Pidato Lengkap Ketum PBNU Gus Yahya di Pelantikan PWNU Jawa Tengah 2024-2029
Ahad, 4 Agustus 2024 | 18:00 WIB
Ketum PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat pidato pengarahan dalam Pelantikan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah masa khidmat 2024-2029 di Audiorium Universitas Islam Sultan Agung (Unisulla) Semarang, Sabtu (3/8/2024). (Foto: NU Online)
Ahmad Naufa
Penulis
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) didaulat memberi pidato pengarahan dalam Pelantikan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah masa khidmat 2024-2029, yang digelar di Audiorium Universitas Islam Sultan Agung (Unisulla) Semarang, Sabtu, 3 Agustus 2024.
Dalam kesempatan ini, Gus Yahya menekankan pentingnya koherensi NU dan Banom, serta repositioning dan konsolidasi NU. Setelah berpidato yang disiarkan langsung di kanal YouTube NU Online, Gus Yahya melakukan pertemuan secara tertutup dengan perwakilan pimpinan pengurus wilayah dan cabang se-Jawa Tengah selama lebih dari satu jam.
Berikut adalah pidato lengkap Gus Yahya dalam forum yang dihadiri ribuan peserta, yang banyak di antara mereka terdiri dari pengurus wilayah, cabang dan wakil majelis cabang NU se-Jawa Tengah itu.
***
Assalāmualaikum warahmatullāhi wabarakātuh.
Alhamdulillāh wa syukrulillāh, was shalātu was salāmu alā Rasūlillah Sayyidina wa Maulana Muhammad ibni Abdillah, wa 'alā ālihii wa shahbihi wa man wālāh. Amma ba’ad.
Yang mulia Mustasyar PBNU Kiai Ahmad Mustofa Bisri, Kiai Abdullah Ubab Maimoen. Yang mulia Rais Suriah PBNU Kiai Aniq Muhammadun, Kiai Muadz Thahir. Yang mulia Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah Kiai Ubadidullah Shodaqah. Yang saya hormati Katib ‘Aam dan jajaran PBNU yang hadir. Yang saya hormati Pak Pejabat Gubernur, Forkopimda, Pak Pangdam, Pak Kapolda atau yang mewakili, Pak Wamentan, dan semua yang tadi sudah disebut oleh pembicara-pembicara sebelumnya. Yang saya hormati Pak Rektor, dan yang saya hormati, hadirin, para pengurus dan kader-kader Nahdlatul Ulama Jawa Tengah. Alhamdulillah.
Saya ingin menyebut atau menegaskan satu yang istimewa, ini seorang Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah, satu-satunya yang kendel (berani), Kiai Chalwani, [hadirin tepuk tangan] semoga semakin wani (berani) beliau [hadirin tertawa].
Bapak Ibu, hadirin wal hadirat yang saya hormati.
Saya sebetulnya punya bahan banyak, tapi akan saya singkat karena saya akan mohon sesudah ini mauidzah dari yang mulia Kiai Ahmad Mustofa Bisri, dan akan lebih berguna bagi semua orang untuk mendengarkan beliau daripada mendengarkan saya.
Saya hanya ingin menyampaikan beberapa hal yang mendasar, diskusinya nanti saja sesudah ini. Yaitu bahwa, yang pertama, memang sejak awal saya bersama teman-teman PBNU telah mencanangkan agenda-agenda strategis yang sangat mendasar, yang kalau disarikan itu mencakup dua matra agenda besar, yaitu repositioning dan konsolidasi. Repositioning itu artinya menata kembali kedudukan NU, baik kedudukan NU sebagai satu kesatuan di tengah berbagai macam elemen masyarakat yang lain, maupun kedudukan dari berbagai macam komponen di dalam NU itu sendiri satu sama lain.
Saya bersama teman-teman PBNU sowan kepada Mustasyar Kiai Ahmad Mustofa Bisri, dan mohon pesan beliau, wasiat beliau kepada kami, dan beliau mengatakan: "NU harus berada di atas negara." Ini pesan dari Mustasyar PBNU, dan itu artinya bahwa NU harus mendudukkan kepentingannya, mengatasi berbagai macam kepentingan parsial yang ada di negara ini, supaya NU mampu berkontribusi untuk terus menyangga keutuhan bangsa dan negara ini. Jadi, di bawah negara saja enggak boleh, apalagi cuma di bawah partai, tidak boleh! [hadirin tepuk tangan]. Ini penting untuk dipahami.
Kemudian juga kita akan menata ulang komponen, karena di NU ini ada banyak komponen, ada struktur NU, ada lembaga-lembaga, ada Banom-banom, dan lain sebagainya, ini harus kita tata ulang.
Kemudian kita juga melakukan konsolidasi dengan tiga matra utama, yaitu, yang pertama, matra tata kelola organisasi yang menyangkut berbagai macam mekanisme, regulasi, prosedur-prosedur dalam pembuatan keputusan, dan juga metode atau model administrasi.
Dua hari yang lalu, tanggal 1 Agustus, kami meluncurkan platform digital untuk persuratan NU. Jadi PBNU ini sedang membangun satu platform digital yang akan menjadi platform raksasa untuk semua urusan terkait dengan NU semuanya akan ditampung dalam satu platform digital. Platform digital itu pokoknya yang nyunyuk-nyunyuk (menyentuh-nyentuh) HP itu loh, platform digital itu. Sekarang kita sudah mulai dengan persuratan di lingkungan PBNU, sudah di luncurkan kemarin. Keseluruhan platform ini kita sebut sebagai Digdaya NU: Digitalisasi Data dan Layanan Nahdlatul Ulama. Tanggal 1 Agustus kemarin kita luncurkan Digdaya Persuratan, yang sudah mulai digunakan di lingkungan NU.
Jadi di lingkungan NU sekarang tidak ada lagi kertas, karena semua dilakukan melalui platform digital, dan saya sudah perintahkan kepada tim digital untuk menetapkan target bahwa model ini, dan penggunaan platform digital persuratan ini harus sudah merata di seluruh cabang seluruh Indonesia selambat-lambatnya Desember 2024. Jadi Bapak-Bapak siap-siap untuk nanti harus mengubah cara kerja dengan memanfaatkan platform digital ini. Ini dalam matra tata kelola organisasi.
Kemudian matra agenda organisasi. Matra agenda organisasi ini menyangkut satu desain, satu rancangan nasional yang terkonsolidasi mulai dari pusat sampai ke daerah. Alhamdulillah, dalam pleno kemarin kami telah mengesahkan apa yang kami sebut sebagai Rencana Strategis Nasional Nahdlatul Ulama sampai tiga tahun ke depan, 2024 sampai dengan 2027.
Ini adalah bagian dari fungsi baru yang kita kembangkan untuk Lakpesdam, yaitu menjadikan Lakpesdam lebih dari sekadar apa yang selama ini digambarkan di dalam AD/ART, tapi kita kita tambahkan fungsi baru, supaya Lakpesdam ini berfungsi seperti Bapennas-nya pemerintah untuk NU. Jadi kita sekarang punya Bappenu: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nahdlatul Ulama yang dilaksanakan oleh Lakpesdam, dan sudah jadi Renstra (rencana strategis) nasionalnya. Kemarin, baru tadi malam, saya membuka Konferwil PWNU Jawa Timur, dan sebelum itu panitia dan PWNU Jawa Timur telah berkoordinasi supaya materi untuk program PWNU Jawa Timur disesuaikan dengan Renstra yang sudah dihasilkan oleh Bapennu ini.
Maka sesudah ini perintah saya yang pertama kepada PWNU Jawa Tengah, saya minta untuk segera berkoordinasi dengan Lakpesdam PBNU untuk merancang bagaimana menurunkan Renstra nasional itu menjadi Renstra provinsi, dan kemudian dibahas di dalam Rakerwil PWNU Jawa Tengah, dan sesudah itu dilanjutkan prosesnya untuk mensupervisi breakdown, penurunan dari Renstra provinsi itu menjadi Renstra kabupaten/kota atau cabang-cabang. Ini harus menjadi proses yang terus berketerusan, dan kita sesuaikan satu sama lain, sehingga semuanya koheren. Koheren itu mutamassik, tidak prenthal-prenthil, tapi semuanya merupakan bagian sistematis dari satu rancangan yang terkonsolidasi. Maka nanti ada kemungkinan berbagai macam penyesuaian perlu dilakukan.
Matra yang ketiga adalah matra konsolidasi sumber daya, yaitu menyangkut sumber daya manusia dan sumber daya pembiayaan. Gampangnya duit, karena organisasi ini butuh biaya. Banyak hal tentang konsolidasi sumber daya pembiayaan ini sudah didengar oleh masyarakat, termasuk soal konsesi tambang, bahwa NU menerima konsesi tambang itu. Itu hasil rapat PBNU. Jadi bukan keputusannya Yahya sendiri, itu hasil rapat PBNU. Kalau tidak setuju nanti Muktamar sampean ganti PBNU-nya, suruh PBNU yang baru mengembalikan konsensinya. Ini sudah hasil rapat, kita akan kerjakan. Kita sudah proses perizinannya. Insyaallah, mudah-mudahan dalam waktu dekat kita sudah bisa menerima hasilnya, dengan tentu saja berbagai macam norma-norma yang sudah ditetapkan di dalam tata cara pengelolaan itu sendiri.
Dalam sumber daya manusia, kita sudah bangun sistem pendidikan kaderisasi berjenjang, dan yang paling puncak ini alhamdulillah dalam pleno kemarin sudah kita tetapkan desain untuk Akademi Kepimpinan Nasional NU, yang ini dibuka untuk siapa saja yang sudah lulus PMKNU. Harus lulus PMKNU dulu baru bisa ikut, dan nanti akan diseleksi dengan standar Internasional, karena kita kembangkan program ini dengan kerja sama jaringan internasional.
Maka nanti akan ada tes, misalnya, persyaratan bagi peserta AKNNU, TOEFL harus 650, bahasa Inggris itu. 650 itu satu orang, tidak boleh kembulan (berbagi). TOEFL 650, dan diutamakan bisa juga punya kapasitas berbahasa Arab, karena kita sedang membangun satu visi tentang kepemimpinan NU yang tidak hanya meliputi kapasitas di dalam dimensi domestik atau nasional, tapi juga dalam dimensi internasional. Karena kenyataannya sekarang NU sudah hadir sudah berperan sudah mendapatkan pengakuan secara internasional dan semakin banyak entitas-entitas internasional yang memburu kerja sama dengan Nahdlatul Ulama, maka semua orang dalam kepemimpinan tertinggi NU harus mengerti ini.
Jadi perintah saya yang kedua: Gus Abdul Ghoffar Rozin harus segera daftar kursus bahasa Inggris, dan harus sudah lulus TOEFL 650 sebelum Mei 2025. Awas kalau tidak! [hadirin tertawa].
Bapak Ibu sekalian.
Ini semua mencangkup macam-macam pekerjaan yang harus dikerjakan, mulai dari pembuatan desain, sampai dengan – katakanlah – musyawarah, diskusi-diskusi, sampai dengan manuvering, karena ini merupakan transformasi yang menyangkut aspek-aspek sangat mendasar dari kehidupan berjamiah kita. Mulai dari mindset, cara berpikir kita semua, cara kerja kita, kebiasaan-kebiasaan kita, sampai dengan sampai dengan pola hubungan kita dengan berbagai pihak.
Maka sejak awal saya sudah menyadari bahwa agenda-agenda besar ini akan membawa konsekuensi-konsekuensi, termasuk kontroversi-kontroversi, bahkan konflik-konflik, karena kita memperkenalkan hal-hal yang baru dalam soal ini, dan saya memang sudah bertekad, saya sudah sejak awal pamit kepada Kiai Mustofa Bisri: “Lek, kulo pamit ajeng ndablek gangsal tahun,” saya bilang, karena saya tahu pasti hal ini akan menimbulkan macam-macam konsekuensi yang mungkin buat banyak orang menggelisahkan.
Apalagi di tengah-tengah konstelasi sekarang dengan berbagai macam kepentingan terhadap NU, berbagai pihak juga membuat manuvernya sendiri-sendiri. Ada yang terang-terangan kepengin nyaplok NU, atau kemarin sudah nyaplok mau kita tingga tidak mau, begitu, misalnya. Itu ada yang begitu itu. Ada yang membangun macam-macam instrumen dan lain sebagainya. Ini semua harus kita hadapi karena kita ingin membangun visi supaya keseluruhan komponen NU ini, mulai dari struktur NU-nya, Banom-banomnya, pesantren-pesantrennya, madrasah-madrasahnya, komunitasnya ini supaya menjadi ekosistem yang koheren, menjadi satu dunia yang mutamassik tadi itu, yang satu sama lain tersambung.
Alhamdulillah, sekarang Banom-banom semuanya sudah mutamassik bersama dengan NU, Muslimat, Ansor, Fatayat, IPNU, IPPNU, dan yang lain-lain – kita punya 14 Banom itu – Alhamdulillah, hampir semua sudah mutamaasik dengan NU. Ada yang belum, itu nanti kita minta bantuan Kiai Chalwani untuk membangun koherensinya ini. Kita inginkan supaya ke depan nanti NU bisa bergerak sebagai satu kesatuan betul, sebagaimana yang secara sangat eksplisit ditegaskan oleh Hasratussyekh Kiai Muhammad Hasyim Asy’ari di dalam Mukadimah Qanun Asasi-nya.
Tapi dalam proses itu saya maklumi ketika kemudian ada kontroversi, ada pertentangan macam-macam, karena warga ini juga isinya macam-macam. Tapi saya tidak berkecil hati. Orang NU itu bisa berbeda sampai begitu keras, tapi tidak akan lepas NU-nya sampai kapan pun, asal tidak kenemenan, asal tidak keterusan. Maka boleh kita ini saling berbeda, tapi jangan keterusan. Jangan memperturutkan impuls atau nafsu untuk saling mencaci maki.
Kalau sampean kepengin mencaci maki siapa pun lebih baik sampean arahkan ke saya saja, sudah. Itu yang pro-Ba’alwi mau mencaci maki yang anti, mencaci maki saya saja. Yang anti-Ba’alwi mau mencaci maki yang pro Ba’alwi, saya saja caci maki, sudah. Sebab kalau sampean mencaci maki sesama sampean itu nanti balas-balasan, mangkel (marah) enggak selesai-selesai. Kalau sampean caci maki saya, saya nyatakan: Saya tidak akan balas. Jadi saya jamin tidak akan tambah mangkel-nya.
Ini semua saya harapkan, apa boleh buat, karena risiko yang memang sudah kita perkirakan sejak awal. Akan banyak hal nanti seperti ini, berkembang. Tapi apa boleh buat, dan kita semua bersandar kepada Allah Swt, mudah-mudahan semua ini bisa kita lewati dengan baik, dan hal-hal baik yang menjadi maksud-maksud baik kita semuanya bisa tercapai dengan sebaik-baiknya. Lā haula walā quwwata illā billāhil ‘aliyil adzīm.
Wallāhul muwaffiq ilā aqwāmith tharīq.
Wassalāmualaikum warahmatullāh wabarakātuh.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua