Nasional

Problem Literasi dan Minat Baca Rendah Orang Indonesia, Akses Bacaan Bermutu Terbatas

NU Online  ·  Jumat, 7 November 2025 | 22:00 WIB

Problem Literasi dan Minat Baca Rendah Orang Indonesia, Akses Bacaan Bermutu Terbatas

Ilustrasi: para mahasiswa membaca buku dalam kegiatan bincang buku di Warung Titik Kumpul, Lasem, Rembang, Jawa Tengah, (2/11/2025) (Foto: NU Online/Ayu Lestari)

Jakarta, NU Online

Kesenjangan literasi sangat teras antara perkotaan dan daerah terpencil. Akar masalah dari hal ini bukan sekadar rendahnya minat baca, melainkan akses yang terbatas terhadap bahan bacaan bermutu dan ruang publik yang mendukung kegiatan literasi.


"Literasi harus dihadirkan bukan sebagai beban, tapi sebagai bagian dari solusi misalnya, dengan menjadikan kegiatan membaca sebagai sarana rekreasi murah, peningkatan keterampilan, dan penguatan ekonomi keluarga," kata Opik, Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat (TBM) pada, Jumat (7/11/2025).


Menurutnya, sudah dua tahun, pemerintah melalui Perpusnas menggulirkan program Bantuan Bahan Bacaan Bermutu berupa 1.000 buku cerita anak dan satu buah rak yang didistribusikan ke Taman Bacaan masyarakat, Perpustakaan Desa dan Perpustakaan Rumah Ibadah dalam meningkatkan giat berliterasi.


"Saya pikir program tersebut bisa menjadi harapan ke depannya. Kami di pengurus Forum TBM juga terus mendorong tumbuhnya TBM, khususnya di daerah pedesaan," ucapnya.


Perbaikan demi perbaikan mesti dilakukan, tidak hanya berhenti pada kegiatan formalitas membaca, tetapi juga melalui proses kreatif.


"Rutinitas literasi perlu dikemas lebih partisipatif, memberi ruang bagi pembaca pemula untuk mengekspresikan apa yang mereka baca. Misalnya, setelah membaca cerita anak, peserta bisa menggambar tokohnya, mendongeng ulang, atau menulis versi mereka sendiri," jelas Opik.

 

Emosi Positif dalam Membaca

Hal ini juga berkaitan erat dengan upaya tetap mempertahankan habit membaca dengan suasana yang nyaman dan menyenangkan.


Kuncinya adalah menghadirkan emosi positif dari pengalaman membaca, bukan dengan memaksa orang membuka buku, tetapi dengan menghidupkan buku dalam kehidupan sehari-hari.


"Di Forum TBM, kami mendorong setiap penggerak literasi untuk menjadikan buku sebagai sumber inspirasi dan ruang berekspresi, bukan sekadar objek yang dibaca lalu dilupakan," imbuhnya.


Beberapa preventif yang dapat dilakukan salah satunya pendekatan kreatif lewat isi buku cerita.


"Pendekatan kreatif menjadi kunci. isi buku bisa dihidupkan lewat cerita yang diceritakan ulang, gagasan yang diterjemahkan menjadi karya, atau nilai-nilai yang diwujudkan dalam tindakan. Dengan cara ini, buku tidak berhenti di halaman, melainkan bergerak di tengah kehidupan.


Ketika buku dihidupkan, membaca menjadi pengalaman yang menyenangkan dan bermakna," sambungnya.


Kata Opik, Forum Taman Bacaan Masyarakat (F-TBM) telah melakukan berbagai kegiatan kolaboratif untuk meningkatkan daya minat literasi, dengan menyelenggarakan program 1.000 buku cerita anak dari perpusnas, dan Room to Read (RtR).


"Program itu kami manfaatkan untuk menggerakkan kegiatan literasi berbasis bahan bacaan di TBM dan perpustakaan desa. Setelah buku sampai di lokus sasaran, para penerima program tidak hanya menerima buku, tetapi juga mendapatkan pembekalan tentang cara memanfaatkannya secara kreatif dan kontekstual," paparnya


Sebab, melalui program pendampingan tersebut, para penggerak literasi diajak menghidupkan buku dan membacanya bersama anak-anak, mendiskusikan isinya, dan menautkannya dengan pengalaman hidup sehari-hari seperti yang sudah diterapkan anak-anak di 14 Sekolah Dasar (SD) Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.


"Kolaborasi seperti ini menjadi bukti bahwa ketika komunitas, lembaga pemerintah, dan mitra internasional bersatu, gerakan literasi dapat tumbuh lebih inklusif, berkelanjutan, dan berdampak nyata bagi masyarakat," sahut Opik.


Walaupun demikian, seiring perubahan zaman, para generasi Z dan Alpha lebih tertarik menggunakan gawai daripada membaca buku.


"Tugas kita bukan menolak teknologi, melainkan menyesuaikan pendekatan literasi dengan karakter zaman. Buku fisik bisa berdampingan dengan konten digital; yang penting adalah menanamkan rasa ingin tahu, bukan sekadar bentuk medianya,"

 

Buku Masih Dianggap Barang Mahal

Senada, Shafa Aulia, Kreator Konten Literasi dari Bogor, Jawa Barat menyebut, permasalahan literasi di Nusantara terbilang cukup kompleks. Kebijakan untuk mengatur akses literasi pun belum dijadikan skala prioritas bagi pemangku kebijakan.


"Kita tidak bisa memungkiri kalau buku masih menjadi barang mahal untuk masyarakat Indonesia, sehingga menjadi wajar jika belum menjadi prioritas masyarakat. Pun akses buku gratis masih terbatas di berbagai daerah," ujar Shafa, selaku inisiator klub buku Baca Budaya Asia, Jumat (7/11/2025).


Disamping itu, Shafa menyoroti bagaimana masyarakat masih terkesan alergi terhadap buku dan stigma tentang buku dan para pembaca. 


"Buku hanya dianggap sebagai media belajar. Pun pembaca dianggap sebagai orang kaku, kutu buku, dan pintar Padahal, buku juga memiliki fungsi sebagai media rekreasi," paparnya.


Sebenarnya, membaca dapat memberikan energi positif seperti kemampuan public speaking, dan memiliki koneksi atau jaringan yang lebih luas melalui komunitas literasi.


"Jika pemahaman ini muncul di masyarakat, akan lebih mudah untuk memperkenalkan kebiasaan membaca, karena ini bentuk kegiatan asik yang memiliki dampak positif," terangnya.

 

Memberikan Persepsi Positif tentang Buku

Menurut Shafa, kebiasaan yang bisa dilakukan secara rutin untuk giat membaca dapat ditanamkan dimulai dengan menanamkan pemikiran positif tentang buku dan literasi itu sendiri.


"Dimulai dari pola pikir, kemudian pilih bacaan sesuai selera saja. Jangan terbebani dengan fomo di media sosial. Karena setiap orang punya selera sendiri. Setelah itu mulai dengan bergabung bersama komunitas baca yang membuat kita jadi lebih bisa mengeksplorasi beragam kegiatan membaca melalui interaksi antarsesama pembaca," jawabnya.


Bagi Shafa, kegemaran membaca tidak bisa dilakukan satu atau dua hari saja. Namun secara bertahap, dan belajar mengeksplor diri, salah satunya menggunakan media sosial.


"Kita bisa lihat sendiri algoritma Instagram yang bisa mudah mencari informasi tentang literasi. Dan saya dengar dari beberapa teman-teman pegiat literasi, mereka mengawalinya dengan sering melihat konten saya di media sosial," ujarnya.


Sebagai bookstagram dan inisiator, Shafa mengaku, jika siklus itu dapat dilakukan secara konsisten, alhasil akan menciptakan beraneka ragam kegiatan lainnya seperti diskusi, dan bedah buku.


"Beberapa orang juga memutuskan untuk ikut kegiatan literasi dalam bentuk diskusi buku dan gelar wicara, karena tertarik dengan topik yang dibahas, sehingga memicu ketertarikan mereka untuk mulai membaca," tutur Shafa.


Oleh karena itu Shafa berharap, pemerintah dapat memberlakukan kebijakan efektif melalui program wajib membaca di lingkungan keluarga terdekat, serta menghadirkan program kolektif setiap bulan bersama stakeholder, pegiat literasi, maupun konten kreator literasi di berbagai daerah, serta menyusun program literasi sekolah yang berkesinambungan dengan indikator nyata


"Aku melihat sudah banyak sekolah memiliki program literasi 30 menit, karena adanya kebijakan pemerintah terkait hal ini sekolah aku pun begitu. Namun, kegiatan membacanya hanya sekadar membaca tanpa pengawasan dan evaluasi, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah waktu tersebut betul-betul digunakan untuk membaca buku atau tidak," sambungnya.


Sama halnya dengan kemajuan teknologi dan perkembangan arus informasi. Gen Z dan gen Alpha menjadi kelompok generasi yang sangat akrab dengan teknologi, maka tak ayal jika mereka lebih suka menghabiskan waktu bersama gawai daripada membaca buku cetak. Walaupun begitu, gawai mempunyai kelemahan, anak tidak bisa melatih fokus.


"Berbeda halnya dengan buku yang memiliki topik beranekaragam dan ditulis dari berbagai sudut pandang. Isinya pun jauh lebih rinci dan ditulis berdasarkan hasil riset selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun," pungkasnya.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang