanya Khofifah yang langsung dijawab lantang oleh para santri, “Sangat takzim,”.

 

Ia melanjutkan, “Kalian ridha atau tidak ridha kalau ada yang melakukan sesuatu kalau ada yang menyakiti para santri dan pesantren?,”. Para santri pun menjawab tegas, “Tidak,”. Begitu pula saat ditanya tentang ulama, para santri dengan kompak menjawab, “Tidak”.

 

Ketua Umum Dewan Pembina Pimpinan Pusat (PP) Muslimat NU itu mengajak seluruh santri dan jamaah untuk terus menjaga serta memperkuat peran pesantren dalam mencetak generasi penurus bangsa.

 

“Kekuatan pesantren, ulamanya, santrinya, ekosistemnya, ayo kita jaga dan kita kuatkan bersama,” ujarnya.

 

Sementara itu, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Abdul Hakim Mahfudz turut mengingatkan pentingnya menjaga ukhuwah Islamiyah dan warisan ilmu para nabi.

 

“Islam itu yang paling kita saling menunjang, saling mendukung, sesuai dengan perintah-Nya, kita tidak boleh terpecah-pecah,” ujarnya.

 

Ia mengatakan bahwa umat Islam Ahlussunnah wal Jamaah harus terus menjaga dan mengamalkan ilmu-ilmu yang diwariskan para nabi, khususnya yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw.

 

“Beliau memiliki adab yang terbaik, mudah-mudahan kita bisa meneladani beliau, menjaga, mengamalkan apa yang diajarkan,” ungkapnya.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang